My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Merah Boleh Tinggal



Merah Boleh Tinggal

"Mina. Jangan berteriak, aku akan menjelaskan pelan-pelan. Oke?" bujuk Katie agak panik karena takut Mina akan berteriak histeris dan malah mengundang banyak perhatian anggota suku lainnya.     

Namun ekspresi yang dipasang Mina saat ini bukan ekspresi ngeri seperti yang dikiranya. Malahan Mina terlihat seperti terpana seakan tidak percaya apa yang dilihatnya.     

"Ini benar ajaib sekali. Serigala merah bersikap jinak dihadapan raja merah? Siapa yang pernah menduganya?" lanjut Mina seolah masih dalam pikirannya sendiri.     

"Kau tidak terlihat terkejut." ujar Kinsey akhirnya.     

"Tetua Ode sudah memberitahu semuanya. Beliau bahkan sudah membuat pengumuman. Akan ada serigala merah di tengah-tengah kita. Serigala ini spesial karena bersahabat dengan raja merah, jadi kita tidak boleh menyerangnya."     

"Nenek bilang begitu?" Katie nyaris tidak bisa percaya apa yang didengarnya. Tapi ada perasaan lega dan gembira dihatinya.     

Dengan begini, Katie tidak perlu khawatir akan ada perkelahian antara Merah dengan sukunya. Katie bisa bertemu dengan Merah kapanpun ia mau.     

Sementara itu Kinsey hanya mendesah pasrah dan memaki Ode dalam hati. Jika memang wanita tua itu berencana membiarkan Merah masuk ke Bayern, kenapa kemarin malam wanita tua itu tidak bilang apa-apa?     

Kinsey baru ingat kesukaan wanita tua itu. Ode paling suka mengerjainya dan membuatnya sengsara.     

Dasar nenek tua licik!     

"Kau dengar itu, Merah? Mulai sekarang kau bisa tinggal disini." seru Katie dengan gembira.     

"Katalina. Tolong jangan katakan padaku kalau kau yang memberinya nama 'Merah'." Mina merasa curiga namun tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.     

"Memang aku yang memberinya nama. Ada apa?"     

Mina menepuk keningnya dengan putus asa. "Kenapa kau memberinya dengan nama warna? Kan kau bisa memikirkan nama yang lain."     

"Merah kan cocok untuknya. Bulu merah, mata merah.. Lihat, sama dengan warna rambut dan mataku."     

Kinsey tersedak salivanya sendiri dan terbatuk beberapa kali mendengar penjelasan Katie sementara Mina hanya menggeleng pasrah dan merasa kasihan pada Merah.     

"Ayo kemarilah. Kurasa yang lain sudah menunggu kalian semua." ajak Mina akhirnya sudah tidak peduli lagi dengan nama luar biasa konyol itu.     

Mina menuntun ketiganya berjalan ke arah sebuah ladang dimana seluruh penghuni Bayern telah berkumpul.     

Terdengar seruan kaget dan tak percaya dari semuanya begitu muncul makhluk raksasa berbulu lebat bewarna merah. Belum lagi sepasang mata bulat bewarna merah seperti bulan purnama yang muncul tiap kali energi kehidupan memilih calon bayi untuk dimasukinya.     

Mereka sudah sering mendengar mengenai serigala merah, tapi mereka tidak pernah melihatnya secara langsung.     

Serigala merah dikabarkan suka berkeliaran dan menyendiri. Setelah mendapatkan bau sang raja merah, serigala merah menjadi buas dan tak terkendalikan sampai ia membunuh 'target'nya.     

Bahkan raja merah sebelumnya mati karena diterkam serigala merah. Tapi kini, mereka melihat serigala merah sangat jinak... teramat jinak malahan. Apalagi serigala itu malah membiarkan Katie menyentuh bulunya yang lebat.     

"Semuanya, inilah serigala merah yang dimaksud tetua tadi pagi. Mulai sekarang dia akan sering datang kemari dan aku harap kalian segera terbiasa."     

"Kurasa tidak penting apakah kami terbiasa atau tidak. Kita sudah terbiasa hidup ditengah-tengah binatang liar di hutan ini. Selama dia tidak menyakiti tuan putri kita, tidak akan jadi masalah. Iya kan?"     

Yang lainnya serempak menyerukan rasa setujunya.     

"Apakah dia punya nama?" tanya salah seorang.     

"Katalina sudah memberinya nama." jawab Mina dengan enggan.     

Sontan saja, semuanya langsung memandang Merah dengan pandangan simpati. Tiba-tiba saja Merah tidak merasa nyaman dihadapi tatapan simpati mereka dan hanya menundukkan kepalanya lalu berbaring di sebelah kaki Katie.     

Merah memejamkan matanya untuk beristirahat. Semalaman dia tidak bisa tidur dan berlarian kesana kemari tanpa arah yang jelas demi mengurangi kegelisahannya.     

Kini Merah merasa lega dan ringan begitu Katie mendekatinya dan memeluk lehernya. Karena itu Merah baru merasakan lelah dan memutuskan untuk istirahat.     

Kinsey yang berdiri agak jauh dari sana terpana akan apa yang baru saja melintasi pikirannya. Dia sama sekali tidak menyangka Merah begitu merasa menderita dan putus asa karena mengira Katie takut padanya. Bahkan mungkin Katie sudah membencinya.     

Hal yang sama ia rasakan beberapa minggu lalu disaat Katie menggigit tangannya dengan penuh kebencian. Kinsey juga menderita dan putus asa saat itu hingga akhirnya malah membuatnya jatuh sakit keesokan harinya.     

Merah yang masih memejamkan matanya tidak bergeming dari tempatnya meski merasakan beberapa tangan kecil mengelus bulunya. Bahkan ada yang memanjat dan menaiki tubuhnya. Rupanya anak-anak kecil sangat menyukai bulunya dan Katie menuntun mereka satu persatu menyentuh bulu Merah.     

Terdengar tawa dan senyuman menghiasi semua orang di Bayern. Tidak ada satupun yang bisa menduga kelak mereka bisa berdamai dan bersahabat dengan seekor serigala merah.     

"Kinsey,"     

Kinsey menoleh ke arah pemilik suara yang memanggilnya. Disaat bersamaan serigala merah membuka sebelah matanya untuk melihat orang yang telah memanggil Kinsey tadi. Menyadari tidak ada niat jahat seperti kemarin, Merah kembali memejamkan matanya dan memiringkan kepalanya berlawanan dari tempat Kinsey.     

Meski Merah sudah tidak terlalu marah, tapi dia masih tidak menyukai Ode yang entah bagaimana caranya menyakitinya begitu rupa seperti kemarin.     

"Sepertinya serigala itu masih marah padaku."     

"..." Kinsey memilih untuk diam. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau memutuskan untuk membiarkannya datang kemari? Apa mungkin kau memiliki tujuan tersembunyi?"     

"Salah siapa yang pergi duluan sebelum mendengarkan apa yang ingin kuberitahu?"     

Kinsey memutar kedua matanya dengan malas. Dia sama sekali tidak berminat bermain kata-kata dengan tetua suku ini. Dia lebih memilih memandang wajah Katie yang kini dipenuhi dengan senyuman bahagia.     

"Anak itu.. emosi negatifnya mulai keluar lagi. Mungkin gara-gara kejadian kemarin."     

"..."     

Kinsey sudah menduganya. Saat langit tiba-tiba mendung dan kemudian kembali terang secara tiba-tiba pula, dia sudah curiga suasana hati Katie yang menyebabkannya. Tadinya dia berpikir langit ataupun cuaca tidak akan mudah berubah meski suasana hati Katie berubah karena tidak ada emosi negatif pada Katie.     

Tapi langit sempat mengalami perubahan beberapa menit lalu. Itu berarti sebuah emosi negatif muncul kembali dari dalam hati Katie.     

"Apakah ingatannya akan kembali?" tanya Kinsey.     

"Cepat atau lambat ingatannya pasti akan kembali. Untuk saat ini emosinya tidak akan merubah cuaca dengan drastis. Dia masih dikelilingi dengan aura positif. Dia akan baik-baik saja."     

Kalau orang luar yang mendengarnya, mereka akan mengira Ode berusaha meyakinkan dan menenangkan Kinsey agar tidak terlalu khawatir mengenai keadaan Katie. Tapi hanya Kinsey dan Ode yang tahu. Kalimat terakhir Ode tadi lebih ditekankan untuk meyakinkan Ode sendiri.     

Kinsey tidak tahu apa yang dikhawatirkan Ode, tapi dia tahu satu hal. Ode memikirkan kesejahteraan Katie dengan tulus.     

"Sepertinya kau juga tidak terkena jebakan pesona raja merah." tebak Kinsey membuat wanita tua disebelahnya tersenyum sinis.     

"Jika kau hidup selama diriku dan pernah bertemu dengan raja merah sebelumnya, kau akan mengerti apa yang kurasakan." Ode terdiam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, "Raja merah sebelumnya... terlahir dari rahimku."     

Kinsey menoleh ke arah Ode dengan tatapan terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka Ode pernah melahirkan seorang raja merah.     

"Dan anakku.. mati diterkam serigala merah di depan mataku sendiri."     

Kinsey terdiam seperti patung disana. Bahkan Merah yang tadinya cuek dengan kedatangan Ode, mengangkat kepalanya bersimpati.     

Kini mereka mengerti kenapa Ode membenci serigala merah. Mereka mengerti kenapa kemarin Ode ingin membunuh serigala merah. Rupanya, wanita tua ini memiliki dendam terhadap serigala merah di masa lalu.     

"Hm.. aku tidak menyangka kalau ternyata aku memiliki bakat akting." ucap Ode berikutnya sambil menganggukkan kepala merasa bangga.     

Untuk sesaat Kinsey mengerjap tidak mengerti apa yang dikatakan Ode. Namun kalimat berikutnya membuatnya jengkel setengah mati.     

"Kau benar-benar mempercayainya? Dasar bodoh." Ode tertawa terbahak-bahak sambil beranjak pergi.     

Kinsey mengambil napas panjang untuk meredakan kejengkelannya. Dia tidak percaya dia bisa masuk jebakan rubah tua licik itu lagi dan lagi.     

Bahkan Merah sendiri juga mendengus sarkas dan kembali pada posisi berbaringnya dengan nyaman.     

Jangan langsung percaya pada apapun yang diucapkan wanita tua nyentrik itu! Kinsey berusaha mengingatkan dirinya sendiri.     

Sorenya, Katie ingin berjalan-jalan memasuki hutan. Kinsey serta Merah menemaninya. Dan kini mereka berdua duduk bersender pada Merah yang berbaring dengan nyaman sambil memandang ke arah sungai yang mengalir.     

"Ada satu hal yang ingin kubicarakan." ucap Kinsey dengan nada serius.     

"Ada apa?"     

Kemudian Kinsey memberitahunya bahwa Hillary berada di Jerman dan memperingatkan Katie untuk berhati-hati.     

"Hillary? Siapa itu?"     

"Bukankah dia adalah teman sekolahmu?"     

Katie mencoba mengingat-ingat teman-teman sekolahnya di Amerika. Dia ingat ada teman satu jurusannya di kuliah memiliki nama Hillary.     

"Apakah mungkin Hillary Liams? Jika dia memang ada disini, itu tidak masalah. Orangnya sangat baik kok. Dia juga berteman baik dengan Cathy."     

Baik? Tanya Kinsey tak percaya. Tunggu. Nama keluarga Hillary yang menguntitnya bukan Liams. Apakah mereka sedang membicarakan dua orang yang berbeda?     

"Namanya Hillary Dunst. Dia adalah keponakan Lemar Delcrov."     

"Dia orang Vangarians?" seru Katie terkejut. "Sepertinya dia bukan temanku. Aku yakin Hillary yang kukenal tidak memiliki keturunan Eropa. Dia orang campuran Kanada dan Cina."     

Kinsey tersenyum. "Baiklah. Dia bukan temanmu. Tapi dia tahu wajahmu."     

"Apakah dia penggemarku? Kalau begitu aku bisa merubah penampilanku. Penampilanku sekarang sangat berbeda dengan saat aku masih menjadi penyanyi."     

Kinsey mengamati cara berpakaian Katie. Dia ingat ribuan foto Katleen Morse yang sempat tersebar di internet enam tahun lalu. Dia juga ingat penampilan Katie saat gadis itu datang ke pernikahan adiknya. Katleen Morse selalu berpakaian elegan dan mewah menunjukkan sisi femininnya. Semua orang yang berpapasan dengan Katie tidak akan berpikir Katie berasal dari kalangan menengah kebawah dengan aura yang anggun dan berkelas.     

Namun semenjak Kinsey bertemu Katie kembali, gadis itu tidak pernah berpakaian seperti itu lagi. Keseringan Katie memakai kaos T-shirt serta celana jeans yang sobek-sobek. Penampilannya malah lebih mengeluarkan sisi ketomboiannya. Semua orang pasti tidak akan mengira kalau Katie adalah Katleen Morse.     

"Lagipula, aku bukanlah seorang aktris atau penyanyi kelas dunia. Aku hanya penyanyi biasa yang terkenal di kalangan penyuka musik. Tidak semua warga Amerika tahu wajahku yang sebenarnya. Jadi..."     

"Jadi kau tidak pernah khawatir turis dari Amerika mengenalimu?" tebak Kinsey memotong kalimat Katie.     

Katie menjawabnya dengan senyuman dan mata yang bersinar cerah.     

Kinsey tertawa kecil menanggapinya. Dia baru sadar. Sewaktu pertama kali dia bertemu Katie di bar kala itu, Kinsey juga sama sekali tidak mengira gadis berambut merah yang tangguh dan ditakuti oleh para berandalan adalah Katleen Morse yang terlihat anggun dan lemah.     

Dia ingat Katie kecil juga sama. Katie bersikap manis dan lembut di depan kedua orangtuanya, tapi saat diluar rumah... dia bersikap seolah dia adalah pemimpin geng kecil di sekolahnya. Disaat bersamaan dia bisa bersikap layaknya jiwa yang bebas dan bermain bersama dengan para binatang.     

Karakter yang berbeda-beda tapi semuanya mencerminkan kepribadian Katie. Mungkin inilah yang membuat seorang Kinsey jatuh cinta dan terpesona pada Katie?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.