My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Nenek Tua Licik



Nenek Tua Licik

Kinsey baru saja memutar otaknya untuk bisa mengalahkan para penyerangnya. Namun otaknya berhenti bekerja saat melihat Walther berdiri di atas cabang pohon dengan busurnya. Jadi yang menembakkan panah ke arahnya adalah Walther?     

"Kehadiran Kinsey ditunggu oleh tetua Ode. Ini perintah. Kau tidak boleh melukainya."     

Setelah mengatakannya, Walther melompat turun dari pohon dan berjalan dengan santai ke arah Kinsey untuk mengambil pistol yang terpental dari tangan Kinsey tadi.     

"Yang benar saja? Kau membawa senapan kemari? Sepertinya hidup di Amerika selama dua puluh tahun sudah membuatmu begitu banyak berubah ya?"     

"..." orang itu tidak menjawab dan hanya berbalik berjalan pergi dengan arogan.     

"Kau mengenalnya?"     

"Dia Dimitri, anak lelaki Egon."     

Mendengar ini Kinsey agak sedikit terkejut. Memang dia belum pernah bertemu dengan anak Egon yang katanya adalah prajurit nomor satu di suku Oostven. Tapi dia sama sekali tidak menyangka putra Egon begitu ingin membunuhnya.     

"Apa yang sudah kau lakukan sehingga membuatnya begitu membencimu?"     

Kinsey mendengus mendengar pertanyaan Walther. "Aku harap aku juga mengetahuinya." jawab Kinsey cuek sambil berjalan ke arah pemukiman tempat tinggal Oostven. "Tadi kau bilang dia tinggal di Amerika?"     

"Iya. Karena satu alasan, dia harus tinggal di Amerika."     

Apakah mungkin mereka pernah bertemu di Amerika? Kinsey melakukan sesuatu yang membuat Dimitri mendendam padanya tanpa disengaja? Kapan? tanya Kinsey dalam hatinya.     

"Baru enam tahun yang lalu dia kembali."     

Kinsey berhenti mendengar kalimat Walther berikutnya. Dia teringat cerita Mertun yang mengatakan ada seorang umbra yang menemani raja merah semenjak bayi.     

"Jadi dia adalah umbra Katalina?"     

"Itu benar. Darimana kau tahu?" Walther membelalakkan matanya saat bertanya lagi, "Kau sudah tahu Katalina adalah raja merah?"     

Kening Kinsey mengernyit. Dia masih belum terbiasa mendengar Katienya adalah raja merah.     

"Aku sudah tahu. Mertun yang memberitahuku."     

"Apa dia juga memberitahumu kau hampir mati?"     

"Hm. Kenapa aku bisa hampir mati?"     

Walther mendesah, "Aku juga tidak tahu. Tetua Ode hanya bilang kau menyerap srmua emosi negatif Katalina. Sekarang anak itu dipenuhi dengan energi positif dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia bahkan sama sekali tidak memiliki rasa takut ataupun trauma."     

"Apa maksdumu?"     

"..." Walther ragu apakah dia harus memberitahu Kinsey atau tidak kalau Katie telah melupakan Kinsey. Walther mengambil napas panjang tidak mau ambil pusing mengenai masalah ini. "Nanti kau juga akan tahu. Yang penting sekarang temui tetua Ode dulu."     

Keduanya kembali berjalan dengan santai tanpa menyadari ada sepasang mata yang mengikuti pergerakan mereka. Sepasang mata merah dengan bulu merah yang tebal menutupi seluruh tubuhnya.     

Serigala merah baru saja menginjakkan kakinya masuk ke perbatasan hutan milik Oostven.. serigala itu mengikuti bau seseorang.     

-     

Sesampainya di Bayern, Kinsey mencoba mencari sosok wanita yang ingin dilihatnya. Dia hanya mendesah karena tidak menemukan sosok itu dan berjalan menuju bungalo yang paling besar untuk menemui tetua Ode.     

Dia agak penasaran apa yang diinginkan wanita tua itu terhadapnya, tapi dia sendiri juga memiliki banyak pertanyaan terhadap wanita tua itu. Jadi dia tidak keberatan menemui Ode terlebih dahulu sebelum menemui Katie.     

Begitu memasuki bungalo utama milik kepala suku, Kinsey disambut oleh kepala suku itu sendiri beserta tetua. Sudah lama dia tidak bertemu dengan Ode, tapi wanita tua itu tetap masih berwibawa dan berkarisma meski usianya sudah lanjut.     

Setelah duduk di kursi yang ditetapkan untuk rapat para prajurit senior, Ode membuka suara terlebih dahulu.     

"Jadi kau sudah tahu bahwa Katalina adalah raja merah." tidak ada nada pertanyaan dalam suaranya seolah Ode hanya ingin mengkonfirmasikan sesuatu.     

"Apakah akan ada masalah jika aku mengetahuinya?"     

"Ada, jika kau berniat membunuhnya. Kami akan langsung membunuhmu terlebih dahulu sebelum kau sempat menyentuhnya."     

Kinsey tertawa sarkas. Sungguh, apa saja isi didalam pikiran wanita tua ini sehingga mengiranya akan membunuh Katie.     

"Kenapa kau berpikir aku ingin membunuhnya?"     

"Orang yang melawan jerat pesona raja merah selalu berakhir dengan kebencian. Orang seperti ini tidak akan pernah berhenti sampai melihat kematian sang raja merah."     

Kening Kinsey mengernyit tidak suka mendengar info yang baru ini. Jadi siapapun yang berusaha lepas dari jerat pesona Katie akan berakhir ingin membunuh gadis itu?     

Tapi hal lain yang lebih menarik perhatiannya. Apa itu berarti sebenarnya dia tidak terjerat dalam pesona Katie? Tapi.. bagaimana caranya dia bisa tahu?     

"Darimana kau bisa tahu kalau aku melawan atau membiarkannya menjeratku?"     

"Berhenti bermain kata-kata denganku anak muda. Kenyataan kau menyerap semua energi emosi negatif raja merah sudah mengungkapkan semuanya. Pesona raja merah sama sekali tidak bekerja melawanmu."     

Oh? Menarik sekali. Senyuman Kinsey mengembang dan dia menunjukkan aura tidak kalah mengintimidasinya dengan wanita tua dihadapannya.     

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan. Emosi negatif apa yang kau maksudkan? Aku bahkan sama sekali tidak merasa kalau aku menyerapnya. Memangnya kau pikir aku siapa sehingga bisa menyerap emosi negatifnya?"     

"..."     

"..."     

Baik Egon dan Ode tidak bersuara lagi untuk beberapa saat. Namun hal yang tak terduga terjadi karena kini Ode malah tertawa terbahak-bahak membuat Egon dan Kinsey saling berpandangan dengan bingung.     

"Dasar anak arogan. Kau sama sekali tidak berubah rupanya. Peringaimu semakin buruk seiringnya bertambah usia." ledek Ode kemudian.     

"Aku bisa mengatakan hal yang sama untukmu."     

"Kinsey! Hormati tetuamu."     

Kinsey hanya mendengus mendengar teguran Egon. Walau begitu, dia merubah sikapnya dan kini nada suaranya lebih terdengar sopan dan hormat.     

"Tetua Ode terhormat. Sekarang lupakan basa-basinya dan jelaskan padaku apa yang kau maksudkan dengan menyerap emosi negatif Katalina. Aku bahkan sama sekali tidak sadar kalau aku nyaris mati. Setidaknya aku berhak mengetahui alasannya."     

Ode menghela napas sebelum mulai memberinya jawaban.     

"Coba ceritakan padaku, apa yang kau ingat terakhir kali saat bersama Katalina."     

"Dia sedang tertidur. Aku mengira dia sedang mengalami mimpi buruk, jadi aku menemaninya semalaman. Setelah itu..."     

"Setelah itu?" Ode bertanya dengan sabar karena Kinsey tidak kunjung melanjutkan kalimatnya.     

"Aku melihat sesuatu.. seperti mimpi buruknya. Aku melihat dia diserang serigala, atau disaat dia diserang para penculik di Amerika. Aku juga melihatnya dia menggunakan kekuatannya." Kinsey berhenti sebentar sebelum melanjutkan. "Yang kulihat bukan mimpi buruk, tapi ingatannya. Iya kan?"     

Ode mengangguk dengan sedih. "Itu memang ingatannya. Beserta dengan segala emosi negatifnya. Marah, takut, kecewa, sedih, benci... semuanya berada di ingatannya yang kau lihat. Karena kau sudah melihatnya, itu berarti kau menanggung beban ingatannya. Dia telah melupakan kejadian itu dan kini yang tersisa hanyalah emosi positif didalam dirinya."     

"Apakah itu pertanda baik atau buruk?"     

"Bagi Katalina tentu saja itu pertanda baik. Dia tidak akan mudah terbawa emosi negatif dan mengaktifkan kekuatannya. Tapi bagimu... jika kau mengalaminya sekali lagi, kau benar-benar akan mati. Pil yang aku berikan waktu itu hanya ada satu di dunia ini. Jika Katalina tertidur dengan membawa mimpi buruknya, kau harus menjauhinya agar emosi negatifnya tidak berpindah lagi kedalam tubuhmu."     

"Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya?"     

"Tidak. Kau yang pertama kalinya." kali ini Egon yang menjawabnya.     

"Kenapa aku?"     

"Itu karena..."     

"Kami juga tidak tahu alasan pastinya." potong Ode seolah tidak membiarkan Egon memberikan alasan yang sebenarnya pada Kinsey.     

Dalam sekali lihat Kinsey sudah tahu. Ada sesuatu yang disembunyikan Ode darinya.     

"Yang pasti sekarang kami sudah menyelamatkanmu. Dan kau berhutang pada kami dalam dua hal."     

"Dua?" sebelah alis Kinsey terangkat.     

"Yang pertama adalah pil berhargaku. Dan kedua... kau pikir siapa yang membuat Strockvinch keluar dari tempat persembunyiannya sehingga Delcrov mengetahui penyusup yang sudah berdiam di gunung berharganya selama setahun ini."     

Kinsey benar-benar terkejut mendengarnya namun dia tidak menunjukkannya. Dia berhasil memasang ekspresi datar seolah informasi tadi tidak begitu penting.     

Dia sudah curiga bagaimana mungkin Strockvinch mati dengan begitu mudahnya. Rupanya Oostven ikut campur dalam hal ini. Tapi kenapa? Bukankah saat pertama kali Kinsey meminta bantuan Egon, pria tua ini telah menolaknya mentah-mentah?     

"Apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Kinsey pada Egon.     

"Perintah tetua tidak bisa dihiraukan begitu saja." jawab Egon seolah itu adalah jawaban yang paling wajar di dunia ini.     

Kinsey menghela napas sambil memijat keningnya. Dia paling benci berhutang. Apalagi berhutang pada nenek tua yang penuh dengan akal licik. Jauh lebih licik darinya.     

"Baiklah. Kau berhasil mendapatkanku. Apa yang kau inginkan?"     

"Aku akan memberimu dua misi. Yang pertama, bantu kami selamatkan seorang tawanan di istana Heinest."     

Apa?! Menyelamatkan tawanan dari istana? Apa yang diduganya benar. Nenek tua ini pasti akan memberikan misi yang mustahil padanya. Meski begitu, dia tetap menerimanya.     

"Baiklah. Lalu apa yang kedua?"     

"Aku ingin kau menjadi pengawal pribadi Katalina."     

Kinsey tidak berkedip mendengar misi yang kedua. Tentu saja dia bisa menerima misi kedua ini dengan senang hati. Karena itu bisa membuatnya menghabiskan waktu bersama dengan Katie. Tapi dia tetap merasa penasaran. Kenapa nenek tua ini memilihnya alih-alih memilih orang lain?     

"Kenapa harus aku?"     

"Karena orang yang paling ingin menyelamatkan tawanan dari Heinest adalah Katalina dan kebetulan saja kau yang akan membantu kami menyelamatkan orang itu." jawab Ode dengan sangat cuek membuat Egon agak tersedak sementara Kinsey kehabisan kata-kata.     

Dasar nenek tua licik! Apakah sulit sekali mengatakan kalau dia ini spesial atau semacamnya? Kenapa harus membuatnya seperti rencana cadangan yang bisa dibuang kalau tidak diperlukan?     

Meski dia sudah menerima misi kedua ini, Kinsey tidak bisa menahan diri untuk tidak menyerang balik.     

"Bagaimana kalau aku menolaknya? Kalian bisa mencari orang lain, iya kan?" Kinsey menunjukkan senyuman sinisnya.     

Ode menatapnya dengan tajam.. lebih tepatnya marah padanya. Sementara Egon hanya bisa menghela napas melihat genjatan adu tatap keduanya.     

Untungnya, ada suara ketukan pintu membuat Egon mendesah lega. Setelah mengizinkan masuk, pintu terbuka dan seorang gadis berambut merah dengan senyuman lebar masuk ke dalam menghambur ke sisi Ode.     

"Nenek, anak-anak memintaku memunculkan pelangi. Aku pikir nenek ingin melihatnya juga. Apa nenek mau melihatku?"     

Senyuman Kinsey langsung lenyap begitu melihat senyuman cerah pada gadis itu. Kapan terakhir kali dia melihat gadis itu tersenyum? Ini pertama kalinya dia melihat Katie bisa tersenyum sebahagia ini.     

Dia tahu kalau Katie membencinya. Tapi dia sama sekali tidak menyangka, Katie bisa sebahagia ini dengan kepergiannya. Rupanya sebegitu mendalam kebencian yang dirasakan Katie terhadapnya, pikir Kinsey sedih.     

Kinsey tidak ingin kesedihannya terlihat sehingga dia bangkit berdiri untuk keluar dari sana. Sayangnya, Ode tidak membiarkannya pergi begitu saja.     

"Katalina, perkenalkan. Dia adalah Kinsey dan mulai sekarang dia akan menjadi pengawal pribadimu."     

Kenapa Ode memperkenalkannya pada Katie? Apakah nenek tua itu tidak diberitahu kalau dia dan Katie sudah saling kenal?     

Kinsey melirik ke arah Katie yang kini juga melirik ke arahnya... dengan tatapan penasaran?     

"Halo. Namaku Katalina. Karena mulai sekarang kita akan sering bersama, aku harap kita bisa menjadi akrab." Katie berdiri menghampirinya sambil mengulurkan sebelah tangannya seolah ini ada perkenalan mereka yang pertama kali.     

Kinsey menatap lurus sepasang mata amber Katie dengan tidak percaya. Sandiwara apa yang sedang dimainkan gadis itu? Kenapa Katie berpura-pura tidak mengenalnya?     

Tidak. Tunggu. Pancaran mata itu tidak menunjukkan kepura-puraan. Gadis dihadapannya tampak sungguh-sungguh tidak mengenalinya.     

Apa yang terjadi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.