My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Tidur Bersama



Tidur Bersama

"Maukah kau menyanyi untukku?" tanya Meisya ketika keduanya berjalan-jalan di taman bunga sambil menikmati matahari yang akan terbenam.     

Katie tersenyum mengiyakan permintaan adiknya lalu menyanyikan salah satu lagu dari albumnya.     

Suaranya terdengar serak namun juga terdengar seksi. Memang sangat cocok menyanyikan lagu berjenis jazzy. Tidak heran jika Katie pernah menjadi penyanyi terkenal, tidak heran Keisha sangat suka mendengar nyanyiannya; suara Katie sangat menghanyutkan.     

Tidak lama ketika Katie bernyanyi, burung-burung yang mendengar suaranya terbang mendekat mengitari mereka. Bahkan ada beberapa kupu-kupu juga terbang turut menari bersama burung-burung.     

Padahal tidak ada musik yang mengiringi Katie, tapi Meisya seperti bisa mendengar suara iringan musik melalui burung-burung yang menyanyi.     

Ini pertama kalinya Meisya melihat binatang mengikuti suara sang raja merah. Meisya semakin kagum dan terpesona ketika menyadari Katie tampak terlihat cantik saat sedang menyanyi.     

Meisya bertepuk tangan memuji kakaknya begitu Katie selesai menyanyikan sebuah lagu.     

"Indah sekali, tidak heran ibu sangat suka mendengarkan lagumu."     

"Kau terlalu berlebihan." ujar Katie sambil mengusap tengkuk lehernya dengan malu-malu.     

Katie sudah terbiasa dengan pujian dari manajer atau para penggemarnya. Tapi di dunia ini hanya ada dua orang yang sanggup membuatnya malu mendengar pujian tersebut. Tidak. Kini tiga orang.     

Yang pertama adalah Catherine, sahabatnya. Yang kedua adalah Kinsey ketika pria itu memuji kecantikannya di hari pernikahan Cathy. Kini pujian adiknya sendiri juga sanggup membuatnya salah tingkah.     

Mungkin karena mereka bertiga adalah orang spesial baginya. Catherine adalah sahabatnya seperti saudarinya sendiri, sementara Kinsey adalah pria yang sangat dicintainya, lalu Meisya adalah adik kembarnya.     

Pujian orang-orang yang tidak dikenalnya sama sekali tidak berarti bila dibandingkan pujian dari orang-orang yang disayanginya. Dia merasa disayang, dicintai dengan tulus dan juga.. Katie merasa sangat senang mendengar pujian dari mereka.     

"Aku harap aku bisa mengenalkanmu pada kedua kakakku.. maksudku dua orang yang selama ini kukira adalah kakakku." jelas Meisya. "Mereka berdua juga sangat menyukai musik jazz. Mereka pasti juga senang mendengar nyanyianmu."     

"Siapa?"     

"Dieter dan Leonard. Kami sangat dekat dulu dan juga ada..."     

"Leonard?" potong Katie tanpa sengaja. "Apakah Leonard adalah lelaki berambut coklat kemerahan serta memiliki coklat gelap?"     

"Benar. Kau pernah bertemu dengannya?"     

Katie mengangguk dengan antusias. "Aku pernah bertemu dengannya di acara pemberkatan anak Ilsa. Dia adalah orang yang menyenangkan. Dia tampak seperti orang yang baik."     

"Dia memang adalah orang yang baik. Dari antara saudara-saudara lain, Leonard yang paling dekat denganku."     

"Benarkah?"     

"Dia juga yang.. kenapa kau tampak sangat penasaran dengan Leonard?" Meisya bertanya dengan nada curiga.     

"Eh? Itu.." Katie tertawa gugup sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Aku baru tahu kalau ternyata dia adalah cinta pertamaku."     

"..." satu, dua, tiga.. "HAAAA?? Darimana? Sejak kapan?"     

"Uhm.." awalnya Katie terlihat ragu, namun kemudian dia menceritakan semuanya mengenai cinta pertamanya yang ditemuinya ketika masih tinggal di Louisiana.     

Meisya tampak terkejut sama sekali tidak menyangka pertemuan kedua kakaknya.     

"Aku ingat Leonard memang sering diajak pergi ke luar negeri bersama paman ketiga kami. Dia sering cerita negara yang paling suka dikunjunginya adalah Amerika. Tapi aku sama sekali tidak tahu, ternyata alasan dia menyukai Amerika karena bertemu denganmu."     

Untuk kesekian kalinya Katie tersenyum malu-malu dan salah tingkah.     

"Aku juga tidak menyangka ternyata cinta pertamaku adalah seorang pangeran dari Prussia. Dia.. dia juga bilang kalau aku adalah cinta pertamanya."     

"Aku tidak tahu harus bilang apa. Ini sungguh sangat mengejutkan. Apakah Kinsey mengetahuinya?"     

Katie tertawa gugup saat menjawab pertanyaannya. "Dia tidak tahu. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan kalau tahu aku sudah bertemu kembali dengan cinta pertamaku."     

"Hm. Mengingat Kinsey adalah sepupu Stanley, aku bisa mengira sifat mereka cukup mirip." angguk Meisya menyetujuinya.     

Meisya ingat betul Stanley sangat posesif terhadap dirinya. Hanya saja peringatan yang diberikan Stanley pada para lelaki yang mendekatinya cukup halus namun sangat meyakinkan. Sedangkan Kinsey... dilihat dari bentuk rahang serta sinar mata pria itu yang tajam, mungkin.. bukan peringatan saja yang akan diberikan. Tapi sebuah tindakan.     

Kalau Stanley mungkin seperti singa yang tertidur. Selama tidak dibangunkan, maka semuanya akan baik-baik saja. Sedangkan Kinsey.. dia bagaikan seekor serigala yang mengintai mangsanya mencari kesempatan untuk menerkamnya tanpa harus berusaha.     

"Karena itulah, aku tidak ingin memberitahunya. Kau juga, jangan beritahu siapapun. Termasuk Stanley. Aku bisa lihat mereka sangat dekat. Aku tidak ingin Stanley membocokannya pada Kinsey."     

Meisya tersenyum menenangkan. "Tenang saja, rahasia kecilmu aman bersamaku."     

Tidak lama kemudian langit mulai gelap karena matahari telah mulai turun menyembunyikan setengah bentuknya. Sudah waktunya mereka kembali sebelum langit benar-benar gelap atau pasangan mereka yang super over protektif mencari mereka.     

Selama beberapa menit mereka berempat berbincang-bincang santai sambil menikmati kudapan ringan. Tanya serta Joan turut bergabung bersama mereka memeriahkan suasana.     

Tanya juga kembali menceritakan bagaimana Katie menyelamatkannya dengan mengeluarkan peluru dari bahunya.     

"Katie, apakah ada efek samping kalau kau terus-terusan menyembuhkan luka?"     

"..." Ugh! Seandainya saja Kinsey tidak terlalu peka atau terlalu over protektif terhadap dirinya, Katie akan sangat merasa bersyukur sekali. "Uhm.. apa aku harus menjawabnya?"     

Sebelah alis Kinsey terangkat seolah mengatakan 'Apakah kau harus bertanya pada jawaban yang sudah pasti?'     

"Apakah ada resiko saat menyembuhkan luka?" kini Tanya ikut bertanya dengan nada khawatir.     

Tidak hanya Tanya, namun Meisya juga mulai menatapnya dengan khawatir. Pada akhirnya Katie terpaksa memberitahu mereka mengenai resiko yang akan dialaminya bila menyembuhkan luka orang lain secara terus-menerus.     

Hal ini membuat Kinsey serta lainnya kaget dan mulai mengungkapkan opininya dengan nada serius.     

"Hari ini kau telah menggunakan kekuatanmu untuk mengeluarkan peluru, lalu menyembuhkan lukaku." sahut Tanya     

"Dia juga melindungi janin Meisya saat perjalanan kemari." sambung Joan.     

Empat pasang mata secara serempak memandang ke arah Katie dengan tatapan 'mulai sekarang kau tidak boleh menggunakan kekuatan menyembuhkan luka lagi!'     

Katie mendesah pasrah.     

"Kalian terlalu khawatir. Energi kehidupanku akan beregenerasi seiringnya berjalan waktu." jelas Katie. "Aku baik-baik saja. Sungguh." lanjutnya berharap mereka semua berhenti menatapnya dengan tatapan khawatir.     

"Baiklah, sudah malam. Sudah saatnya tidur." sahut Stanley memecah keheningan.     

"Ini masih jam sepuluh." protes Meisya karena masih ingin bersama kakaknya.     

"Su.dah jam sepuluh sayangku." Stanley menekankan nadanya saat mengucapkan 'sudah'. "Kau harus banyak istirahat. Kau masih bisa berbicara dengan kakakmu besok." jawab Stanley dengan nada tidak mau dibantah seraya menggengam tangan istrinya.     

Meisya cemberut, namun ketika mengerti kode mata yang sedang dilakukan suaminya, Meisya mulai mengerti. Kinsey ingin bicara empat mata dengan Katie. Dan pembahasan mereka tampaknya sangat penting.     

Akhirnya Meisya menuruti Stanley dan masuk ke dalam kamar mereka. Tanya dan Joan yang juga mengerti suasana hati Kinsey saat ini turut undur diri meninggalkan Kinsey serta Katie sendiri.     

"Uhm.. Kurasa kita juga harus tidur?" entah kenapa Katie merasa dia akan disidang di pengadilan. Dia adalah terdakwa dan Kinsey adalah hakim yang menghakiminya.     

"Kita harus bicara." jawab Kinsey tegas membuat Katie mendesah. "Sudah berapa kali kau mengirimkan energi kehidupanmu pada orang lain?"     

"Baru dua kali."     

"Berapa besar? Apakah itu mempengaruhi usiamu sekarang?"     

"Tidak. Usiaku sama sekali tidak ada hubungannya. Dan.. tadi aku hanya menggunakan sebagian kecil saja." Katie mengucapkan kalimat terakhirnya tanpa menatap lurus mata kekasihnya.     

"Katie," panggil Kinsey dengan nada peringatan. "Berapa besar?"     

Jelas sekali Kinsey tahu kalau Katie sedang berbohong.     

"Sekitar sepuluh persen?"     

"..."     

"Lima belas. Dua puluh lima." Kinsey masih menatapnya dengan tatapan menuntut jawaban yang sebenarnya. "Ugh! Baiklah hampir empat puluh persen, tidak sampai lima puluh. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."     

"Lima puluh?!"     

"Tidak sampai lima puluh." ulang Katie dengan tegas. "Aku hanya butuh tidur dan tidak menggunakan kekuatanku selama sebulan kedepan. Setelah itu energi kehidupanku akan kembali."     

Satu bulan? Tidak ada yang menjamin tidak akan terjadi apa-apa selama satu bulan ini. Belum lagi musuh mereka yang gencar mencari tempat persembunyian mereka. Mengingat karakter Katie, tidak mungkin gadis ini tidak akan menggunakan kekuatannya bila merasa diperlukan.     

"Apa tidak ada cara yang lain? Yang lebih cepat."     

"Ada. Aku hanya perlu menghabiskan waktu tidurku di sebelah origin."     

"..."     

"Tapi itu tidak mungkin. Aku tidak tahu siapa origin dan juga.. jika dia terus berada disisiku, dia yang akan mati. Lagipula kau tidak akan membiarkanku tidur bersebelahan dengan origin kalau ternyata originku adalah seorang pria, kan?"     

"..."     

"Kenapa kau tampak senang sekali?" Katie merasa heran karena melihat kilatan senang pada pancaran mata Kinsey.     

Bagaimana tidak senang? Ternyata cara untuk mengembalikan energi kehidupan yang terkuras, begitu mudah dan simpel. Katie hanya perlu tidur bersebelahan dengan origin? Kebetulan sekali, Kinsey adalah origin. Dan Kinsey lebih dari senang tidur bersama Katie.     

"Aku lelah sekali, ayo kita tidur."     

Katie terheran-heran melihat ekspresi Kinsey yang berubah dengan cepat. Bukannya tadi pria itu sedang marah? Kenapa kini tampak senang?     

Karena dirinya sendiri juga merasa lelah, belum lagi efek menguras energi kehidupannya masih kerasa, Katie membutuhkan waktu istirahat secara maksimal.     

"Baiklah, dimana kamarku?"     

Tanpa menjawab, Kinsey menggandeng Katie dan membawanya ke salah satu kamar. Dengan santai Kinsey membukanya dan membawa Katie masuk kedalam.     

"Kau tidur disini." jawab Kinsey kemudian.     

"Bagaimana denganmu?"     

"Ini kamarku."     

"..."     

"Malam ini kau akan tidur bersamaku."     

HAAAAA??!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.