Jadilah Milikku
Jadilah Milikku
Namun detik berikutnya awan gelap memudar dan langit dipenuhi dengan bintang-bintang. Bahkan jumlahnya dua kali lipat daripada sebelumnya.
Bunga-bunga disekitar mereka bermekaran dengan serempak.
Merah yang berbaring disisi Katie langsung tahu, suasana hati Katie berubah menjadi baik. Hanya saja dia sama sekali tidak menyangka bunga-bunga akan bermekaran. Biasanya bunga bermekaran kalau raja merah sedang senang atau mengalami kejadian yang sangat menyenangkan.
Kenyataan bahwa bunga-bunga bermekaran apakah itu berarti Katie sedang gembira? Memangnya apa yang membuatnya gembira? Bukannya sebelumnya gadis itu tampak sangat kesakitan?
Bahkan angin malam tidak terasa dingin. Malahan, angin disekitar mereka menari-nari seolah melindungi mereka dari dinginnya angin malam.
Namun itu semua lenyap hanya dalam waktu hitungan detik. Angin dingin kembali menyerang mereka dan bintang di langit mulai menghilang satu per satu.
Merah mengusap kepalanya ke ceruk leher Katie berusaha untuk kembali menenangkan Katie yang entah kenapa suasana hatinya kembali memburuk.
"Merah, sekarang aku mengerti." tanpa sadar Katie kembali mencurahkan isi hatinya pada Merah. "Dadaku selalu berdebar tiap kali bertemu dengannya. Aku merindukannya dan juga... aku merasa cemburu jika membayangkan ada wanita lain yang mendekatinya. Aku..." Katie menoleh ke arah Merah untuk menatapnya. "Sepertinya aku sudah jatuh cinta pada Kinsey. Bagaimana ini? Aku sudah melakukan hal yang memalukan. Bagaimana kalau Kinsey membenciku? Aku baru menyadari perasaanku yang sebenarnya dan aku sudah melakukan hal yang mungkin akan membuatnya membenciku. Apa yang harus aku lakukan?"
Katie sama sekali tidak menyadari mata merah dari serigalanya bersinar-sinar karena matanya sendiri sudah mulai kabur karena air mata. Dia terlalu takut menghadapi kenyataan kalau Kinsey akan membencinya dan mulai menjauhinya.
Tok. tok. tok.
Katie menangkap suara ketukan tegas pada pintu rumahnya. Karena sudah larut malam, keadaan disekitar bungalonya sangat sunyi. Hanya suara serangga dan gesekan dedaunan yang terdengar. Karena itu suara ketukan keras pada pintu depan yang cukup jauh jaraknya, masih bisa didengarnya.
Katie mengusap air matanya sambil bangkit berdiri. Dia bertanya-tanya siapa yang datang ke rumahnya jam segini.
Katie membuka pintunya dan terkejut melihat siapa yang ada disana. Katie yang sudah menyadari nama perasaannya beberapa saat lalu berdiri dengan gugup dan takut disana.
Bukankah Kinsey sudah pulang? Kenapa Kinsey masih disini? Dan kenapa ekspresinya sulit dibaca?
"Aku boleh masuk?"
Kenapa suara Kinsey terdengar berat daripada biasanya?
Dengan gugup Katie membuka pintunya lebih lebar dan mempersilahkan Kinsey masuk kedalam. Katie sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya ataupun menatap mata pria itu. Dia luar biasa gugup, bahkan dia merasa kedua kakinya mulai lemas. Bagaimana kalau Kinsey memutuskan datang kemari karena ciuman tadi? Bagaimana kalau Kinsey datang kemari untuk memarahinya dan memakinya? Bagaimana kalau... Kinsey memutuskan untuk menghindarinya dan kembali ke Amerika?
Memikirkan kemungkinan hal ini membuat Katie semakin takut dan dadanya kembali diserang rasa sakit yang luar biasa.
Katie menutup kembali pintunya dan saat berbalik, dia terkesiap karena Kinsey sudah berada persis dihadapannya... sangat dekat dengannya.
Sebelah tangan Kinsey masuk melingkari pinggangnya, sementara tangan yang lain masuk diantara rambut merahnya sampai menemukan tengkuk lehernya.
"Apa yang.." kalimatnya terpotong saat Kinsey menutup mulutnya dengan bibirnya sendiri.
Berbeda dengan apa yang Katie lakukan sebelumnya, Kinsey menciumnya seolah menikmati makanan terlezat didunia. Tentu saja bagi Kinsey bibir Katie adalah makanan favoritnya. Kinsey menghisap, mencecap kecil bahkan menikmati satu per satu bibir bagian atas dan bawah secara bergantian.
Permainan mulut Kinsey membuat Katie lemas tak berdaya. Bagi Katie ini adalah ciuman pertamanya dan ini terlalu berat untuknya. Katie sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya memegang kain kaos Kinsey dengan lemah dan membiarkan Kinsey memimpin permainan ciuman mereka.
Semakin lama Kinsey menciumnya, Katie semakin merasa sesak. Dia sudah kehabisan oksigen dan butuh bernapas sekarang. Tapi Kinsey sama sekali tidak melepaskannya dan terus mencumbunya dengan rakus. Katie mengerang.. lebih tepatnya memohon untuk dilepaskan.
Katie merasa lega saat Kinsey mengakhiri ciuman mereka. Tapi perasaan leganya tidak bertahan lama karena Kinsey kembali melahap bibirnya.
Entah berapa lama mereka saling berpagutan secara intim sebelum akhirnya Kinsey benar-benar mengakhiri ciumannya. Katie sama sekali tidak sadar Kinsey sudah mengangkat tubuhnya sedikit karena kakinya sudah lemas seperti jeli dan tidak sanggup berdiri.
Keduanya sama-sama terengah kehabisan napas. Kinsey tersenyum puas melihat bibir Katie yang ranum kini terlihat agak bengkak karena ciumannya. Kinsey mengelus bibir wanita itu dengan ibu jarinya membuat Katie semakin tak berdaya.
Pandangan gadis itu agak tidak fokus karena terlalu terbuai dengan adegan intim tadi. Kedua pipinya merona merah dengan mempesona membuat Kinsey ingin menciumnya sekali lagi. Namun dia menahan diri dan hanya menyatukan keningnya pada kening Katie.
"Kau tahu rumor yang sedang populer di Bayern?"
Katie mengerjap tidak mengerti kenapa Kinsey membahas sesuatu yang tidak berhubungan dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
Katie tidak sanggup bersuara karena masih terlalu syok dan tidak percaya apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Karena itu dia menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Mereka mengatakan, kita seperti sedang menjalin hubungan terlarang dan berkencan secara tersembunyi."
Mulut Katie terbuka lebar serta matanya membelalak tak percaya mendengar ini. Ada rumor seperti itu? Kapan? Kenapa dia tidak pernah mengetahuinya?
Katie mengingat kembali sikap Mina serta lainnya. Kini dia mengerti arti tatapan semua orang terhadapnya. Mereka sering kali menggodanya dengan menanyakan apakah dia mencari Kinsey atau apa dia sedang memikirkan Kinsey. Jadi itu sebabnya mereka bertingkah aneh dan menanyainya seputar Kinsey?!
Katie juga teringat, para prajurit Oostven selalu tersenyum jahil dan pancaran mata mereka dipenuhi dengan kejahilan yang menggoda tiap kali dia berbicara dengan Kinsey. Jadi selama ini mereka semua menggoda dan menjahilinya dan dia sama sekali tidak tahu?!
Rasanya Katie ingin bersembunyi. Dia tidak tahu bagaimana harus bertingkah kalau dia bertemu dengan semuanya. Apalagi Mina. Ugh! Katie sungguh berharap dia bukan anggota suku Oostven.
"Itu.. aku.. aku tidak tahu. Kau tidak perlu memikirkannya jika kau tidak menyukainya." jawab Katie terburu-buru mengira Kinsey tidak suka dengan rumor itu.
Cup. Sekali lagi Kinsey mengecup bibir Katie membuat Katie menahan napas karena tidak siap dengan kecupan singkat itu.
Tiba-tiba saja otak Katie membeku. Dia sama sekali tidak bisa berpikir. Kekalutannya, kekhawatirannya sebelumnya lenyap seketika. Satu-satunya yang ada dipikirannya saat ini adalah dia berada sangat dekat... dalam dekapan erat pria yang dicintainya.
"Aku malah berpikir menjadikan rumor itu nyata. Dengan begitu kita tidak perlu bersembunyi sewaktu ingin berkencan."
"Aa..apa?" Katie yakin sekali Kinsey bisa mendengar debaran jantungnya. Bahkan dia sendiri, Katie bisa merasakan denyut nadinya di sebelah dadanya.
"Jadilah kekasihku, Katie. Aku ingin menjadi kekasihmu. Bukan. Maukah kau menjadi milikku?"
Katie semakin meleleh mendengar suara yang lembut dari Kinsey dan hatinya bergetar dengan hebat. Belum lagi aroma musky Kinsey yang sangat memabukkan membuatnya merasa kecanduan.
"Bagaimana denganmu? Bukankah tidak adil kalau kau bukan milikku?" gerutu Katie sambil berusaha lepas dari dekapan pria raksasa ini yang ternyata sia-sia karena Kinsey tidak membiarkannya terlepas begitu saja.
"Kau ingin aku jadi milikmu?" tanyanya dengan senyuman miring.
Rasanya Katie ingin menangis. Ini terlalu berat untuknya. Apakah Kinsey tidak sadar Katie baru menyadari perasaannya yang sesungguhnya pada pria itu? Katie baru menemukan nama yang cocok akan perasaannya! Apakah Kinsey sama sekali tidak tahu bahwa Kinsey adalah satu-satunya pria pertama yang memasuki hatinya?
Terlebih ciuman tadi.. itu ciuman pertamanya! Dan Kinsey malah menciumnya dengan level yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Kenapa pria ini begitu ahli dalam bercumbu? Apakah Kinsey pernah mencium wanita lain sebelum ini?
Katie merapatkan bibirnya menahan diri agar air mata tidak keluar. Dia sama sekali tidak bisa membayangkan kalau Kinsey pernah mencium wanita lain seperti apa yang dilakukan pria itu pada dirinya.
"Oh, Katie. Kau sungguh membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu." lanjut Kinsey sambil mengusap air mata yang lolos dari pelipis mata Katie. "Apakah kau tahu aku sudah menjadi milikmu dari dulu?" kalimatnya berakhir dengan Kinsey kembali mencium kening Katie turun ke hidungnya sebelum kembali melumat bibir Katie.
Ajaibnya, kalimat terakhir Kinsey sanggup mengusir semua keraguan dan kegelisahan Katie. Dia merasa puas dan menikmati curahan cinta Kinsey melalui ciuman panas pria itu. Kali ini Katie mengalungkan kedua tangannya ke leher Kinsey dan mencoba membalas ciumannya.
Sementara itu di luar, Merah melihat tidak hanya disekitarnya.. tapi seluruh Bayern, berbagai macam bunga bermekaran dengan indah dan muncul kunang-kunang berdatangan lalu menari di atap bungalo Katie. Bulan purnama juga terlihat dengan jelas meski belum waktunya muncul bulan purnama.
Malam itu adalah malam dimana sang raja merah berada di puncak kebahagiaannya.