Serigala Merah
Serigala Merah
Begitu tiba di Oberpflaz, Hillary segera membawa Kinsey serta Kirena berkeliling kota. Dengan bangga Hillary menunjukkan tempat-tempat yang megah dengan bangunannya.
Kinsey melirik sekilas ke arah utara yang menuju ke arah gunung Valeys. Dia menduga tempat itulah tempat tinggal utama kaum Vangarians. Kemungkinan besar Strockvinch bersembunyi disana.
"Kinsey, sesuai permintaanmu, aku tidak bilang kalau kau adalah pemilik utama Alvianc grup. Aku tidak ingin banyak wanita mengelilingimu." ujar Hillary sambil memeluk lengan Kinsey dengan manja.
"Hm. Terima kasih." dengan perlahan, Kinsey melepas diri dari tangan Hillary dan kembali berpura-pura menikmati pemandangan kota.
Sebelum mereka tiba di kota Oberpflaz, Kinsey memang sudah meminta... lebih tepatnya membujuk Hillary dengan cerdik agar identitasnya sebagai pemilik Alvianc grup tidak diketahui. Dia menggunakan alasan agar tidak ada wanita yang mendekatinya mengingat semua para gadis pasti langsung berusaha mendekatinya begitu tahu dia adalah pemilik perusahaan besar yang memiliki cabang di tiga benua.
Tentu saja Hillary menyetujuinya dengan senang hati karena dia tidak ingin memiliki lebih banyak saingan.
"Apa kau mau ke tempatku? Vila keluargaku ada di bawah pintu masuk gunung. Disana pemandangannya jauh lebih indah dari sini."
"Apa keluargamu juga disana?"
"Tentu saja tidak. Kedua orangtuaku kan masih di Amerika. Kalau paman, pasti masih diatas gunung."
Sudah dia duga. Kaum Vangarians menetap di gunung.
"Kirena, dia menawarkan kita untuk datang ke rumahnya. Kau mau ikut?"
Hillary memasang muka cemberut mendengar Kinsey turut mengajak Kirena. Dia hanya mengajak Kinsey, bukan mengajak Kirena.
"Oh? Tentu saja aku mau. Mana mungkin aku membiarkan kalian berduaan sendiri?" dengan senyuman lebar yang meledek, Kirena mengaitkan kedua tangannya ke lengan Kinsey sambil menjulurkan lidahnya ke Hillary.
"Jaga sikapmu." perintah Kinsey.
"Ooo." Kirena langsung menurut dan segera merubah ekspresi wajahnya. Tapi dia tidak melepaskan kaitannya dari lengan Kinsey. Kinsey juga tidak melepaskan diri dari dokter genit itu. Hillary semakin memanas melihatnya.
Jadi, mereka memang memiliki hubungan yang spesial? Hillary mendecak kesal dalam hatinya. Tadinya dia mengira dia bisa membujuk Kinsey untuk meninggalkan Kirena dan mau berduaan bersamanya. Siapa yang menyangka, Kinsey tampak tidak ingin berpisah dengan Kirena.
Kenapa? Kenapa? Padahal dia yakin perasaan Kinsey pada dokter genit itu bukan suka atau tertarik. Dia bisa melihatnya dari sinar mata Kinsey.
Sejak dia bertemu dengan Kinsey enam tahun lalu di pernikahan Catherine, Hillary sudah menetapkan hatinya untuk mendapatkan perhatian Kinsey. Terlebih lagi saat mengetahui Kinsey adalah penerus utama di Alvianc grup membuatnya yakin bahwa Kinsey akan menjadi miliknya.
Tapi... tiap kali dia mencoba mengajak Kinsey mengobrol, pria itu malah memperhatikan wanita lain. Katleen Morse.
Kemanapun Katleen pergi, mata pria itu selalu mengikutinya. Disaat dia melihat Kinsey pergi berdua bersama dengan Katie, hatinya dipenuhi dengan cemburu dan merasa Katie telah merebut apa yang seharusnya jadi miliknya.
Karena itulah dia mensabotase surat Katie. Dia berharap Kinsey dan Katie tidak pernah bertemu lagi. Dan dia berhasil. Meski dia tahu Kinsey masih memikirkan Katie.. tapi selama orangnya tidak ada, dia yakin dia bisa menyusup masuk ke hatinya.
Dia juga yakin, Kinsey sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Kirena. Lalu kenapa pria itu bersikeras ingin bersama wanita genit itu? Bukankah lebih baik bersama dengannya?
Dia jauh lebih cantik dari Kirena, dia juga berasal dari keluarga terpandang. Sebenarnya apa yang sudah dilihat Kinsey dari Kirena? Wanita itu juga tidak ada mirip-miripnya dengan Katleen.
Hillary memang merasa jengkel dan memandang Kirena penuh dengan kebencian. Namun dia menahannya dan bersikap semanis mungkin untuk menambah nilai poin di mata Kinsey.
Lagipula, Kinsey sudah setuju datang ke vila miliknya. Dia akan berusaha menggunakan rayuannya untuk mendapatkan pria itu.
Begitu ketiganya tiba di vila milik keluarga Hillary, mereka disambut dengan tiga serigala kecil yang meloncat gembira di sekitar mereka.
"Serigala? Kau memelihara serigala?" tidak ada yang menduga Kirena terlihat antusias melihat tiga anak serigala yang lucu itu.
"Tentu saja. Kaum keluargaku memelihara serigala artik. Mereka dididik dan dilatih seperti pasukan. Karena itu tidak ada yang berani mendekati kawasan gunung. Aku juga tidak bisa naik ke atas kalau pamanku tidak mengundangku." jelas Hillary.
"Bagaimana dengan yang itu?" Kinsey melihat seekor serigala dewasa yang berdiri di belakang pohon sambil menatapnya dengan tajam.
Kinsey tidak tahu kenapa, tapi dia merasa serigala yang satu ini memandangnya dengan aneh. Seolah makhluk besar itu sedang menilai apakah dirinya adalah musuh ataukah sekutu.
"Ah, itu serigala merah."
Benar. Serigala itu berbeda dengan serigala lainnya. Bulunya bewarna merah, disaat bersamaan bewarna coklat jika tidak terkena sinar matahari. Uniknya, sepasang mata serigala tersebut juga merah seperti darah segar.
"Aku tidak pernah melihat serigala seperti itu sebelumnya. Dan lagi, kenapa dia memandang Kinsey seperti itu?" Kirena tidak bisa tidak menyembunyikan kekhawatirannya.
"Jangan kuatir. Serigala merah tidak pernah menyerang manusia sebelumnya. Di dunia ini hanya ada dua serigala merah. Jantan dan betina. Yang jantan selalu berjaga-jaga di dalam istana sementara yang betina berkeliaran di bawah gunung. Mereka tidak akan kawin sebelum memenuhi tujuan mereka."
"Tujuan?" Kirena selalu tertarik dengan cerita mistis atau misterius.
"Memburu dan membunuh raja merah."
"Raja merah?"
"Serigala merah memiliki kekuatan khusus melacak bau raja merah. Begitu dia mencium baunya, dia akan memburunya sampai mendapatkannya. Kemudian dia akan mencabik, menerkamnya hingga mati."
"Kau bercanda." kini Kirena mulai tidak menyukai ceritanya. Bukankah info ini terlalu mengerikan?
"..." Hillary diam sambil menyelidiki ekspresi yang terpasang pada Kinsey serta Kirena.
Kinsey tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia tetap memasang ekspresi tenang dan datar seolah informasi yang diberikannya tadi sama sekali tidak menakutkan. Lain dengan Kirena yang tampak takut memandang serigala merah tersebut yang masih belum bergerak dan terus mengamati Kinsey.
Sedetik kemudian Hillary tertawa lepas.
"Kenapa kau tertawa?" Kirena bertanya dengan agak jengkel. Dia merasa untuk pertama kalinya Hillary berhasil mengerjainya dan dia sama sekali tidak menyukainya.
"Sudah kubilang, dia tidak akan menyerang manusia. Dia hanya menyerang raja merah. Kecuali kalau kau menghalanginya atau melindungi raja merah. Mungkin dia juga akan menyerangmu."
Kirena mendesah kesal, "Dari tadi kau bilang raja merah ini raja merah itu. Sebenarnya siapa raja merah? Dan dimana dia sekarang?"
"Oh? Kau tertarik? Aku tidak mau menceritakannya padamu." lanjut Hillary sambil menjulurkan lidahnya meledek sebelum pergi berdiri disisi Kinsey. "Kinsey, apakah kau ingin aku memberitahumu soal raja merah? Aku bisa menceritakannya padamu jika kau mau."
Kirena memutar matanya dengan malas mendengar nada yang sama sekali berbeda disaat berbicara dengannya.
"Aku tidak begitu tertarik. Tapi aku akan mendengarnya jika kau ingin bercerita."
Senyuman Hillary mengembang lebar dan segera mengundang Kinsey masuk ke dalam untuk menikmati cemilan ringan sambil mendengarnya bercerita.
Ketika Kinsey berjalan, mata serigala merah mengikutinya. Kinsey menyadarinya dan dia sama sekali tidak peduli.
Hillary bersemangat bercerita mengenai asal usul raja merah serta kemampuan yang dimilikinya. Kirena mendengarnya sambil menikmati cemilan di meja sementara Kinsey mendengarnya sambil lalu. Dia lebih fokus memandang ke luar dari jendela yang terbuka. Dia menimbang-nimbang bagaimana caranya dia bisa naik ke gunung dan menemukan tempat persembunyian Strockvinch.
Jika serigala merah tadi memang hanya menyerang raja merah, maka dia tidak perlu khawatir. Dia hanya perlu mengkhawatirkan kawanan serigala artik yang sudah pasti siap siaga di keempat sisi pintu masuk ke arah gunung.
"Jadi... jika raja merah mengaktifkan kekuatan pesonanya, dia bisa membuat orang sekitarnya jatuh bertekuk lutut dihadapannya?"
Kinsey mendengar Kirena bertanya pada Hillary.
"Itu benar."
"Apa itu masuk akal? Bukankah itu hanya karangan cerita dongeng saja?"
"Tadinya aku juga berpikir seperti itu. Tapi kau juga melihat serigala merah tadi. Itu adalah bukti bahwa ada raja merah di dunia ini."
"Cih.. kau pikir aku akan mudah mempercayaimu begitu saja."
"Terserah kau mau percaya atau tidak. Lagipula aku juga tidak peduli dengan hidup matinya atau ada tidaknya raja merah. Kaum keluargaku sangat membencinya. Aku tidak mau ikut campur dengan pertikaian mereka."
Kirena mengambil satu kue lagi sebelum menyuapkannya ke dalam mulutnya sendiri.
"Bilang saja kau juga tidak percaya mengenai cerita omong kosongmu itu."
Hillary berdehem kecil tidak membantah pernyataannya. Memang pada kenyataannya, Hillary tidak terlalu mempercayainya. Keberadaan dan kekuatan yang dimiliki seorang raja merah sama sekali tidak masuk akal. Ditambah lagi, selama seumur hidupnya, dia belum bertemu dengan orang yang terlahir sebagai raja merah.
"Aku memang setengah tidak mempercayainya. Tapi aku suka dengan ceritanya. Bayangkan saja, jika aku adalah raja merah.. aku bisa menggunakan pesonaku untuk memikat hati seseorang." lanjut Hillary sambil memandang ke arah Kinsey dengan senyuman khasnya.
Untuk kesekian kalinya Kirena memutar matanya dengan malas.
"Bagaimana denganmu Kinsey? Setelah mendengarkan ceritaku, apakah menurutmu raja merah itu nyata?"
"Dia nyata. Dia ada di suatu tempat disana."
Hillary tertawa kecil mendengarnya. "Bagaimana kau yakin dia ada di suatu tempat? Memangnya kau pernah bertemu dengannya?"
"Tidak. Aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku hanya percaya apa yang kau katakan tadi. Tidak. Mungkin apapun yang kau katakan, aku akan mempercayainya."
Hillary tersenyum malu-malu mendengarnya. Ini pertama kalinya Kinsey mengucapkan kalimat manis kepadanya.
Sementara itu Kirena memandang Kinsey dengan tidak percaya. Nah, apa yang sedang direncanakan ketua liciknya ini?
"Hillary, apakah kau mau mencoba menghubungi pamanmu? Pemandangan disini sangat indah. Aku ingin tahu seperti apa pemandangan di atas gunung. Pasti jauh lebih indah lagi."
Sudah pasti ada maunya. Pikir Kirena. Kali ini ketuanya menggunakan pesonanya sepenuh-penuhnya membuat Hillary akan menuruti apapun yang diinginkan Kinsey.
Kalau seandainya raja merah memang ada, bukankah ada kemungkinan bahwa ketuanya yang sangat tampan ini adalah raja merah? Tebak Kirena dalam hati. Lagipula dimanapun pria itu berada, tanpa menebar pesonanyapun, semua wanita pasti akan jatuh bertekuk lutut dihadapannya.
Kirena menggelengkan kepalanya menyadari pikirannya mulai terpengaruh dengan cerita Hillary tadi. Dia kembali mengambil kue kering dan memasukkannya ke dalam mulutnya sama sekali tidak peduli ketua liciknya sedang sibuk menggunakan kekuatan pesonanya.