My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Stanley = Hunter



Stanley = Hunter

Stanley menyetir mobilnya keluar perbatasan Jerman dan menuju ke Belanda. Dia menyuruh Selenka untuk menghubungi salah satu rekannya di Belanda.     

"Ini aku. Aku akan tiba disana malam ini... Aku tahu... aku akan kesana secepatnya."     

Setelah memutuskan panggilannya, Stanley memanggil Eleanor serta Brinna bersamaan. "Brinna, aku ingin kau menggunakan seluruh sinyalmu untuk melacak energi raja merah. Meski kecil sekalipun lacak energi itu dan segera beritahu aku dan Kinsey hasilnya."     

"Baik."     

"Eleanor, aku ingin kau mengawasi pergerakan Meisya mulai sekarang. Dan usahakan wajahnya tidak tertangkap kamera pemerintahan Belanda."     

"Baik."     

Kemudian terdengar suara 'bip' menandakan Brinna log out dari sinyal di jam Stanley untuk mulai mengerjakan apa yang diperintahkan. Sementara Eleanor mulai meretas tiap-tiap kamera disekitar Meisya untuk mengawasi pergerakan gadis itu.     

"Sayang, kau pasti capek sekali." hibur Selenka dengan suara ceria.     

"Huhuhu.. Selenka, hanya kau yang bisa mengerti aku." rajuk Stanley dengan mata masih fokus pada jalanan.     

"Kau ingin aku yang menyetir? Kau bisa tidur dengan tenang."     

Stanley tertawa kecil mendengarnya. "Aku akan sangat menghargainya. Tapi kalau aku tidur di kursi supir, Audrey harus memastikan kamera tidak mengambil fotoku di tiap-tiap jalan."     

"Cih.. biarkan dia. Dia kan tidak pernah lelah."     

"Aku sungguh tersinggung mendengarnya."     

"Siapa yang peduli kau tersinggung atau tidak?"     

"Apa kau menantangku?"     

"Siapa yang takut?"     

"Selenka, Audrey log off." Begitu Stanley mengucapkan kalimatnya, dua suara yang tadinya ribut langsung menghilang.     

Stanley mendesah lega begitu suasana mobilnya kembali sunyi.     

Tepat pukul sepuluh malam, Stanley memasuki kawasan elit di Belanda dan memakirkan mobilnya di depan sebuah apertemen mewah.     

Dengan langkah santai, Stanley melangkah masuk ke apertemen dan berjalan masuk ke salah satu lift khusus. Setelah memencet tombol nomor lantainya, Stanley bersandar pada dinding lift sambil memejamkan matanya.     

Setelah selama dua hari berturut-turut melihat layar komputer untuk melacak Katie, tubuh Stanley terasa seperti tertimban lemari besi. Dia ingin segera tidur dan mengambil libur selama seminggu ini. Toh, tidak ada yang bisa dia lakukan selama Katie dalam masa pengasingan di tempat misterius selama tiga bulan.     

Begitu mendengar suara 'ding' dari lift, Stanley membuka matanya dan melangkah keluar menuju ke satu-satunya pintu yang ada di lantai tersebut.     

Setelah memasukkan passkey, Stanley membuka pintu dan segera melepas sepatu dan jaketnya. Karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin, suhu di sekitar mereka menurun dengan drastis menyebabkan semua orang harus berpakaian tebal saat keluar dari rumah yang hangat.     

"Kau terlambat. Kupikir kau akan datang dua jam sebelumnya." sahut seorang gadis berambut madu dengan mata hijau cemerlang menyambutnya.     

Stanley cekikikan sebelum mendesah berlebihan. "Apa boleh buat. Aku sangat mengantuk dan tidak berani mengebut."     

"Apa gunanya Selenka kalau kau tidak menggunakannya?"     

"Selenka sedang bertengkar dengan Audrey. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mematikan mereka sementara waktu."     

"Ckckckk.. Program ciptaanmu itu sangat kekanakkan."     

"Aku tidak akan membantah soal itu." sambung Stanley dengan geli. "Jadi bagaimana situasi disini?"     

"Dia keras kepala. Selama dua hari ini dia tidak mau makan sama sekali."     

Sebelah alis Stanley terangkat mendengarnya. Kemudian tanpa ragu Stanley membuka salah satu pintu kamar yang dihuni oleh 'tamu'nya.     

"Dia sama sekali tidak makan?"     

"Sudah dua hari ini dia sama sekali tidak menyentuh makanannya."     

"Dia tidak suka makanannya?"     

"Entahlah. Aku hanya mengikuti daftarmu mengenai makanan kesukaannya dan yang bukan. Kurasa dia takut kita memberinya racun. Awww... Kenapa kau menjitakku?"     

Stanley menjitak dahi gadis itu cukup keras mengingat terkadang gadis dihadapannya ini sangat suka mengintimidasi orang.     

"Kau pasti menakutinya."     

"Siapa yang menakutinya? Lagipula, umumnya... jika seorang gadis dibawa keluar paksa dari rumahnya, siapa yang tidak akan takut? Kau yang membawanya kemari. Jadi dia adalah urusanmu. Hmph!"     

"..." Stanley mendesah. Kalau dipikir-pikir kenapa dia memutuskan untuk menculik Putri Meisya? Apa karena dia merasa tidak tega melihat gadis itu menangis?     

Stanley tertawa sinis dalam hati. Mana mungkin dia bisa tidak tega? Yang ada dia malah merasa jijik melihat air mata wanita.     

Semua wanita itu adalah racun. Racun yang akan membunuhmu secara perlahan jika kau membiarkannya mendekati hatimu.     

Stanley berencana mengembalikan Meisya ke istana Heinest kalau saja Kinsey tidak menyuruhnya untuk melindunginya. Kini dia benar-benar menyesal telah membawa putri itu keluar dari istana.     

Dia hanya perlu mengambil sisirnya alih-alih membawa orangnya secara langsung. Stanley menggelengkan kepalanya dengan pasrah dan memutuskan untuk segera tidur karena dia terlalu letih hari ini.     

Namun sebelum dia beranjak pergi, sebuah suara merdu menyapa telinganya.     

"Kau adalah Hunter?     

"Oo? Kau belum tidur?"     

"Siapa kau? Dan kenapa kau menculikku?"     

Aneh sekali... kenapa suara wanita itu terdengar indah bagaikan sebuah nyanyian di kepalanya? Dia sudah mendengar suara wanita itu disaat dia bersembunyi didalam ruang khusus pakaian gadis itu.     

(Flashback)     

Dua hari lalu, setelah berhasil mengambil sebuah sisir di kamar Keisha, Stanley langsung menyusup ke kamar Meisya yang letaknya cukup jauh dari kastil cabang.     

Untungnya dia sudah tahu jadwal Putri Meisya yang akan meninggalkan aula pribadinya untuk pergi ke tempat lain.     

Alas, begitu masuk ke kamar Meisya dengan lancar, Putri Meisya malah kembali di waktu tak terduga. Stanley terpaksa bersembunyi di ruang khusus di balik lemari pakaian yang mewah.     

Dia bahkan memarahi Selenka karena tidak memberitahunya perubahan jadwal Meisya. Tapi apa gunanya memarahi program digitalnya? Akhirnya dia hanya menunggu disana. Hanya saja... putri yang satu ini memutuskan tidak keluar dari kamarnya seharian itu dan hanya membaca buku. Wanita itu bahkan tidak pergi ke kamar mandi?!     

Pada akhirnya, Stanley memainkan game di ponselnya melawan Selenka sebagai npcnya untuk mengurangi kebosanannya.     

Barulah disaat menjelang sore, dia mendengar sebuah percakapan yang mengganggu konsentrasinya. Putri Adrianna dan Putri Meisya.     

Stanley sama sekali tidak tertarik dengan perdebatan mereka. Kedua wanita itu hanyalah wanita yang terbiasa dimanjakan oleh harta kekayaan keluarga. Karena itulah, Stanley hanya mendengus sarkas saat Adrianna mengancam Meisya sementara Meisya menantang balik.     

Stanley hanya geleng-geleng kepala mendengar percakapan dua wanita itu. Ah, kapan aku bisa keluar dari sini? pikir Stanley karena bosan setengah mati.     

Stanley sama sekali tidak peduli dengan dua wanita itu dan masih asyik dengan gamenya. Tepat disaat dia mencapai level tertinggi, Stanley mendengar sebuah isakan kecil.     

Huh? Siapa yang menangis?     

Tidak bisa menahan rasa penasarannya, Stanley keluar dari persembunyiannya dan mengintip dari lubang pintu yang agak terbuka sedikit.     

Disana dia melihat Meisya yang menangis tertahan dengan sebelah tangan menutup mulutnya sementara tangan lain mengepal di atas meja.     

Apakah benar wanita itu adalah Meisya? Meisya yang berani dan tegar saat berbicara dengan Adrianna tadi? Kenapa sekarang terlihat rapuh dan menyedihkan?     

Anehnya.. berbeda dengan saat berbicara Adrianna beberapa menit lalu, suara tangisan Meisya sanggup merasuk kedalam hatinya dan Stanley sama sekali tidak menyadarinya.     

Mungkin karena itu.. karena suara tangisannya yang terngiang-ngiang dikepalanya, Stanley mengurungkan niat untuk mengambil sikat gigi atau mencari potongan rambut disisir gadis itu dan menculik Meisya langsung.     

Kini.. setelah tes DNA selesai dilakukan dan hasilnya telah keluar dengan hasil tak terduga, Stanley benar-benar menyesal telah menculik putri itu yang katanya sangat disayangi raja sebelumnya. Dia ingin segera mengembalikan Meisya ke tempat asalnya kalau saja Katie tidak menghilang atau Kinsey yang menyuruhnya untuk menyelamatkannya.     

Tapi disaat dia mendengar suara gadis itu memanggil namanya, ada sebuah perasaan aneh yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.     

'Kau adalah Hunter?'     

Hunter adalah nama julukan yang digunakannya di dunia maya. Selain jabatannya sebagai Zero III, diam-diam dia memiliki pekerjaan lain. Hunter. Pemburu bayaran. Siapapun yang ingin memburu atau melacak orang, asalkan sanggup membayar dengan harga yang sangat tinggi, Stanley bisa menemukan target kliennya dengan mudah.     

Karena pekerjaannya ini, namanya sudah sangat terkenal dan dia menjalin hubungan kerja sama dengan beberapa orang yang menyebar di seluruh dunia. Salah satunya adalah Angelique, gadis muda berusia dua puluh lima tahun yang sangat ahli dalam program virus.     

Karena itu dimanapun ia pergi sebagai hackers, dia akan menggunakan nama samarannya, Hunter. Anehnya... Disaat Meisya yang mengucapkannya, kenapa dia merasa Hunter adalah namanya yang sebenarnya dibandingkan Stanley?     

Tanpa sadar, Stanley ingin melihat wajah gadis itu dan melangkahkan kakinya mendekat. Dia memang pernah melihat gadis itu di foto hasil retasannya. Dia bahkan pernah tidak sengaja menabraknya di Munchen sehingga dia sempat melihat wajahnya sekilas . Tapi entah kenapa sekarang.. dia ingin melihatnya lebih jelas dan dalam waktu yang lama.     

Hanya saja... Stanley sama sekali tidak mengira Meisya malah menyerangnya tanpa pikir panjang dengan menggunakan sebuah pulpen? Dalam hati Stanley tertawa meledek. Memangnya sebuah pulpen bisa mengalahkannya dengan mudah?     

Stanley berusaha menenangkannya tapi Meisya terus memberontak membuat Stanley yang letih semakin bertambah jengkel. Tidak bisakah wanita ini diam sejenak dulu?     

Entah kaki siapa yang tersandung duluan tapi mereka berdua terjatuh di atas ranjang membuat Stanley kaget. Belum sempat bangkit berdiri, dia merasakan lengannya digigit oleh Meisya.     

Sebenarnya dia bisa menahan rasa sakitnya dan memberi wanita ini pelajaran. Tapi dia terlalu letih dan rasa penasarannya terhadap Meisya menghilang secepat datangnya. Karena itu dia sengaja melonggarkan cengkramannya di bahu Meisya dan membiarkan gadis itu mendorongnya ke samping.     

Stanley menghela napas sebelum memanggil Eleanor melalui jam elektriknya.     

"Eleanor..."     

"Colen sudah menangkapnya di bawah." bahkan sebelum Stanley menyelesaikan kalimatnya, Eleanor sudah terlebih dulu memberi laporan.     

"..."     

Padahal dia berniat membiarkan Meisya pergi. Dia hanya perlu mengawasinya melalui Eleanor. Siapa yang menyangka salah satu anak buah Angel bertemu dengan Meisya terlebih dulu.     

Ugh! Sepertinya rencana liburannya tidak akan menyenangkan.     

~~~~~♡♡♡~~~~~     

Nah, ternyata yang menculik Meisya memang beneran Stanley.     

Mungkin kalian sdh sadar, mulai 2 bab sebelumnya sudah berganti jilid vol baru dg alternatif judul yg berbeda. Dan juga untuk beberapa bab kedepan (entah sampai bab keberapa) akan berpusat pada Stanley dan Meisya. Keduanya akan berperan penting dalam membatu Katie nantinya (Mungkin :face_savoring_food::face_savoring_food::face_savoring_food::face_savoring_food:)     

Berhubung Katie masih menghilang secara misterius, jadi Katie tidak akan muncul hingga tiga bulan (dalam cerita)     

Nah, untuk sementara waktu nikmatin kisah Stanley-Meisya ya. Yang satu suka menindas sementara yang satu suka berpura2 kuat. Apa jadinya hubungan mereka?     

Happy reading!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.