My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Hunter Yang Tidak Bisa Dimengerti



Hunter Yang Tidak Bisa Dimengerti

"Kenapa kita kesini?" tanya Meisya dengan bingung.     

Bagaimana tidak? Begitu turun dari trem, Angel langsung membawanya ke sebuah toko counter Samsung.     

"Tentu saja untuk membelikanmu hape."     

"Huh?"     

"Hai, namaku Angelique Hoo. Kemarin aku memesan sebuah hape khusus melalui telepon." sapa Angel pada penjaga counter.     

"Baik. Tunggu sebentar."     

Setelah menunggu beberapa saat, penjaga counter tersebut kembali dengan membawa satu kotak dus yang sudah terbuka.     

"Ini pesanan anda. Sesuai permintaan, ponselnya sudah dicharge hingga penuh dan bisa langsung digunakan."     

"Hm. Terima kasih banyak." balas Angel sambil mengutak-atik hape baru yang akan diberikan pada Meisya.     

Angel memasukkan sebuah usb ke dalam smartphone tersebut sebelum melakukan entah apa yang dilakukannya. Setelah beberapa menit, Angel mencabut usb dan menyimpannya kembali ke dalam tas miliknya. Lalu memberikan smartphonenya pada Meisya.     

"Nih, kau bisa menggunakannya. Aku memasukkan nomor Hunter di nomor 1, nomorku di nomor 2." jelasnya dengan singkat. "Ada apa?" tanya Angel karena Meisya masih belum bergerak untuk menerima smartphone barunya.     

"Kau tidak takut aku akan menghubungi keluargaku?"     

"Kau boleh menghubungi keluargamu. Tidak ada yang melarangmu untuk menghubungi keluargamu."     

Mendengar ini Meisya mendelik terkejut. Jadi selama ini dia tidak dilarang menghubungi Leonard atau Keisha, tapi tidak ada satupun yang mau memberitahunya?     

"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?"     

"Kau tidak pernah meminta." jawab Angel tanpa merasa bersalah seolah itu adalah jawaban yang sangat masuk akal. "Aku yakin Hunter pernah bilang padamu kau boleh meminta apa saja dan kami akan mengabulkannya. Selama kau tidak meminta kembali ke Jerman, kami akan melakukan apapun yang kau inginkan. Termasuk menghubungi keluargamu di Jerman."     

"..." Meisya menangis dalam hati. Bagaimana mungkin dia tidak berpikir untuk meminta hal ini sebelumnya? Sekarang, setelah mendengar penjelasan Angel dia merasa dirinya yang bersalah karena tidak cukup pintar untuk meminta suatu hal yang sangat mendasar.     

"Hanya saja, aku harap kau tidak memberitahu mereka lokasi kita sekarang. Kecuali kau ingin mereka datang dengan pasukannya untuk menjemputmu pulang kembali."     

"Aku tidak ingin kembali."     

"Kalau begitu, apa yang kau tunggu? Ini, ambillah."     

Dengan hati yang tidak menentu, Meisya mengambil smartphone yang baru disadarinya warna dasarnya adalah bewarna ungu. Warna kesukaannya!     

"Bagaimana kau tahu aku suka warna ungu?" tanya Meisya tanpa sadar merasa sangat senang menyadari warna hape barunya.     

"..." bukannya menjawab, Angel malah hanya memberi senyuman misterius. Sepertinya kini dia tahu alasan yang sebenarnya. Alasan kenapa Hunter membuat Meisya membencinya. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Angel penasaran karena Meisya tampak serius dalam melakukan sesuatu pada ponselnya.     

"Aku mengganti namamu di nomor 1. Hunter yang akan menjadi nomor 2."     

"..." Angel kehabisan kata-kata mendengarnya. Apakah sebegitu besarnya Meisya menjadi benci pada Hunter? Tidak boleh. Dia tidak boleh membiarkan ini terus terjadi. "Mau kuberitahu satu rahasia?"     

Meisya tampak tertarik saat mendengar suara Angel yang begitu memikat. Dia tidak bisa untuk tidak penasaran rahasia apa yang akan diungkapkan gadis muda didepannya ini.     

"Rahasia apa?"     

"Yang menyuruhku membelikanmu hape baru adalah Hunter. Dia juga terus memastikanku agar aku membeli hape bewarna ungu. Dan lagi... semua masakan yang kumasakkan untukmu berasal dari Hunter. Diam-diam dia mencari tahu apa saja yang kau sukai dan yang tidak untuk menyenangkan hatimu. Kau sama sekali tidak menyadarinya?"     

"..."     

Butuh waktu yang cukup lama untuk mencerna kalimat Angel barusan. Hunter sengaja menyuruh Angel membuatkan makanan kesukaannya? Dan pria itu juga menyuruh Angel untuk memastikan hape yang akan dimilikinya bewarna ungu?     

Dan terlebih lagi.. Hunter melakukan itu semua untuk menyenangkan hatinya?! Bagaimana mungkin? Bagaimana Meisya bisa mempercayainya? Ah, ini pasti keisengan Angel belaka.     

"Hahaha.. kau pasti bercanda kan? Kali ini leluconmu memang lucu. Tapi aku tidak menyukainya, jadi hentikan."     

"Kau pikir aku sedang melawak?"     

Meisya terdiam saat mendengar nada serius dari arah Angel, belum lagi raut muka Angel tidak ramah seperti biasanya. Justru sebaliknya, Angel tampak seperti sedang mengeluarkan aura yang mengintimidasi.     

Meisya tidak habis pikir, bagaimana bisa gadis muda yang jauh lebih muda darinya dengan wajah imut seperti malaikat sanggup memancarkan sinar mata tajam serta aura mengintimidasi? Apa mungkin karena tubuh Angel agak lebih besar darinya sehingga dia merasa terintimidasi dengan begitu mudah?     

"Baiklah, anggap saja kau serius. Tapi kau tidak mungkin mengharapkanku untuk mempercayainya kan? Dia ingin menyenangkan hatiku? Hmph! Yang ada dia ingin membuat hatiku terkena serangan jantung dan masuk rumah sakit."     

"Meimei.."     

"Hentikan, aku tidak mau memikirkannya lagi. Aku ingin makan es krim, bagaimana kalau kita makan es krim di tempat yang sama saat kau mengajakku keluar waktu itu?" potong Meisya tanpa memberi kesempatan Angel untuk melanjutkan kalimatnya.     

Angel hanya mendesah pasrah dan mengiyakan ajakannya. Lagipula, apa yang terjadi diantara Hunter dengan Meisya sama sekali bukan urusannya. Dia tidak peduli apakah keduanya akan bersama nantinya. Yang penting dia mengerjakan bagiannya dan mendapat bayaran sesuai perjanjian.     

Hanya saja... entah kenapa sulit sekali menyingkirkan pikirannya mengenai dua orang bodoh itu.     

Yang satu menghindari perasaannya sendiri dengan membuat 'target' membencinya sementara yang satu masih belum menyadari perasaannya terhadap lainnya.     

Entah kenapa, Angel yang lebih muda dari keduanya tidak bisa membiarkan mereka berdua seperti ini.     

-     

Didalam kamar, Stanley sibuk dengan komputer besarnya yang menunjukkan sistem pemograman yang sangat rumit. Karena dia sudah tidak bekerja selama seminggu, kini dia mulai membuka sinyal retasannya dan membiarkan beberapa klien menghubunginya.     

Karena sudah satu minggu tidak muncul di dunia maya, begitu namanya muncul di sebuah grup chat khusus untuk kalangan tertentu, semua langsung heboh. Bahkan ada yang diam-diam memberinya misi untuk memburu orang atau mencari kelemahan seseorang.     

Stanley hanya membuka isi permintaan para klien tanpa meresponnya. Baginya pekerjaan seperti ini sudah terlalu gampang. Dia lebih suka melakukan sesuatu yang lebih menantang.     

Sayangnya, tidak ada yang lebih menantang dibandingkan melacak kelompok suatu organisasi misterius. Black Zero Operation atau yang lebih dikenal BZO.     

Semenjak dia datang ke Jerman, Stanley sudah berusaha melacak keberadaan organisasi ini dan hasilnya mendekati nihil. Sebenarnya dia pernah sempat berhasil melacak sinyal mereka, namun sinyalnya menghilang secara tiba-tiba.     

Dia masih tidak tahu apakah BZO akan menjadi musuh atau berada di pihak Kinsey nantinya. Satu hal yang pasti. Melihat kehati-hatian mereka serta betapa mereka begitu ahli dalam menyembunyikan frekuensi sinyal mereka, BZO akan menjadi lawan yang sangat kuat jika mereka memutuskan untuk berpihak pada keluarga Heinest.     

Karena itu Stanley sama sekali tidak menggubris permintaan yang sangat mudah dari mantan kliennya dulu. Stanley memusatkan fokusnya untuk mencari BZO. Cukup satu. Satu orang saja. Jika dia bisa menemukan salah satu anggota BZO, dia bisa masuk kedalam organisasi gelap itu.     

Sayangnya, dia tidak menemukan siapapun yang dicurigainya merupakan anggota BZO membuatnya semakin tertantang untuk menemukan markas mereka.     

Stanley kembali menatap monitor besarnya dengan seksama. Setidaknya beberapa jam sekali sinyal frekuensi BZO bocor dan terbaca oleh Audrey. Sayangnya, sebelum dia berhasil melacak posisi tepatnya, sinyal itu sudah menghilang secepat datangnya.     

Karena itu dia hanya bisa memperkirakan munculnya sinyal mereka dan membaca pergerakan pancaran sinyal yang terbaca. Tapi setelah membaca pattern kemunculan sinyal mereka, Stanley menyadari sesuatu.     

Entah bagaimana caranya mereka selalu muncul disaat dia hendak meninggalkan suatu tempat? Apakah mereka sedang mengawasinya?     

Apa itu berarti mereka sudah menyadari kehadirannya? Apaka mereka tahu identitasnya? Tapi identitas yang mana? Sebagai Zero III atau sebagai Hunter? Ataukah dua-duanya?     

"Audrey, menurutmu mereka mengenaliku? Itu sebabnya mereka sangt berhati-hati begitu aku tiba di Jerman?"     

"Sepertinya begitu Tuan. Sayangnya mereka sangat jarang melakukan komunikasi menggunakan elektronik apapun. Aku juga tidak bisa melacak mereka karena mereka tidak menyelidiki latar belakang tuan. Selama nama Tuan tidak muncul sebagai bahan pencarian mereka, kita tidak akan menemukan apa-apa."     

Itu memang benar. Selama mereka tidak berusaha meretas komputernya atau memasukkan namanya ke dalam sistem pelacakan mereka, Audrey ataupun dirinya tidak akan bisa masuk menyusup ke sumber sistem pemograman mereka.     

Nama. Kenapa Stanley merasa dia melewatkan sesuatu? Nama. Asalkan namanya tidak diinput, maka...     

Seolah teringat akan sesuatu Stanley segera memanggil Eleanor.     

"Eleanor, kau masih punya rumus database pemograman Tiffany?"     

"Masih ada tuan. Anda ingin melihatnya?"     

"Hm. Munculkan sekarang."     

Tidak lama kemudian komputer ketiga disebelah kanannya muncul rangkaian kalimat yang berisikan formula dasar pembuatan Tiffany ciptaannya.     

Stanley membacanya dengan seksama, senyuman miring menghiasi wajahnya.     

'Aku tidak tahu ternyata aku telah menciptakan monster. Aku harus ke Jerman sekarang. Kinsey harus tahu ini.' pikir Stanley.     

Stanley bisa saja menghubungi Kinsey langsung lewat voice call atau mengirimnya lewat email pribadi. Tapi dia tidak mau mengambil resiko mengaktifkan sistem pertahan Tiffany lebih dari ini dengan menginput nama Katalina. Karena itu lebih baik dia berbicara langsung dengan Kinsey.     

"Selenka, beritahu Angel aku akan kembali ke Jerman selama beberapa hari. Aku serahkan yang disini padanya."     

"Oke. Hati-hati di jalan ya sayang."     

Setelah mengambil kunci mobil serta jaket tebalnya, Stanley segera turun dan menuju ke mobilnya bergegas ke Jerman sebelum salju menutupi jalanan secara total.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.