Beban Yang Menyesakkan
Beban Yang Menyesakkan
"Kinsey, aku hampir lupa. Apa kau ada waktu hari Sabtu nanti?"
"Hari Sabtu? Sepertinya tidak ada. Ada apa?"
"Mau menemaniku ke festival kembang api di Rheinland? Kali ini bukan Honda atau pengawal pribadi lainnya. Aku membutuhkan bantuanmu."
"Oh? Untuk sejenak kupikir kau mengajakku kencan. Ternyata bukan ya?"
Katie terdiam tidak sanggup berkata apa-apa. Kenapa Kinsey selalu berhasil membuat jantungnya tidak karuan seperti ini? Kenapa pula nada pria itu terdengar sangat kecewa?
"Hahaha.." Katie mencoba menghilangkan kegugupannya dengan tertawa, tapi tawanya malah terdengar aneh. "Itu.. sebenarnya.."
Kemudian Katie menjelaskan ada seorang teman baik yang ingin menjodohkannya dengan saudaranya. Temannya ini tidak akan pernah menyerah selama Katie belum memiliki tambatan hati. Dan kini Katie memohon Kinsey untuk berpura-pura menjadi teman kencannya satu hari itu agar Estelle menyerah untuk mencomblanginya.
Kinsey tampak berpikir dan ekspresinya sangat tenang seolah permintaannya sama sekali tidak penting. Hal ini membuat Katie murung dan merasa ditolak. Lagipula bagaimana dia bisa berpikir Kinsey mau membantunya? Dan juga kenapa dia tidak tahu malu meminta bantuan pemuda ini?
Hanya Honda dan Alex yang mengenali ekspresi tenang Kinsey. Semakin tenang dan cuek ekspresi yang dipasangnya semakin besar pula emosi yang ditahannya.
Alex menelan ludah dengan gugup. Nona Katalina, seharian ini Kinsey bersikap manis terhadapmu dan kau masih belum menyadari perasaannya?
Honda memakirkan mobilnya ke tempat parkir umum karena kendaraan jenis macam apapun tidak boleh memasuki hutan yang menuju jantung Bayern tanpa izin dari kepala suku Oostven. Karena sudah berhenti dan tidak ada yang bicara, suasana didalam mobil semakin sunyi dan senyap.
Katie merasa gugup dan mulai takut akan suasana hening seperti ini. Belum lagi, dia sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan Kinsey karena ekspresi pria itu sangat datar.
Apakah Kinsey keberatan? Kalau iya, pria itu bisa menolaknya. Meski dia agak kecewa karena ditolak, tapi itu lebih baik daripada kesunyian yang melanda mereka saat ini.
"Uhm.. Kalau kau tidak mau, juga tidak apa-apa. Aku tidak memaksamu."
"Siapa?"
"Huh?" Katie mendongakkan wajahnya dengan bingung.
"Dengan siapa temanmu itu menjodohkanmu? Kau kenal orangnya?" Kinsey bertanya dengan nada paling datar dan cuek yang pernah didengar Katie.
Dugaan Alex memang benar. Kinsey sedang marah dan berusaha keras tidak menunjukkannya menilai suaranya yang sangat datar.
"Uhm.. aku belum pernah bertemu dengannya."
"..." sekali lagi keheningan mencekam disekitar mereka. "Baiklah. Aku akan datang."
"Benarkah?"
Kinsey mengernyit tidak suka melihat Katie yang begitu antusias dan gembira. Terlalu antusias malahan. Daripada berpura-pura menjadi teman kencannya, Kinsey lebih suka menjadi kekasihnya sungguhan. Terlebih lagi dia sama sekali tidak suka ada orang yang ingin menjodohkan Katienya dengan pria lain.
Dia setuju datang hanya untuk memastikan rencana perjodohan Estelle gagal, meski dia tidak suka berpura-pura. Tapi gadis ini malah sangat bersemangat membuatnya menyerah. Untuk kali ini.. hanya kali ini dia bersedia dimanfaatkan untuk sesuatu yang tidak berguna.
"Kapan aku pernah berbohong padamu? Kalau aku bilang aku akan datang, aku akan datang."
"Kalau begitu sampai ketemu nanti Sabtu." lanjut Katie dengan senyuman lebar, lalu membuka pintu hendak beranjak turun. Namun lengannya ditahan Kinsey tiba-tiba.
"Berhati-hatilah." terdengar suara peringatan pada nada Kinsey membuat Kinsey bingung. "Jangan salahkan aku kalau kau jatuh cinta sungguhan padaku."
Deg deg deg deg...
Katie langsung menundukkan kepalanya dan secara perlahan dia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman ringan pria yang sudah membuat hatinya bergejolak aneh.
Katie sama sekali tidak sanggup menatap pria itu ataupun mencari tahu seperti apa ekspresi Kinsey. Tapi dia yakin pria itu sedang menyerigai karena dia mendengar suara seringaiannya saat dia turun dari mobil.
Ketika mobil melesat meninggalkannya seorang diri di pinggir hutan, Katie mencengkeram dadanya dengan sebelah tangannya. Sesak. Semenjak dia bertemu dengan Kinsey, dadanya sering merasa sesak dan sulit untuk bernapas.
Dia merasa ada sebuah beban yang menumpuk didalam hatinya. Beban yang awalnya kecil kini semakin membesar dan membesar seiring berjalannya waktu tiap kali bersama dengan pria itu. Dan kini dia merasa beban ini mendesak untuk keluar seolah ada sesuatu kasat mata yang mengurungnya.
Perasaan apa ini?
Kinsey, siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa membuat hatiku kacau balau seperti ini?
Setelah beberapa menit berusaha menenangkan diri, Katie berbalik dan menelusuri jalanan menuju ke Bayern. Dia hanya perlu menunggu satu hari sebelum akhir pekan nanti dan itu waktu yang cukup untuk menenangkan dirinya sendiri.
Agar tidak terlalu terlarut akan kekhawatirannya terhadap perasaan yang dirasakannya, Katie menyibukkan dirinya dengan latihan atau membantu Mina memasak untuk hidangan para anggota keluarga.
Hingga tiba hari yang ditentukan.. Katie merasa gugup luar biasa dan tidak bisa tenang seharian. Rasanya dia ingin pergi dan melarikan diri karena dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap perasaannya ini.
Pada akhirnya dia menyerah dan mencoba mencari jawaban. Dia pergi ke bungalo Mina dan menceritakan semua isi hatinya. Mina mendengarnya dengan sabar dan tidak memotong satupun ungkapan isi hatinya.
Mina hanya tersenyum lembut khas keibuan miliknya sambil mengusap punggung tangan Katie dengan penuh kasih.
"Hanya ada satu jawaban, kau menyukainya, Katie. Kau menyukai Kinsey."
"Aku memang menyukainya. Bukankah aku sudah pernah bilang sebelumnya?"
"Benar. Tapi rasa sukamu terhadap Kinsey sangat berbeda dengan rasa sukamu pada kami semua."
"Apa yang berbeda?"
"Aku bisa saja langsung memberitahumu. Tapi kau harus menyadarinya sendiri. Kau harus menemukan jawabannya sendiri."
"Minaaa.." rajuk Katie memohon dengan sangat agar Mina menyelesaikan kegundahannya dengan memberinya jawaban.
"Sayangku, meski aku memberitahumu, kau juga tidak akan mengerti. Selama kau belum melihat bentuk perasaanmu pada Kinsey, kau tidak akan mengerti. Tidak. Mungkin kau malah akan menyangkalnya."
Mina sudah melihatnya sendiri. Ada rasa cinta di pandangan Katie tiap kali melihat Kinsey. Tapi disaat keduanya bertemu, Katie memandang Kinsey sebagai musuh dan selalu berusaha menghindarinya.
Mina tidak tahu apa yang sudah terjadi di masa lalu. Padahal dilihat dari cara mereka saling memandang, Mina yakin keduanya saling mencintai dengan tulus. Terlebih lagi, Mina sudah melihat sendiri bagaimana Kinsey memperlakukan Katie akhir-akhir ini.
Mina hanya bisa menduga pasti ada sebuah salah paham yang tidak diketahui membuat hubungan keduanya menjadi rusak.
Meski Mina tidak tega melihat Katie yang gusar, Mina harus memaksakan diri agar Katie menemukan jawaban dari hatinya sendiri. Kalau tidak, ada kemungkinan Katie akan menghindar lagi dan menyangkal perasaannya sendiri.
"Bukankah kau menyukai Kinsey? Kenapa kau tidak bilang padanya?"
"Bilang padanya? Kenapa?"
"Kau akan tahu jawabannya setelah mendapatkan reaksi darinya."
"Bagaimana kalau aku masih tidak tahu juga?"
"Percayalah padaku. Kau akan tahu."
Menilai karakter Kinsey, pemuda itu tidak akan berdiam diri setelah mendengar ungkapan dari wanita yang dicintainya kan? pikir Mina.
"Sekarang, singkirkan pikiranmu jauh-jauh dan berdandanlah. Masa kau pergi ke festival dengan bajumu yang biasa. Setidaknya kali ini kau harus tampil sebagai seorang gadis biasa yang memukau. Lagipula kita membicarakan festival. Apa gunanya kau datang ke festival tapi kau tidak bisa bersenang-senang? Hm?" hibur Mina dengan nada ceria.
Katie menghempaskan punggungnya bersandar pada kursi sambil merenungkan nasihat Mina. Apa yang dikatakan Mina memang benar. Untuk apa dia datang ke festival kalau pikirannya terlalu khawatir? Lagipula.. jika dia tidak tahan dengan perasaannya yang sama sekali tidak dikenalnya, dia bisa melarikan diri sewaktu-waktu.
Memikirkan hal ini, suasana hati Katie membaik dan dia mulai bisa tersenyum lega.
"Baiklah. Aku akan menuruti perkataanmu."
Mina menanyakan baju apa yang akan dipakai Katie yang tidak dapat dijawabnya. Setelah mengacak-acak lemari pakaian Katie, Mina tidak menemukan satupun baju yang menunjukkan sisi feminimnya.
"Kemana baju terusanmu serta rokmu yang cantik? Bukannya tahun lalu kau masih memilikinya?"
Katie menggaruk kepalanya saat menjawabnya, "Aku sudah menyumbangkannya ke panti asuhan."
Mina mendelik tidak percaya mendengarnya. "Aku mengerti kalau kau mau menyumbang pakaian. Tapi kenapa harus baju yang bagus? Kenapa harus baju perempuan yang kau sumbangkan semua sementara kau menyimpan baju pria."
"Huh? Aku tidak punya.."
"Bukan itu maksudku." potong Mina. "Baiklah, ikut aku."
Katie mendesah pasrah saat tangannya diseret Mina pergi ke market terdekat untuk membeli baju yang cocok untuk acara festival nanti.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Katie untuk menemukan baju yang sesuai dengan seleranya.
"Aku akan memakai ini."
Mina yang tadi sibuk mencari baju yang cocok untuk Katie langsung menoleh ke arahnya untuk melihat baju pilihan Katie.
Mina tersenyum puas serta bangga. Dia nyaris melupakan fakta bahwa Katie pernah menjadi seorang penyanyi jazz terkenal di Amerika Serikat. Caranya berpakaian ataupun berdandan sudah tidak perlu diragukan lagi. Katie bisa memilih baju yang sederhana tapi tampak manis dan anggun saat ditempelkan ke tubuh Katie yang mungil.
Kinsey pasti terpesona lagi padanya nanti malam, pikir Mina semangat. Ah, seandainya dia juga bisa ikut. Dia ingin melihat seperti apa reaksi Kinsey nanti saat Katie datang dengan penampilan barunya.