Obrolan Ringan
Obrolan Ringan
Ini sudah kesekian kalinya dia merasa terbangun di tempat asing dengan ingatan menghilang dari pikirannya untuk sesaat.
Cathy mencoba mengingat kembali apa saja yang dialaminya kemarin malam. Dia bertemu dengan Felicia, kemudian mereka pergi ke galeri milik Vincent, lalu dia menerima pesan dari Vincent kemudian...
Seketika ingatan tentang dirinya yang diculik berputar di kepalanya. Dia juga ingat Vincent membawanya melarikan diri hingga terjun ke jurang dengan lautan dibawahnya. Kemudian dia berakhir di tempat ini dan ketiduran.
Cathy merutuki dirinya sendiri saat menyadari sesuatu. Bukankah kemarin seharusnya dia berbicara pada Vincent? Cathy menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menahan rasa kantuknya dan tertidur.
Tidak ingin menunggu lagi, Cathy bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya. Dia mengikuti jalan koridor didepannya hingga menemui sebuah tangga menuju ke lantai bawah. Cathy menuruni tangga nyaris seperti melompatinya sama sekali tidak sadar bahwa ada beberapa orang di bawah memandangnya dengan tatapan melebar.
Cathy segera menghentikan langkahnya saat menyadari banyak wajah asing sedang menatapnya.
"Astaga.. apakah sekarang hari kiamat? Mengapa ada malaikat mendatangi kita?" celetuk salah seorang membuat lainnya tertawa.
Cathy merasa bingung dan gelisah karena tidak bisa menemukan wajah Vincent. Apakah dia berada di markas musuh? Apakah dia tertangkap lagi saat dia tertidur? Itu tidak mungkin, dia sama sekali tidak merasakan ancaman bahaya dari wajah-wajah asing dihadapannya.
"Cathy, kau sudah bangun?"
Cathy mengerjap beberapa kali tidak menyangka dia akan bertemu dengan Frank disini.
"Frank? Kenapa kau ada disini?"
"Anggap saja ini adalah rumah keduaku." jawah Frank dengan santai. "Kau pasti sudah lapar. Kemarilah, kami sudah menyiapkan sarapan untukmu."
Dengan ragu-ragu Cathy berjalan menghampiri sebuah meja makan dan duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Frank.
"Uhm.. Vincent?"
"Dia masih ada urusan di luar. Nanti dia akan kembali. Sekarang makanlah dulu."
Bagaimana caranya dia bisa makan jika begitu banyak mata yang sedang mengawasi gerak-geriknya? Frank menyadari ketidaknyamanannya dan mengusir semua orang dari ruang makan. Sayangnya tidak ada satupun dari mereka beranjak dari tempatnya. Malahan mereka mendekat dan duduk disekitar Cathy.
"Apa kalian ingin membuatnya merasa tidak nyaman? Dia tidak akan mau datang kemari lagi." ucap Frank datar.
"Omong kosong. Bagaimana mungkin kami membuatnya tidak nyaman? Apa kami membuatmu tidak nyaman sayang?" tanya seorang wanita berambut ikal yang panjang.
Cathy memandang wanita itu dengan penasaran, dimana dia pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya?
"Apa kita pernah bertemu?" tanya Cathy secara blak-blakan.
"Sepertinya belum." jawab wanita itu dengan tersenyum manis.
Cathy merasa tidak puas dengan jawabannya. Dia yakin dia pernah melihat wajah itu sebelumnya, hanya saja dia tidak begitu ingat kapan dan dimana dia bertemu dengannya.
"Jadi nyonya ketua, katakan saja pada kami kalau kau merasa tidak nyaman. Karena kami tidak ingin membuatmu merasa gelisah."
"Uhm.. kenapa kau memanggilku nyonya ketua?"
"Itu karena..."
"Bagaimana kalau kalian memperkenalkan diri dulu?" potong Frank kemudian sambil menunjuk satu per satu orang disana dengan menyebutkan nama mereka.
"Yang memakai kacamata adalah Pasha kemudian dia," menunjuk pada wanita yang duduk disebelah Cathy, "adalah istrinya. Namanya adalah Sophia. Kemudian Ronald, Stanley, kakak Sophia serta Barneys dan Lindsey." tunjuknya ke seseorang yang memegang laptop disusul dengan orang berwajah mirip dengan Sophia dan sepasang kekasih yang sedang memandang Cathy dengan tatapan penuh penasaran.
Cathy membalas senyuman mereka satu per satu sambil mengingat nama-nama mereka. Dia agak merasa lega melihat mereka semua menyambutnya dengan ramah.
"Kau lebih cantik dari fotomu, aku suka warna rambutmu." puji Sophia dengan senyuman khasnya.
"Terima kasih, kau juga sangat cantik." balas Cathy juga ikut tersenyum. Lalu dia melihat cara Sophia tersenyum malu sambil menundukkan wajahnya. Seketika ingatannya muncul di pikirannya. "Ah, aku ingat." sambung Cathy membuat semua orang disekitarnya terkejut mendengar suara lantangnya. "Bukankah kau bekerja di Star Risen di pulau Pina?"
Tidak sedikit dari mereka merasa bingung dengan kalimat Cathy. Mereka tahu Sophia tidak pernah bekerja di hotel apalagi Star Risen. Tapi Sophia memang pernah menyamar sebagai karyawan Star Risen di Pina. Mereka yakin Sophia telah menyamar dan dia sangat ahli dalam menyamar. Karena itu mereka sama sekali tidak mengerti bagaimana Cathy bisa mengenal bahkan ingat Sophia yang sedang menyamar setahun lalu?
"Bagaimana kau bisa tahu? Aku yakin penampilanku waktu itu sangat berbeda dari sekarang." Sophia sendiri tidak percaya bahwa ada seseorang yang bisa menyadari penyamarannya.
Cathy sama sekali tidak tahu apa-apa soal menyamar. Apakah aneh jika dia mengingat wajah Sophia?
Mungkin karena dia tidak bisa melihat warna dia lebih memusatkan fokusnya pada garis wajah seseorang daripada penampilan seseorang. Karena itu tidak peduli seberapa besar seseorang menyamar atau berganti penampilan, Cathy pasti bisa mengenali orang tersebut.
"Itu.. aku.." sayangnya Cathy sendiri juga tidak tahu jawabannya, karena dia tidak tahu waktu itu Sophia sedang menyamar.
"Jika kalian ingin mengelabuinya, kalian harus bekerja lebih keras. Dia jenius dalam mengingat wajah seseorang." Vincent muncul dengan membawa beberapa kantong di tangannya.
Cathy terpaku pada kursinya saat melihat Vincent mengedipkan sebelah matanya kearahnya. Bisa-bisanya pria itu menggodanya dihadapan teman-temannya.
"Apa hari ini hari libur? Atau aku terlalu longgar hingga membuat kalian betah bermalas-malasan disini?"
Tanpa menjawab atau membantah, satu per satu dari mereka pergi dengan mendesah membuat Cathy terheran-heran. Hanya satu ucapan dari Vincent, semua orang disana mengundurkan diri tanpa membantah. Padahal sebelumnya Frank juga melakukan hal yang sama tapi tidak bisa membuat mereka semua pergi?
Frank sendiri masih tinggal disana dan betah duduk di sebelah Cathy dengan santai. Dia bahkan menyuruh Cathy untuk segera makan sarapannya.
"Frank, kau tidak mau kembali dan membuka galeri?"
"Aku memutuskan untuk mengambil cuti selama setahun mulai sekarang." jawab Frank tanpa memandang Vincent. Sepertinya Frank masih merasa kesal karena sahabatnya menghilang setahun tanpa kabar apapun.
"Setahun!?"
"Mengingat gambar di galeri tidak berubah dalam setahun, kita akan membutuhkan ribuan gambar baru untuk menggantinya. Jadi silahkan mencari gambar baru selama setahun kedepan baru kita akan membuka galerinya kembali."
Vincent memutar matanya malas dan memutuskan untuk membiarkan sahabatnya melakukan apapun yang diinginkannya.
Vincent menyuruh Cathy untuk makan sarapannya sambil berbincang santai dengannya serta Frank. Mereka bertiga hanya berbasa-basi tanpa menyinggung masalah masa lalu. Kali ini karena Vincent telah duduk di sebelahnya, barulah Cathy bisa menikmati sarapannya tanpa merasa canggung.
Selesai sarapan Vincent mengajak Cathy keluar. Sebelumnya Vincent mengambil sebuah jaket tebal dan panjang pada Cathy serta syal yang dililitkan pada leher Cathy. Rupanya Vincent keluar sebelumnya hanya untuk membeli jaket dan syal khusus untuk Cathy.
"Mengapa aku harus berpakaian seperti ini? Bukankah sekarang musim panas?" tanya Cathy penasaran.
"Kau akan tahu nanti." jawabnya kemudian mengikat rambut Cathy ke belakang menjadi satu ikatan.
"Sepertinya kau sudah terbiasa mengikat rambut gadis. Sudah berapa banyak gadis yang menerima perlakuan istimewa seperti ini?"
"Bukankah agak terlambat menanyakan hal ini?"
"Tidak ada kata terlambat dalam kamusku."
Vincent mengulas senyum geli. Dia sangat menikmati dan merindukan obrolan ringan mereka. Kini dia berharap mereka tidak pernah menyinggung atau membahas masalah Chloe ataupun Stealth. Namun, itu hanyalah angan-angan belaka. Mau tidak mau mereka harus segera membahasnya. Tapi untuk saat ini Vincent ingin menikmati waktunya bersama Cathy dengan santai tanpa membahas masalah serius.
"Baiklah. Sudah selesai. Ayo ikut aku."
"Kau belum menjawab pertanyaanku." gerutu Cathy membuatnya terlihat menggemaskan di mata Vincent.
"Kau melupakan kenyataan bahwa aku memiliki keponakan paling menggemaskan di dunia ini. Aku sering menguncir rambutnya dan menjadikannya model kameraku."
"Ooo.." hanya itu komentar Cathy karena merasa malu telah cemburu tanpa tahu yang sebenarnya.
Vincent hanya membiarkannya dan membuka pintu rumah. Begitu pintu terbuka, rambut Cathy tertarik ke belakang serta jaket yang dikenakannya bergerak ke belakang.
Kini dia mengerti, meskipun matahari bersinar terik, angin yang menerpanya cukup keras dan terasa dingin. Mereka berjalan melewati jalanan berbatu menuju ke arah pinggiran pantai. Rupanya angin berhembus keras seperti ini karena mereka berada dekat lautan bebas.
Cathy berjalan mengikuti Vincent di belakangnya sambil menatap tangan kanannya. Biasanya Vincent akan menggandeng tangannya saat berjalan kaki, namun sekarang pria itu sama sekali tidak menggandengnya. Selain memakaikan jaket serta syal, dan menguncir rambutnya; Vincent tidak menyentuhnya lagi.
Sekali lagi Cathy merasa ada jurang tak berdasar diantara mereka dan Cathy sama sekali tidak menyukainya. Karena itu dia memberanikan diri mengaitkan jari telunjuknya ke jari kelingking Vincent.
Semula Vincent terkejut saat merasakan jari kecil Cathy terkait di jari kelingkingnya. Dia sempat mematung pada tempatnya karena tidak percaya apa yang dilakukan Cathy. Melihat tidak ada reaksi apapun dari Vincent membuat Cathy kecewa. Akhirnya dia melepas kaitannya dari jemari Vincent. Namun sebelum jari mereka benar-benar lepas, Vincent membuka telapak tangannya dan mengaitkan kelima jarinya diantara jemari Cathy.
Jantung Cathy berdetak dengan cepat seolah ini pertama kalinya mereka bergandengan tangan. Keduanya kembali berjalan dengan santai sambil mengulas senyuman lebar. Masing-masing menoleh ke arah berlawanan untuk menyembunyikan senyumannya. Sikap malu-malu mereka mirip dengan pasangan kekasih yang baru saja menjalin hubungan.
Setelah berjalan menelusuri dermaga, Vincent membawa Cathy masuk ke dalam sebuah rumah terbuat dari batu bata. Rumah itu terlihat klasik dengan bantuk bangunan seperti zaman penjajahan. Namun dalamnya sangat terawat dan dekorasi sangat khas dengan zaman dulu. Ada perapian serta benda-benda antik lainnya. Cathy merasa seperti memasuki rumah penduduk desa di zaman dulu.
Vincent membantu Cathy melepas jaketnya, lalu menggantungkan kedua jaket mereka di sebuah gantungan. Keduanya saling melempar senyum lega karena tidak harus berhadapan dengan angin bak topan tadi.
"Kopi? Teh?" Vincent menawarkan minuman hangat pada Cathy setelah mempersilahkannya duduk di sebuah sofa panjang.
"Uhm.. terserah kau saja." yang sebenarnya Cathy sedang tidak ingin minum keduanya.
Beberapa menit kemudian, Vincent muncul sambil membawa dua gelas yang berbeda. Kopi untuk Vincent dengan cangkir kopi kecil, sementara segelas minuman untuk Cathy.
Dicium dari aromanya, minumannya bukanlah teh ataupun kopi. Cathy menyesapinya dengan pelan kemudian matanya bersinar-sinar.
"Susu coklat?" jelas sekali Cathy sangat menyukai minumannya.
Melihat Cathy menikmati susu hangatnya membuat Vincent tersenyum puas sebelum menyesapi kopinya sendiri.
Setelah menghabiskan minuman mereka tanpa ada rasa canggung, suasana diantara mereka berubah menjadi agak tegang saat Vincent membuka suaranya.
"Kita harus bicara."
Cathy mendesah pasrah saat meletakkan gelasnya ke atas meja. Dia lebih suka menikmati kebersamaannya dengan Vincent tanpa membahas masa lalu. Tapi.. kenyataan bahwa Cathy adalah putri dari Chloeny dan Vincent merupakan kandidat ketua tim L serta dicurigai telah membunuh Chloe membuat mereka tidak bisa terus bersama dengan santai.
"Kau benar. Kita harus bicara." jawab Cathy akhirnya. "Tapi sebelum itu, bisakah kau ceritakan padaku kemana saja kau selama setahun ini?"
"Aku melanjutkan pelatihanku dengan Lest. Sebulan kemudian aku baru mengetahui kalau kau bukanlah penerus tahta utama. Anak sulung Chloe adalah Kinsey Alvianc, putra sekaligus penerus Alvianc group. Jadi aku memutuskan untuk berhenti."
"Mengapa?"
Karena LS tidak akan memperdulikan siapapun selain Kinsey. Untuk apa dia bekerja dan berlatih hanya untuk melindungi Kinsey sementara pemuda itu bisa melindungi dirinya sendiri.
"Karena aku merasa tidak cocok lagi berada dalam lingkungan LS." Vincent menyimpan alasan yang sebenarnya dari Cathy.
"Aku tidak mengerti. Apa hubungannya antara kakakku dengan kecocokanmu dalam LS?"
"Kau lebih suka aku tetap bertahan di LS?" Vincent sengaja menyimpangkan alur pembicaraan mereka.
Cathy segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku tidak ingin kau dikekang oleh LS."
Vincent tersenyum menyesal mendengarnya, "Sayangnya, mereka tidak akan melepaskanku begitu mudah."
"Mengapa?"
Vincent memandang lurus ke arah mata Cathy dan jawabannya membuat hati Cathy kembali hancur.
"Karena aku yang membunuh ibumu."