Tindakan Meisya
Tindakan Meisya
Aku terbangun dengan kepala yang terasa berat. Aku mencoba mengingat apa saja yang terjadi kemari sore didalam kamarku. Adrianna datang dan memberiku peringatan.. lebih tepatnya mengancamku. Karena tidak kuat dengan tekanan batin yang sudah menumpuk selama puluhan tahun, aku menangis selama berjam-jam. Lalu...
Sekelibat bayangan sileut sosok misterius muncul di kepalaku. Aku langsung bangkit berdiri begitu ingat apa yang terjadi. Aku telah diculik dan aku sadar tempat ini jelas bukan kamarku.
Aku segera beranjak menuju ke jendela berharap bisa melarikan diri. Sayangnya, aku berada di sebuah bangunan berlantai tingkat tinggi dan sangat tidak memungkinkan untuk melompat keluar dari jendela ini kalau tidak ingin bunuh diri.
Kenapa aku ada disini? Siapa yang menculikku?
Belum sempat memikirkan jawabannya, aku mendengar sebuah suara. Secara refleks, aku kembali berbaring di ranjang untuk berpura-pura masih tertidur. Aku sangat ketakutan dan bisa kurasakan jantungku bertalu dengan cepat membuat kepalaku agak sedikit pusing.
Aku menggenggam selimutku dengan erat begitu pintu kamar terbuka. Apa yang harus aku lakukan jika seandainya orang ini akan menyerangku? Aku tidak bisa bertarung dan aku juga tidak punya senjata untuk membela diri. Apa yang harus aku lakukan?
Leo, tolong aku. Aku menjerit dalam hati berharap entah bagaimana caranya agar kakakku bisa mendengarnya.
Satu detik.. dua detik.. hingga suara pintu tertutup kembali, aku tidak merasakan apa-apa. Sebaliknya, aku mencium aroma wangi yang menggugah seleraku.
Dengan perlahan, aku membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhku dan mengarahkan pandanganku mencari sumber aroma wangi tersebut.
Aku melihat sebuah nampan berisi semangkuk sup serta sepiring roti berselei. Disebelahnya ada teh hangat serta yogurt strawberry kesukaanku. Aku bertanya-tanya apakah orang tadi masuk hanya untuk memberiku makan? Penculik macam apa yang memberikan makan mewah pada korbannya?
Tunggu. Apakah semua penculikan itu seperti ini? Korban penculikan tidak diikat ataupun dirantai, tapi juga ditidurkan di ranjang besar yang empuk?
Perlakuan macam apa ini? Aku semakin bingung dengan situasi yang kualami saat ini.
Pada akhirnya, aku memberanikan diri untuk berjalan keluar. Hatiku bergejolak gembira begitu pintu terbuka dengan mudah. Aku berjalan keluar dengan penuh pertanyaan dipikiranku.
Apakah benar aku diculik? Kenapa mereka tidak mengunci pintu kamarku? Apakah semua korban penculikan memang seperti ini? Aneh sekali. Ini semua sangat berbeda dari apa yang kudengar selama ini.
Aku sering mendengar korban penculikan diperlukan dengan kejam. Ada yang diperkosa, dimutilasi dan hal-hal mengerikan lainnya. Karena itu aku merasa sangat heran dan bingung.
Aku berjalan ke arah balik lemari kaca kuno untuk memeriksa kesekelilingku. Begitu yakin tidak ada siapa-siapa disana, aku segera berjalan cepat tanpa menimbulkan suara menuju ke pintu yang kuduga adalah jalan keluar dari tempat ini.
"Kau mau pergi kemana?"
Deg! Hatiku seketika melonjak kaget begitu mendengar suara itu. Belum lagi, kini ada seorang pria bertubuh besar tiba-tiba muncul dan berdiri di depan pintu keluar. Orang ini berdiri dengan anguh sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya membuatku merasa kecil dan tak berdaya.
Karena tidak punya pilihan lain, aku terpaksa membalikkan badanku untuk melihat pemilik suara yang ternyata tidak lain hanyalah gadis muda yang imut. Anak itu sekitar berusia awal dua puluh tahunan dengan rambut madu dikuncir ekor kuda.
Aku juga baru sadar, gadis ini bertanya padanya bukan menggunakan bahasa Jerman melainkan bahasa Belanda. Apakah itu berarti aku ada di Belanda sekarang? Kalau iya, aku ingin menangis saat ini juga.
Sudah pasti penculikku tidak membawakanku dompet ataupun ponsel milikku. Aku tidak punya uang untuk pulan ke Jerman maupun ponsel untuk menghubungi Leo.
Sebenarnya apa yang diinginkan orang-orang ini dariku? Uang? Kalau memang uang, mereka tidak perlu membawaku hingga ke Belanda kan?
Atau apakah mungkin mereka ingin menjual organ tubuhku? Atau jangan-jangan mereka ini adalah pedagang manusia yang sering kudengar?
Memikirkan semua kemungkinan ini sama sekali tidak bisa membuatku tenang. Aku semakin ketakutan dan kedua kakiku mulai terasa lemas.
"Tenang saja nona. Hunter menyuruh kami untuk menjagamu. Kami tidak akan menyakitimu."
Mungkin karena gadis itu mengucapkannya dengan ramah serta senyuman menawan, hatiku mulai terasa tenang. Meskipun begitu, bagaimana aku bisa mempercaya kalimatnya? Hunter? Siapa itu Hunter?
"Hunter bilang, kau bisa mengerti bahasa kami. Jadi, tidak perlu berpura-pura bingung dengan apa yang kubicarakan."
Ugh. Gadis ini tampak memasang wajah yang ramah dan imut, tapi kalimatnya bisa membuat seseorang tak bisa berkutik. Aku mengeluh dalam hati.
"Siapa kalian? Kenapa kalian menculikku? Apa yang kalian inginkan dariku?" aku merasa bangga pada diriku sendiri karena bisa mengendalikan rasa takutku untuk tidak mempengaruhi suaraku.
"Kalau soal itu, kau harus menunggu Hunter. Dia yang membawamu kemari. Dan juga.. saat kau bertemu dengannya nanti.. aku sarankan kau tidak melakukan hal yang membuatnya jengkel. Mungkin dia tampak ramah di matamu, tapi yang sebenarnya.. dia bisa menghancurkan kehidupanmu jika dia tidak tahan menghadapimu."
Apakah aku baru saja diancam? Lagi? Terlebih lagi dari gadis yang lebih muda darinya? Rasanya aku ingin sekali menangis begitu melihat gadis imut ini tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya aku telah gagal menutupi rasa takutku. Dan gadis ini bisa melihat ketakutanku dengan jelas.
Seseorang... tolong selamatkan aku dari para penculik ini? Aku berdoa dalam hati tidak peduli apakah ada yang mendengarkan doaku atau tidak.
Meisya POV end.
-
Jika didalam istana, Meisya tidak perlu khawatir ataupun takut terhadap siapapun yang berniat menyakitinya. Ada pasukan serta hukum khusus yang melindunginya.
Itu sebabnya, tidak peduli seberapa banyak yang meledeknya atau berusaha mengancamnya, dia selalu berhasil menutupi rasa takutnya. Karena dia tahu, tidak ada orang istana yang berani melukainya secara terang-terangan.
Tapi kini... dia diculik diam-diam keluar dari negara Jerman. Tidak ada pasukan ataupun hukum khusus yang bisa melindunginya. Bahkan dia yakin umbranya tidak akan bisa melacaknya. Bahkan saat inipun umbranya belum tentu sadar kalau dia sudah diculik.
Umbra memang harus siap siaga melindungi anggota kerajaan.. di luar istana. Dengan kata lain, selama anggota bangsawan berada didalam istana, perlindungan akan diserahkan penuh pada prajurit khusus. Sementara para umbra tidak diizinkan masuk ke dalam istana dan tidur di bungalo dekat gerbang utama istana.
Karena itulah, Meisya sempat kelolosan terkena racun dan kini kelolosan terculik tanpa sepengetahuan umbra.
Perlindungannya selama diluar istana akan terjamin karena umbra akan selalu siap menyelamatkannya. Perlindungan didalam istana lebih terjamin lagi karena pengawasan yang ketat. Tapi siapa yang bisa melindunginya kalau orang yang hendak mencelakainya adalah janda permaisuri sendiri? Bahkan umbra sekalipun tidak akan bisa berbuat apa-apa jika sang ibu suri ingin membunuhnya.
Apakah mungkin... Hunter ini adalah pembunuh bayaran yang dikirim oleh ibu suri?
"Aww.. tidak perlu terlalu takut seperti itu. Selama kau bersikap baik, kami tidak akan menyakitimu. Sekarang, maukah kau kembali ke kamarmu dan menghabiskan sarapanmu. Kita tidak ingin kau sakit karena kurang makan kan?"
"..."
Meisya memejamkan matanya berusaha menenangkan diri. Dipikir sekeras apapun dia tetap tidak bisa melarikan diri untuk saat ini. Lagipula, gadis ini bilang mereka tidak akan menyakitinya dan mau tidak mau Meisya mempercayainya melihat dia ditidurkan di ranjang yang empuk dan disuguhkan sarapan yang lezat.
Pada akhirnya dia menyerah dan kembali ke kamarnya. Hanya saja... dia tidak akan memakan makanan yang disediakan mereka.
Tidak akan ada yang menjamin kalau mereka tidak memberinya racun yang bisa membunuhnya secara perlahan. Siang dan malam harinya juga sama. Makanan atau minuman yang mereka berikan sama sekali tidak disentuhnya.
Meisya hanya bisa bertahan menahan rasa laparnya dan tidak membuat masalah yang akan merugikannya.
Meisya mencoba mengingat kembali. Apakah dia pernah menyinggung seseorang belakangan ini? Tidak mungkin. Dia dididik untuk menjadi orang yang menyenangkan dan pintar. Meski ada yang menyinggungnya, Meisya tidak pernah sekalipun membalas atau melawan.
Apakah mungkin... Duda dari keluarga Peskhov?
Memikirkan kemungkinan ini membuat wajahnya pucat pasi. Bagaimana kalau Hunter yang dibicarakan penculiknya adalah suruhan Peskhov? Apakah orang itu akan memaksanya menandatanganni surat pernikahan?
Sebutir air mata mengalir kembali ke pipinya. Jika memang kemungkinan ini benar, bagaimana caranya Meisya melarikan diri? Lebih baik dia berpura-pura menyetujui ancaman Adrianna. Dia bisa memikirkan usaha untuk kabur sebelum hari pernikahannya dengan Peskhov. Daripada dia diculik dan dipaksa menikah langsung dengan pria tua itu.
Ahhh.. semua yang dialaminya saat ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya sehingga membuatnya selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi padanya.
Nyonya Delcrov, apa yang harus aku lakukan? Ucap Meisya dengan sedih merindukan sosok wanita yang sudah seperti ibunya sendiri.
Keesokan malamnya, Meisya sudah merasa lemas dan tidak bertenaga karena 'puasa' selama dua hari penuh. Dia hanya bisa berbaring di ranjang menantikan sesuatu buruk yang mungkin akan menimpanya.
Disaat dia hendak terlelap, pintu kamarnya dibuka tiba-tiba membuat Meisya kembali terjaga dan waspada. Tidak biasanya penculiknya membuka pintu kamarnya jam segini.
"Dia sama sekali tidak makan?"
"Sudah dua hari ini dia sama sekali tidak menyentuh makanannya."
"Dia tidak suka makanannya?"
"Entahlah. Aku hanya mengikuti daftarmu mengenai makanan kesukaannya dan yang bukan. Kurasa dia takut kita memberinya racun. Awww... Kenapa kau menjitakku?"
"Kau pasti menakutinya."
"Siapa yang menakutinya? Lagipula, umumnya... jika seorang gadis dibawa keluar paksa dari rumahnya, siapa yang tidak akan takut? Kau yang membawanya kemari. Jadi dia adalah urusanmu. Hmph!"
Meisya menelan ludah mendengar percakapan ini. Terutama mereka tidak berbicara dalam bahasa Belanda seperti yang selama ini dia kira melainkan bahasa Inggris. Apakah dugaannya benar? Apakah Hunter memang adalah orang Rusia suruhan Peskhov? Ataukah pembunuh bayaran ibu suri?
"Kau adalah Hunter?" panggil Meisya sebelum orang yang bernama Hunter keluar dan menutup pintu kamarnya kembali.
"Oo? Kau belum tidur?"
Meisya bangkit berdiri untuk melihat pria yang bernama Hunter ini. Sayangnya, lampu kamarnya dalam keadaan mati dan dia hanya bisa melihat siluet pria itu saja dari sebelah pintu kamar yang terbuka.
"Siapa kau? Dan kenapa kau menculikku?"
"..." tidak ada jawaban dari Hunter yang mana membuat Meisya semakin gugup dan takut.
Dia ingat ancaman gadis muda yang tadi sempat bicara dengan Hunter. Gadis itu mengatakan kalau dia membuat Hunter jengkel, Hunter akan menghancurkan kehidupannya.
Apakah dia akan dibunuh? Ataukah sesuatu hal yang lebih buruk dari mati dibunuh?
Jantung Meisya semakin berdebar ketakutan saat melihat siluet pria itu melangkah menghampirinya.
Untungnya, Meisya menemukan sebuah pulpen di dalam laci sebelumnya dan kini dia menggenggam erat pulpen tersebut berharap bisa menjadi senjata untuk melindunginya.
Begitu Hunter hanya berjarak beberapa senti darinya, dengan gerakan cepat Meisya melayangkan pulpennya ke arah pria itu. Sayangnya, reflek Hunter lebih cepat lagi dan berhasil menangkis serangannya dan memojokkannya. Setelah bergulat beberapa kali keduanya berakhir di atas ranjang dengan Meisya dibawah tindihan tubuh berat Hunter.
Meisya semakin panik dan mengangkat wajahnya mendekat sebelum menggigit lengan Hunter sekuat-kuatnya.
"Ugh!!"
Begitu dirasanya cengkeraman Hunter pada lengannya melonggar, Meisya segera mendorong Hunter sekuat tenaga dan langsung keluar dari kamar gelap itu.
Dia cukup beruntung tidak ada siapa-siapa disana sehingga tidak ada yang menghalanginya keluar dari pintu utama tempat ini.
Begitu keluar, dia menoleh kanan kiri dan segera menuju ke sebuah lift besar berharap tidak ada yang menyusulnya. Begitu pintu lift tertutup dan bergerak turun ke bawah, barulah Meisya bernapas lega.
Sayangnya.. dia sama sekali tidak bahaya apa yang menantinya begitu pintu lift terbuka di lantai dasar.