My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Tindakan Vincent



Tindakan Vincent

Beberapa jam sebelumnya.... Disaat Jerman baru disinari matahari pagi, Amerika masih dalam keadaan gelap.     

Di New York, Vincent sedang membaca artikel yang baru saja diretasnya. Dia sudah memasang program jika ada sinyal asing yang ditujukan untuk istrinya, secara otomatis sinyal itu akan dialihkan ke laptopnya sendiri.     

Dan dia bisa melihat sebuah berita mengenai kebakaran di Hotel berbintang di Jerman. Tidak hanya itu, terdapat juga daftar nama siapa saja yang menginap di suite hotel tersebut. Dan salah satu penghuninya adalah Kinsey Alvianc, saudara iparnya.     

Vincent memijat keningnya dengan letih.. Padahal dia mengira kehidupan istrinya akan menjadi normal setelah kejadian enam tahun lalu, tapi sepertinya Kinsey yang selalu masuk dan membuat masalah.     

Yang sebenarnya dia sama sekali tidak mengkhawatirkan Kinsey. Dia tahu betul seperti apa kemampuan pria itu. Yang dikhawatirkannya adalah istrinya.     

Catherine sangat menyayangi saudara-saudaranya terlebih lagi kakak kembarnya. Jika sampai hal ini diketahui istrinya, sudah dipastikan Cathy akan langsung berangkat ke Jerman.     

Dengan kebakaran kecil seperti ini dia tahu, Kinsey pasti selamat dan baik-baik saja. Apalagi ada Stanley disana. Dia juga yakin.. Kinsey tidak mungkin menyebarkan ke semua orang kalau Cathy adalah adiknya. Lalu alasan kenapa berita ini sampai dikirim ke alamat email istrinya... apakah itu berarti... ada seseorang yang ingin memancing Cathy pergi ke Jerman?     

Untuk apa? Kenapa mereka ingin Cathy pergi ke Jerman?     

Vincent menutup laptopnya, lalu memutar kursinya menghadap pemandangan malam dari dinding kaca dibelakang meja kerjanya. Ekspresinya dingin dan rahangnya mengeras memikirkan solusi terbaik agar tidak membahayakan istrinya. Apalagi kedua anaknya yang masih kecil. Dia tidak ingin ada trauma sekecilpun yang menghiasi memori mereka.     

Sementara itu Cathy yang tiba-tiba terbangun di kamarnya tidak merasakan kehadiran suaminya disebelahnya merasa heran.     

"Vincent?"     

Karena tidak ada jawaban, Cathy memutuskan untuk mencari suaminya di ruang kerjanya. Seperti yang diduganya, suaminya ada disana duduk di kursi kerjanya dengan ekspresi datar. Lebih tepatnya ekspresi suaminya terkesan dingin dan mengerikan.     

Apa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya? Cathy tahu, Vincent hanya menunjukkan sisi dingin saat hanya sendirian atau ketika mengalami masalah yang cukup sulit.     

Cathy berjalan mendekatinya. Tampaknya Vincent terlalu larut dalam pikirannya hingga sama sekali tidak menyadari kehadirannya.     

Cathy membungkuk kemudian.. Cup! Memberi kecupan singkat pada bibir suaminya. Barulah Vincent tersadar dari lamunannya.     

Melihat senyuman hangat istrinya, pancaran mata Vincent melembut dan wajahnya mengulas senyuman.     

"Kupikir kau sudah tidur."     

"Aku terbangun. Kau tidak ada disampingku, aku kesepian."     

Vincent tertawa kecil. Terkadang istrinya ini bisa bersikap manja layaknya anak kecil. Dan Vincent sama sekali tidak keberatan. Justru sikap inilah yang menjadi favoritnya.     

"Kemarilah." ujar Vincent sambil menarik lembut tangan Cathy agar duduk diatas pangkuannya.     

Cathy duduk dengan nyaman seperti setengah berbaring dengan posisi punggung di sebelah tangan kiri Vincent sementara kepalanya bersandar di ceruk leher suaminya.     

Kedua tangan Cathy memainkan jari-jari di tangan kanan suaminya sambil menikmati aroma lemon suaminya yang sangat khas.     

"Apa yang sedang kau pikirkan? Apakah ada masalah lagi dengan perusahaan?" tanya Cathy dengan nada lembut.     

"Tidak ada. Bukan sesuatu yang penting." jawab Vincent sebelum mengecup puncak kepala istrinya untuk kesekian kalinya. "Kau tidak mengantuk?"     

"Tidak terlalu." jawab Cathy. Daripada rasa kantuknya dia lebih suka menemani suaminya dan mengurangi beban pikiran apapun yang ditanggung suaminya.     

"Vincent.. apakah kau pernah berpikir menyesal telah menikah denganku?"     

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" jelas sekali Vincent merasa sakit hati karena istrinya meragukan perasaannya. "Apakah kau menyesal menikah denganku?"     

Cathy menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku sama sekali tidak menyesal. Kau adalah hadiah terbaik yang pernah datang dalam kehidupanku. Kau juga yang membawa kembali ribuan warna ke dalam penglihatanku. Aku tidak pernah menyesal."     

"Akupun juga begitu." sambung Vincent sembari membawa sebelah tangan istrinya ke mulutnya. "Meski waktu bisa diulang berulang kali, aku akan kembali mencintaimu dan menginginkanmu."     

"Tapi.. entah kenapa aku selalu membawa masalah dan kau yang selalu membereskan masalahku."     

"Aku yakin kau sedang membicarakan kakakmu daripada dirimu." ucap Vincent dengan geli.     

Cathy menggigit bibirnya seperti kebiasaannya saat dia merasa gelisah ataupun takut.     

Vincent mengusap bibir istrinya dengan lembut seakan membujuknya untuk melepaskan gigitannya.     

"Cath sayang, Kinsey bukanlah anak kecil. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia jauh lebih kuat dan bisa mengatasi masalah yang dibuatnya."     

"Dia berjanji padaku untuk tidak memanggil Honda."     

"Darimana kau tahu?" Vincent jelas tidak memberitahu istrinya mengenai kembalinya Honda ke sisi Kinsey. Kenapa Cathy bisa mengetahuinya?     

"..." Cathy mengangkat kepalanya dari bahu suaminya. Wajahnya tampak murung membuat Vincent ingin menghapus kesedihannya. "Aku tidak tahu. Sekarang aku tahu."     

Vincent mendesah pelan. Dia melupakan kenyataan kecil Cathy memiliki bakat yang sama dengan saudara kembarnya dalam bermain kata-kata.     

"Vincent. Apa yang kau sembunyikan dariku? Kau dan kakakku menyembunyikan sesuatu dariku. Setidaknya aku sangat tahu itu."     

"..." Vincent memasang raut muka bingung dengan tampang tak berdosa. "Yang mana?"     

"Sejak kapan kau tahu?"     

Vincent mendesah dan hampir saja memberitahukan yang sebenarnya kalau saja Cathy tidak melanjutkan kalimatnya.     

"Aku sama sekali tidak menyangka kakakku akan bersama dengan Kitty."     

Huh? Meski sangat bingung, Vincent tetap diam tanpa mengubah raut mukanya.     

"Sejak kapan kau tahu kakakku menjalin hubungan dengan Kitty?"     

"Mereka menjalin hubungan? Bagaimana bisa? Bukankah mereka tidak saling kenal?"     

Cathy menyipitkan matanya merasa curiga. Terkadang suaminya memasang wajah polos berpura-pura tidak mengerti apa yang dikatakannya.     

"Vincent, kau lupa telah menyuruh Kitty pergi menemui kak Kinsey di hari pernikahan kita?"     

Vincent tertawa kecil mendengarnya. Sungguh daya ingatan yang sangat mengerikan. Pikir Vincent geli.     

"Sayangku, aku ingat sekali aku hanya menyarankan dia pergi ke balkon karena dia sedang mencari udara segar. Apa hubungannya dengan saudaramu?"     

"Jelas-jelas kau tahu kakakku ada disana."     

"Kinsey ada disana? Benarkah? Istriku tersayang, maklumilah ingatanku yang tidak setajam darimu. Aku bahkan tidak ingat kalau kakakmu pergi menyelinap dari kerumunan para tamu."     

Cathy memasang wajah cemberut yang lucu membuat Vincent tersenyum geli.     

"Kau ingin pergi ke Jerman?"     

Muka yang cemberut langsung berubah ceria mendengar tawaran ini. Sinar matanya berbinar-binar penuh antusias melupakan rasa kejengkelan akibat kejahilan suaminya sebelumnya.     

Vincent sendiri tahu.. cepat atau lambat, istrinya pasti akan memintanya untuk ke Jerman. Dia tahu, Cathy sudah tahu Katleen Morse ada di sana dan juga istrinya ini sangat merindukan kakak satu-satunya.     

Belum lagi ada pihak misterius yang ingin memancing Cathy ke Jerman. Sama persis ketika seseorang berusaha memancing Chloe serta Cathy keluar dari rumah... dari perlindungan yang menaungi mereka.     

Akibatnya, Chloeny mati dengan mengenaskan, sementara Catherine diculik hingga mendapatkan luka pada lehernya.     

Jika sampai Cathy keluar dari Amerika diam-diam, entah bahaya apa yang akan dihadapi istrinya.     

Karena itu...     

"Tapi tidak sekarang. Aku harus mengurus beberapa event yang akan disponsori Flex grup. Belum lagi, sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Cuaca di Jerman akan jauh lebih dingin daripada disini. Diego tidak akan tahan."     

"Kau benar. Aku tidak tega kalau Diego akan selalu menggigil saat kita berkeliling bersama. Apa sebaiknya kita menunggu musim dingin berakhir?"     

Senyuman Vincent melebar. Alasan kenapa dia bertanya apakah istrinya mau berlibur ke Jerman adalah dia tahu.. Dia bisa memberi istrinya sebuah pengertian dan memanfaatkan instingnya sebagai seorang ibu untuk menunda kepergian mereka.     

Dengan begini, tidak peduli siapapun yang ingin memancing Cathy keluar dari Amerika, Cathy tidak akan pergi.     

Dia tahu betapa pedulinya Cathy pada keluarganya. Cathy sudah belajar dari kesalahannya enam tahun lalu saat gegabah percaya pada ancaman kosong dari Aiden dan membiarkan dirinya diculik.     

Kali ini Cathy akan berpikir ulang sebelum bertindak gegabah demi suaminya serta dua anak mereka. Biar bagaimanapun, istri tercintanya tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama.     

"Ide yang bagus. Kita akan pergi awal February tahun depan."     

Cathy mengeratkan pelukannya di leher suaminya sambil memberi beberapa kecupan kecil di wajahnya.     

"Kau suami terbaik yang pernah kuminta."     

Vincent tertawa mendengarnya sebelum mengulum bibir adiktif istrinya sembari menyusupkan tangannya ke balik kaos tidur istrinya.     

Tangannya semula menari membelai perut mulus istrinya sebelum bergerak keatas hingga mencapai salah satu bukit kesukaannya. Vincent meremasnya seperti sedang meremas adonan kue membuat Cathy mendesah nikmat di tengah-tengah ciumannya.     

"Vincent...bukankah.. sudah saatnya.. kita kembali tidur?" tanya Cathy terbata-bata disaat Vincent menjelajahi dagu bawah, leher hingga turun ke bahunya dengan ciuman basahnya.     

"Kau benar. Sudah saatnya kita 'tidur'."     

Wajah Cathy merona tahu apa yang dimaksudkan tidur oleh suaminya sangat berbeda dengan apa yang dia ucapkan sebelumnya.     

Cathy hanya tertawa geli saat tubuhnya diangkat Vincent dengan ringan dan berjalan kembali menuju ke kamar mereka untuk melakukan sesuatu yang hanya diketahui mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.