My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Surprise!!



Surprise!!

Setelah selesai memogram ulang sistem pemograman Rossie miliknya, Stanley mencoba mengaktifkan Rossie.     

"Hai, Rossie. Selamat datang ke rumah barumu."     

Terdengar suara berbagai macam 'kling' di seluruh penjuru rumah. Seluruh anggota tim Zero tahu Rossie telah aktif dan langsung memeriksa tiap jebakan yang terhubung dengan sistemnya.     

"Hai, Stanley. Aku suka dengan rumah baruku."     

"Baguslah kalau begitu. Jaga tempat ini hingga dua bulan kedepan. Tuan besar Regnz beserta keluarganya akan tinggal disini sementara waktu."     

Wussshh!! Sebuah kapak melayang tepat kearahnya. Stanley sudah menduganya dan langsung menunduk untuk menghindar.     

"Yang benar saja? Kau tidak harus mengujinya langsung padaku. Lagipula kenapa kau suka sekali menjadikan aku target?" gerutu Stanley.     

"Karena aku tahu kau paling bisa menghindari seranganku." jawab Rossie dengan nada jenaka.     

"Aku suka pujianmu. Tapi aku tidak suka kau menyerangku. Jangan lakukan itu lagi. Akan ada anak-anak nantinya. Jangan buat mereka takut."     

"Oke."     

"Ckckckck. Rossiemu benar-benar antik. Dari kalimat terakhirnya menganggap kita semua disini sangat payah menghadapi serangannya.. kecuali kau." ujar Joan membuat Stanley tertawa kecil.     

"Percayalah padaku, aku sungguh tidak ingin dijadikan kelinci percobaan untuk program ciptaanku sendiri. Rossie memang memiliki karakter yang unik."     

Whussh.. kali ini tombak yang melayang ke arahnya dan sekali lagi Stanley bisa menghindarinya.     

"Rossie!?"     

"Ups.. Yang tadi tidak sengaja kok."     

Stanley memutar matanya dengan malas.     

"Dan yang ini super sensitif." bisik Joan mendapatkan anggukan persetujuan dari Stanley.     

Setelah membereskan barang-barangnya, Stanley bersiap pulang. Entah kemana Joan menghilang dan dia tidak mau menunggu pria itu. Akhirnya dia kembali ke Belanda sendirian dengan mengendarai mobilnya.     

Tepat pukul enam sore, Stanley tiba di rumahnya dimana Meisya menunggu kepulangannya.     

Meskipun Stanley sangat sibuk dengan urusannya mengaktifkan Rossie, Stanley selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi Meisya. Dia agak sedikit merasa lega mengetahui Meisya tidak sendirian. Ternyata ada Tanya serta Angel yang menemaninya setelah dia pergi.     

Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan tiga wanita itu karena Selenka dan Eleanor tidak memberinya laporan apapun.     

Selenka hanya memberitahunya tiga wanita tersebut berbincang, belanja dan memasak. Sepertinya Meisya yang sangat ingin belajar masak meminta Angel untuk menjadi gurunya.     

Padahal Stanley sudah melarangnya masuk ke dapur. Dia tidak ingin lagi melihat istrinya terluka walau sekecil apapun. Jantungnya akan berhenti kalau sampai melihat Meisya terluka lagi akibat memotong sayuran. Karena itulah dia melarang Meisya menyentuh dapur.     

Tapi kini, dengan kepergiannya ke Jerman selama dua hari, Meisya bisa pergi ke dapur sesuka hatinya. Apalagi ada Angel serta Tanya disisinya. Setidaknya salah satu dari mereka ada yang ahli memasak, sehingga Stanley tidak perlu khawatir Meisya akan terluka.     

Stanley turun dari mobilnya setelah memakirkan mobilnya. Dia berjalan hingga tiba di depan pintu. Saat hendak memutar knob pintu, dia merasakan ada yang janggal.     

Kenapa dia merasa rumahnya terasa sepi? Tapi dia juga merasakan kehadiran seseorang dibalik pintu ini. Bukan hanya satu orang, tapi lebih dari tiga orang. Siapa? Ada penyusup? Lalu dimana istrinya dan dua rekannya?     

Stanley hendak mengambil senjatanya setelah memasangkan headphone bluetooth di telinganya. Dia menyalakan Selenka di jam digitalnya dan membiarkan Selenka memberikan laporan terlebih dulu sebelum dia bertindak.     

"Sayang, simpan senjatamu. Tidak ada bahaya apapun didalam."     

Kening Stanley mengerut. Jika memang tidak ada bahaya apapun, lalu kenapa dia merasa dia akan diserang saat ini juga? Lagipula, seharusnya Selenka sudah memberitahu Meisya kedatangannya. Biasanya, istrinya akan langsung membuka pintu bahkan sebelum dia turun dari mobil. Tapi sekarang, istrinya belum menyambut kepulangannya hingga detik ini.     

Apa yang sebenarnya terjadi?     

Karena dia percaya pada ucapan Selenka, akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu rumahnya dan....     

Dor! Dor! Dor!     

Stanley diserang! Memang diserang! Tapi dia tidak merasa sakit. Yang ada malah tubuhnya ditutupi pita bewarna-warni serta potongan kertas kecil di kepalanya.     

"SURPRISE!!"     

Awalnya dia tidak mengerti namun ketika semua orang mengucapkan sebuah kalimat dengan serempak, barulah Stanley mengerti. Hanya saja dia sama sekali tidak mengerti kenapa semua orang berkumpul di rumahnya dan memberi kejutan ini padanya.     

Meisya menghampirinya dan memeluk lehernya. Kemudian menarik lehernya mendekatinya untuk memberinya kecupan singkat di sebelah pipinya.     

"Happy Birthday, my prince charming."     

Satu kali, dua kali.. Stanley mengerjap mendengar kalimat istrinya. Ulang tahun? Hari ini ulang tahunnya? Kedua keningnya berkerut tidak mengerti.     

"Sudah kubilang kan, dia selalu melupakan hari kelahirannya sendiri." sahut Tanya.     

Stanley melihat ke seluruh ruangan yang kini dipenuhi berbagai macam hiasan. Ada sebuah kue besar yang terletak di atas meja dengan hiasan cantik. Bahkan Colen, Joan dan beberapa anggota Alpha Zero ada disana.     

Jadi Joan sengaja membawanya pergi selama dua hari ini agar mereka bisa menyiapkan kejutan ini untuknya?     

Lagipula bagaimana bisa Joan tiba lebih cepat darinya? Barulah Stanley sadar, Joan telah memesan tiket kereta api tanpa sepengetahuannya. Karena itu pria itu bisa tiba hanya dalam waktu dua jam.     

"Kau tidak menyukainya?"     

Sekali lagi Stanley mengalihkan perhatiannya ke arah istrinya. Dia tersenyum lembut sebelum menjawab pertanyaannya.     

"Bukannya tidak suka, aku hanya tidak terbiasa."     

"Kalau begitu kau harus terbiasa. Mungkin ini bukan kejutan terakhir yang akan kau terima."     

"Meimei, bukan kejutan lagi namanya kalau kau sudah memberitahunya." sahut Angel membuat lainnya tertawa.     

Bahkan Stanley juga ikut tertawa bersama lainnya. Selama ini dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya. Baginya hari kelahirannya tidak begitu penting mengingat dia sudah menjadi yatim piatu disaat berusia beberapa bulan. Kemudian berakhir diasuh orang tua yang tidak normal.     

Dia tidak tahu apa itu arti ulang tahun ataupun perayaan ulang tahun. Bahkan disaat dia diasuh oleh Daniel, pria itu juga tidak begitu pandai dalam merayakan ulang tahun.     

Hanya saat bertemu dengan Catherine-lah dia baru merayakannya. Itupun kalau Cathy berhasil membuatnya merayakan ulang tahunnya sendiri.     

Dan kejutan seperti ini... kejutan yang telah direncanakan istrinya ini adalah yang pertama kali dalam kehidupannya. Dia merasa asing, merasa tidak nyaman karena dia bukanlah orang yang suka rumahnya dimasuki banyak orang, meski para tamu adalah orang yang dikenalnya.     

Tapi disaat bersamaan, hatinya merasa hangat. Dia merasa suatu kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.     

Malam itu mereka semua merayakan ulang tahun Stanley dengan meriah. Kebanyakan dari mereka sudah mengenal Stanley tapi belum mengenal Meisya. Karena itu mereka semua antusias mengajak Meisya mengobrol dan lebih menjadikan Meisya bintang utama daripada Stanley yang berulang tahun hari ini.     

Stanley tidak keberatan jika Meisya menjadi bintang utama menggantikannya. Tapi ia sangat sangat dan sangat keberatan kalau anggota prianya mengecup punggung tangan istrinya begitu tahu Meisya pernah menjadi seorang putri kerajaan.     

Rasanya dia ingin sekali menjahit mulut anggotanya agar tidak bisa menempelkan bibir mereka ke kulit istrinya.     

"Hentikan sandiwara kalian. Itu sudah yang ke dua puluh delapan kalinya." sudah dua puluh lebih para pria bergantian mengecup punggung tangan Meisya.     

"Wah, kau bahkan menghitungnya."     

"Siapa yang menyangka dia bisa menjadi suami yang posesif."     

"Aku selalu posesif terhadap milikku." sambung Stanley tanpa menyangkal ledekan anggotanya.     

Semua orang tertawa tapi Meisya merona dan wajahnya terasa panas. Para anggota Zero memutuskan untuk tidak menggoda lagi. Mereka tahu Stanley, Zero mereka seperti ibarat singa yang tertidur. Jika mengganggu tidurnya, mereka tahu apa saja yang akan dilakukan sang Zero untuk membalas mereka.     

Malam itu semuanya berjalan dengan baik. Makan bersama, memotong kue dan menikmati wine bersama. Stanley dibuat lebih terkejut lagi saat mengetahui semua masakan serta kue ulang tahunnya dibuat oleh Meisya dengan dua tangannya sendiri.     

Jadi selama dua hari ini Meisya telah belajar memasak hanya untuk menyiapkan hidangan makan malam ini?     

Ah, Meisya menyiapkan semua ini untuk menyenangkan hatinya. Padahal Meisya tidak perlu melakukan apapun. Asalkan Meisya berada disisinya, sudah membuat seorang Stanley bahagia. Asalkan bisa melihat senyumannya dan mendengar suara merdunya, Stanley merasa hidupnya sempurna.     

Dia tidak menginginkan apapun selain keberadaan istrinya. Stanley tidak akan menukarkan kebahagiaan yang dirasakannya sekarang dengan apapun.     

Tentu saja Stanley tetap merasa sangat bahagia mengetahui Meisya menyiapkan semua kejutan ini khusus untuknya. Dia merasa dicintai dan disayangi. Sangat berbeda dengan 'wanita' yang mengkhianatinya delapan tahun yang lalu.     

-     

Karena sudah larut malam, satu per satu mulai berpamitan pulang. Lalu Meisya mendesak Stanley untuk mandi karena Meisya telah mandi terlebih dulu sebelum para tamu pulang beberapa menit lalu.     

Dengan begitu mereka bisa beristirahat awal dan besok pagi bisa bangun dengan fresh.     

Stanley mengira Meisya mengkhawatirkannya karena tidak istirahat selama dua hari ini dan pulang menyetir selama tiga jam perjalanan. Karena itu dia menuruti istrinya untuk mandi di kamarnya sendiri sebelum tidur.     

Setelah mengucapkan selamat malam, Stanley beranjak menuju ke kamarnya. Dia menikmati air panas dari shower yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Dia merasa lelah namun bahagia. Tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya dia akan menemukan wanita seperti Meisya. Bahkan wanita itu kini adalah istrinya.     

Ah, seandainya saja Meisya mau 'tidur' dengannya, kebahagiaannya akan berkali lipat ganda. Tapi dia tidak mau memaksa. Dia bersedia memberikan waktu untuk istrinya sampai Meisya percaya padanya sepenuhnya.     

Stanley terlalu menikmati air panasnya sehingga dia tidak tahu berapa lama dia berada di kamar mandi. Setelah merasa cukup lama, Stanley memutuskan untuk mengakhirinya.     

Dia mematikan showernya dan mulai mengeringkan dirinya dengan handuk. Semua kaca di kamar mandinya menjadi buram karena uap panas dari showernya. Sepertinya dia memasang suhu airnya terlalu panas.     

Dengan santai, dia melilitkan handuknya ke bagian bawah tubuhnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.     

Dia lupa membawa pakaian ganti saat masuk ke kamar mandi tadi, sehingga dia berjalan keluar dari kamar mandinya dengan bertelanjang dada sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuknya.     

Dengan santai dia keluar dan hendak menuju ke lemari pakaiannya saat matanya menangkap sesuatu.     

Seorang wanita tengah tertidur di atas ranjangnya. Rambut merah yang tergerai secara acak menyebar di atas seprainya. Kulitnya yang putih dan halus terpampang jelas karena nyaris tidak ada sehelai pakaian yang menutupi kulitnya.     

Wanita itu memakai lingerie bewarna ungu yang seksi. Dia bahkan bisa melihat bra wanita itu melalui lingerie tersebut yang transparan. Dan juga celana dalamnya serta pahanya yang terekspos dengan leluasa membuatnya terangsang.     

Stanley menelan ludah ketika merasakan bagian tubuh bawahnya menegang.     

Apa yang dilakukan istrinya disini? Kenapa Meisya memakai pakaian yang begitu mengundang hasratnya? Apakah istrinya sedang merayunya?     

Dan Meisya tertidur?? Mungkin dia terlalu lelah dan ketiduran saat menunggunya selesai mandi. Bahkan Stanley juga sadar dia terlalu lama berada di kamar mandi.     

Apakah dia akan membiarkan istrinya tetap tertidur??     

Tidak akan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.