Persiapan Meisya
Persiapan Meisya
Happy reading!
~~~~~♡♡♡~~~~~
Semenjak Stanley berangkat ke Jerman bersama Joan, Meisya segera belanja bahan untuk membuat kue. Dengan bantuan Angel, Meisya belajar membuat kue serta beberapa masakan sederhana untuk dibuatnya besok.
Dia tidak ingin mendapat bantuan dalam membuat kue khusus untuk Stanley, karena itu seharian itu mereka membimbing Meisya memasak serta membuat kue. Yang disuruh untuk dijadikan kelinci percobaan masakan 'setengah gagal' Meisya adalah Colen dan Tanya.
Tentu saja percobaan diawalnya gagal total, karena kebanyakan hasil panggangannya menghitam karena gosong atau terlalu asin karena Meisya terlalu banyak memberi garam.
Meskipun begitu Meisya tidak menyerah dan terus mencoba. Setelah itu dia juga belajar membuat adonan kue yang berakhir gagal juga, karena kue buatannya sama sekali tidak mengembang.
Untungnya, Meisya telah dilatih untuk mempelajari kesalahannya dan dia merupakan salah satu orang yang bisa belajar cepat. Hanya butuh tiga kali percobaan saja, Meisya berhasil memasak makanan yang bisa dirasakan. Kue buatannya juga bisa mengembang dengan bagus.
Colen serta Tanya yang disuguhi makanan yang sama tiap jam merasa kenyang dan tidak lagi ingin makan malam.
Meisya merasa puas dan sangat berterima kasih pada Angel disaat bersamaan tubuhnya terasa letih. Dia tidak pernah melakukan kegiatan memasak sebelumnya. Apalagi dia melakukannya selama dua belas jam tanpa istirahat.
Kakinya terasa pegal, tangannya juga terasa tak bertenaga. Melihat Meisya yang telah berjuang keras demi memberi kejutan untuk suaminya, Angel mengusulkan untuk pergi melakukan perawatan spa di tempat kecantikan langganannya. Meisya serta Tanya menyetujuinya.
Setelah melakukan ritual spa, Meisya merasa kembali segar dan dia bisa tidur pulas malam harinya. Keesokan paginya, Meisya bangun untuk kembali memasak dan membuat kue. Kali ini tidak ada satupun yang membantunya. Kali ini dia benar-benar akan memasak untuk dihidangkan malam nanti ketika Stanley pulang.
Tepat jam dua siang, Meisya selesai menyelesaikan semuanya. Semua telah ditata di atas meja makan dan kue buatannya juga sudah dihiasi dengan krem dengan bentuk cantik dan taburan bubuk coklat gelap.
Colen, Tanya, Angel beserta beberapa anggota rekan kerja Stanley yang baru saja datang membantunya mendekorasi rumahnya sedemikian rupa untuk menyambut kepulangan Stanley beberapa jam lagi. Ada balon dengan ucapan selamat ulang tahun serta berbagai macam hiasan tembok yang cantik.
Meisya tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada tiap-tiap orang yang membantunya. Dia sama sekali tidak mengenali mereka, tapi mereka sangat berbaik hati membantunya dan bersikap ramah terhadapnya.
Meisya sama sekali tidak menyangka suaminya dikelilingi orang baik seperti mereka semua.
"Meisya, aku punya sesuatu untukmu." ujar Tanya sembari memberi kotak putih dengan pita ungu besar mengikatnya.
"Apa ini?"
"Jangan dibuka disini. Buka di kamarmu saja." ujar Tanya.
Meisya dibuat bingung olehnya. Kenapa Tanya bersikap misterius sekali? Akhirnya Meisya mengajak Tanya dan Angel masuk ke kamarnya di lantai dua. Dia merasa aneh dengan sikap kedua sahabatnya ini.
"Kenapa kalian memberiku hadiah? Kan yang ulang tahun bukan aku." sahut Meisya disaat ketiganya menaiki tangga menuju ke lantai dua.
"Kau akan tahu begitu melihat isinya." jawab Angel dengan nada jenaka membuat Meisya semakin heran dan penasaran isi bingkisan ini.
Begitu masuk ke dalam kamarnya, Meisya menarik pita ungu tersebut dan membuka isinya. Matanya membelalak melihat apa yang terpampang didalamnya.
Sebuah lingeri yang sangat seksi bewarna ungu mencolok.
"I.. ini.. ini apa?"
"Tentu saja baju tidur untukmu." jawab Tanya. "Malam ini pakai baju ini dan tunjukkan pada suamimu."
"!?"
Mata coklat Meisya semakin melebar saat Tanya mengeluarkan lingerie tersebut dari kotak bingkisannya dan menempelkannya ke depan tubuh Meisya.
Kedua pipi Meisya memerah dan tidak bisa membayangkan jika dia memakai baju terlalu terbuka seperti ini.
Lingerie tersebut bertali dua dengan pita warna hitam untuk dikalungkan ke dua bahunya. Belahan dadanya akan sangat terlihat dengan jelas. Belum lagi kain baju ini dipenuhi dengan renda yang transparan dan panjangnya sangat pendek yang hanya cukup menutupi bokongnya saja.
Terlalu terbuka.. terlalu seksi. Dia tidak pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya.
"Tidak. Aku tidak akan memakainya. Kalian keterlaluan. Apa kalian benar temanku?"
"Meimei sayang. Kami adalah temanmu. Dan sayangnya, kami juga adalah teman suamimu. Kami sangat tahu apa yang bisa menyenangkan hatinya. Dan baju ini akan sangat menyukakan hatinya. Percayalah padaku." jelas Angel sambil merangkul bahu Meisya dengan meyakinkan.
"Dia akan menyukainya?" tanya Meisya ragu namun tidak bisa menyembunyikan rasa malunya pada suaranya.
Tanya serta Angel menganggukkan kepala bersamaan untuk meyakinkannya.
"Tidak. Tidak. Aku tidak akan memakainya. Titik." ujar Meisya tidak tahan memegang baju yang secara teknis tidak seperti baju karena sama sekali tidak menutupi tubuhnya. Dia hanya asal melemparnya ke atas ranjang dan segera keluar dari kamarnya.
Meisya berusaha tidak memikirkan lingerie yang ada di kamarnya dan lebih fokus untuk merayakan ulang tahun suaminya.
Ketika Stanley datang dan Selenka mengumumkan kedatangannya, semua orang tanpa terkecuali segera bersiap-siap pada posisinya. Begitu pintu terbuka, Meisya beserta lainnya segera menekan alat konfeti mereka serta semprotan busa ke arah Stanley. Ada juga yang meniup seperti sebuah terompet kecil untuk memeriahkan suasana.
Tubuh Stanley kini dipenuhi kertas metalik bewarna-warna dan beberapa busa menempel di jaket hitamnya.
Stanley tampak tercengang dan bingung dengan keadaan rumah yang sangat berbeda. Ekspresi yang belum pernah dilihat Meisya sebelumnya. Dia bahkan sama sekali tidak bisa mendeteksi apakah Stanley bahagia atau tidak. Untungnya, senyuman lebar segera menghiasi wajah suaminya membuat Meisya lega. Setidaknya suaminya menyukai kejutannya.
Mereka makan bersama dan saling bercanda ria. Ketika diantaranya mengadakan sebuah permainan konyol mengalihkan perhatian Stanley, Meisya diam-diam mengundurkan diri untuk mandi sebentar. Setelah itu dia masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian lebih hangat, karena suhu di malam hari semakin dingin.
Ketika dia hendak ganti pakaian, matanya melirik ke arah ranjang dimana lingerie pemberian Tanya berada. Warna ungu. Warna ungu memang warna favoritnya dan dia tidak bisa menyangkal kesukaannya terhadap warna lingerie tersebut.
Tapi tetap saja... dia terlalu malu untuk memakainya.
Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya Meisya memutuskan untuk memakainya. Toh, belum tentu dia akan menunjukkannya pada Stanley. Tidak ada salahnya memakainya. Lagipula dia akan menutupinya dengan sweater ungu miliknya serta celana jeans seperti biasa.
Tidak lama kemudian, satu per satu mulai berpamitan pulang. Ada beberapa yang masih tinggal membantu Meisya serta Stanley untuk merapikan segala sampah yang berceceran. Sisanya akan dibersihkan melalui jasa kebersihan yang akan datang besok pagi.
Setelah semuanya pulang, Meisya menyuruh Stanley untuk segera mandi. Dia tahu suaminya itu pasti merasa lelah dari pekerjaannya dan melakukan perjalanan jauh.
Setelah Stanley masuk ke kamar utama, Meisya juga turut naik ke lantai dua untuk masuk ke kamarnya. Dia hendak berganti piyama untuk tidur dan baru sadar dia masih mengenakan lingerie ungu yang menunjukkan sebagian besar tubuhnya.
Apakah sebaiknya dia menunjukkannya? Lagipula dia sudah memakainya.
Akhirnya dia memutuskan keluar kamar menuju ke kamar suaminya dengan menggunakan lingerie ungunya tanpa ditutupi apapun. Untung saja kamar Stanley hanya berseberangan dengan kamarnya, jadi dia tidak terlalu malu. Apalagi rumah ini tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.
Hanya saja, Meisya terlalu lelah dan entah sudah berapa kali dia menguap sambil menunggu. Tadinya dia mengira Stanley akan mandi dengan cepat, siapa yang menyangka suaminya malah menikmati acara mandinya.
Mungkin sebentar lagi selesai. Itulah yang sering diucapkan di pikiran Meisya hingga tanpa sadar dia telah berbaring di atas ranjang dengan posisi tubuhnya berbaring miring sementara kedua kakinya menggantung di tepi ranjang.
Matanya tertutup rapat dan dia sudah tertidur pulas. Dia terlalu lelah untuk bangun kembali saat mendengar sebuah suara. Dia juga tidak memiliki tenaga lagi saat dia merasakan sesuatu menggerakkan kakinya merubah posisi terlentang lurus diatas ranjangnya.
Meisya sama sekali tidak bangun ketika ada yang mengangkat baju yang dipakainya. Belum lagi disaat dia merasa buah dadanya yang tadinya ada pengikat kini terlepas bebas.
Meisya merasakan sebuah pijatan di bahunya kemudian turun hingga ke buah dadanya. Apakah dia masih ada di spa?
Ah, enak sekali. Tanpa sadar Meisya mendesah penuh kenikmatan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Kemudian pijatan tersebut semakin mengeras membuat Meisya merasa gelenjar aneh dari perutnya hingga bagian bawah perutnya.
Meisya terus mendesah disaat dia merasakan puncak dadanya terasa terjepit oleh sesuatu. Saat itu pula dia terbangun begitu mendengar suara desahannya sendiri. Matanya terbuka dan wajahnya seketika merona merah tanpa bisa dikendalikannya begitu melihat dua tangan suaminya berada persis di atas payudaranya. Rupanya telah cukup lama Stanley memijat payudaranya seperti adonan dan meremasnya seolah buah dadanya adalah mainan favoritnya.
Seketika Meisya langsung panik dan berliuk-liuk untuk berusaha melepaskan diri. Dia baru sadar dia tidak mengenakan baju apapun saat ini dan bra yang dipakainya telah tersingkirkan entah kemana. Satu-satunya yang masih menempel di tubuhnya hanyalah celana dalamnya yang menutupi daerah kewanitaannya.
Meisya semakin panik ketika menyadari suaminya hanya melilitkan sebuah handuk dibagian bawahnya. Belum lagi sinar mata pria itu yang kini dipenuhi nafsu seorang lelaki.
Meisya sama sekali tidak mengharapkan ini. Dia tahu cepat atau lambat dia pasti akan bersetubuh dengan suaminya, tapi setidaknya bukan sekarang. Hatinya masih belum siap.
Sekali lagi Meisya mencoba bergerak berusaha meronta untuk lepas dari tangan suaminya. Tapi Stanley tidak membiarkannya dan memerangkapnya di bawah tubuh kekar pria itu.
Meisya menangis dalam hati. Apakah kali ini dia tidak akan bisa kabur?