Katie dan Stanley
Katie dan Stanley
Setelah dia bisa mengendalikan kekuatannya dengan sempurna, kini dia bisa membedakan yang mana mimpi dan yang mana nyata. Vasco pernah bilang padanya terkadang mimpinya bukanlah mimpi biasa. Bisa jadi mimpinya adalah sebuah penglihatan atau memori seseorang.
Mengetahui ini bukan mimpi biasa, Katie mencoba berjalan sambil bertanya-tanya, kapan dia akan terbangun?
Ketika dia berjalan, matanya melihat sebuah punggung seorang wanita. Wanita itu memakai terusan putih yang elegan, serta rambut wanita itu bewarna coklat kemerahan.
Siapa?
"Halo?" Katie mencoba menyapa wanita itu.
Wanita itu berbalik memandanginya dengan tatapan bertanya. Begitu Katie melihat wajah wanita itu, Katie terkejut melihatnya. Wanita itu sangat cantik.. seperti seorang malaikat yang turun ke bumi.
Bukankah wanita ini Catherine? Wajahnya sangat mirip dengan Catherine, tapi.. disaat bersamaan dia merasa wanita ini bukan Catherine.
"Halo, apakah kau datang kesini untuk mencegahku?" tanya wanita itu.
"Mencegah? Mencegah apa?"
"Aku bisa merasakan anak itu akan datang menemuiku. Aku sudah menunggunya. Apakah kau akan melepaskannya? Biarkan dia bersamaku."
Apakah kecerdasan Katie mulai menurun? Kenapa dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan wanita ini? Anak apa? Kenapa pula Katie menahan seorang anak?
"Katie!"
Katie segera menoleh ke arah sumber sebuah suara yang memanggil namanya. Matanya membelalak lebar saat melihat anak lelaki cinta pertamanya ada disana. Tersenyum lebar ke arahnya.
"Leonard?"
"Biarkan dia bersamaku." sahut wanita tadi membuat Katie kembali melirik ke arahnya.
Namun ketika mata Katie kembali ke anak cinta pertamanya, tubuh anak itu berubah menjadi seperti abu dan menyatu dengan udara.
"Tunggu!"
Seketika Katie terbangun dari tidurnya dengan napas tak beraturan. Apa maksud mimpinya? Siapa wanita itu? Kenapa wajahnya mirip sekali dengan Catherine? Dan kenapa wanita itu terasa familiar di ingatannya.
Apakah dia pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya?
Katie mencoba menggerakkan tubuhnya dan baru sadar, Kinsey masih memeluknya dengan erat membuatnya merona. Apakah semalaman mereka tidur dengan posisi seperti ini?
Katie menelan ludah dengan gugup ketika berusaha melepas diri dari pelukan Kinsey. Untungnya pergerakannya tidak membangungkan Kinsey, sehingga dia bisa keluar kamar dengan aman.
Katie sama sekali tidak tahu, begitu pintu kamar tertutup kembali, Kinsey mengernyit kesakitan. Sebelah tangannya menekan dadanya berusaha mengurangi rasa sakitnya.
Seharusnya efek kebersamaannya dengan Katie tidak datang secepat ini. Apakah mungkin tanpa sadar Katie mengambil energi kehidupannya? Sama seperti saat dulu Kinsey menyerap semua emosi negatif Katie tanpa disadarinya membuatnya nyaris mati.
'Kinsey, kemarilah. Aku akan membagikan sebagian energi kehidupanku.' sahut Merah dipikirannya.
Tanpa membantah, Kinsey membuka pintu balkon kamarnya kemudian melompat turun dimana Merah menunggunya. Kinsey berbaring dengan tubuh Merah sebagai bantalnya. Kinsey mengambil napas panjang menghirup udara segar pagi hari guna meredakan rasa sesaknya.
"Bagaimana keadaan Katie?"
'Dia akan baik-baik saja. Sebagian besar energi kehidupannya sudah kembali. Justru energi kehidupanmu yang berkurang drastis! Kau tidak boleh bertemu dengannya selama seminggu kedepan!'
"Kau tahu aku tidak bisa melakukannya."
'Aku tahu. Karena itu pastikan aku ada didekatmu tiap kali kau bersama dengan Katie. Selama kau adalah hostku, aku tidak akan membiarkanmu mati.'
"Bagaimana denganmu? Apa tidak terjadi masalah jika kau membagi energi kehidupanmu?"
'Serigala merah tidak pernah mati. Alam tidak akan membiarkan kami mati. Satu-satunya yang sanggup membunuh kami hanyalah batu es kristal murni. Selain itu, kami tidak akan mati. Tenang saja.'
Mendengar itu Kinsey kembali merilekskan ototnya dan berbaring dengan tenang. Secara perlahan Kinsey merasakan dadanya yang tadi terasa sakit berangsur pulih. Setidaknya untuk saat ini dia masih aman meskipun dia berdekatan dengan Katie dalam waktu lama. Yang dia khawatirkan adalah adiknya.
Dua minggu lagi adiknya akan tiba ke Jerman. Apakah adiknya juga akan terkena efeknya ketika berada dekat dengan Katie?
'Tenang saja. Adikmu tidak akan kena. Sumber energi kehidupan mengakuimu sebagai origin, karena itu kau yang akan diserang. Adikmu hanya dianggap manusia biasa saja.' sahut Merah menjawab pertanyaan yang dipikirkan Kinsey.
Kinsey mendesah lega mendengarnya sebelum kembali melanjutkan 'tidur'nya. Semalaman dia nyaris tidak bisa tidur karena kedekatannya dengan Katie dalam posisi yang nyaris menggoyahkan imannya. Dia baru tidur sekitar sejam lalu dan kini kelopak matanya terasa sangat berat.
Sementara itu, Katie sedang berada di dapur bersama Stanley menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni yang tinggal di vila.
"Oh, rupanya kau bisa masak?" tanya Stanley dengan senyuman hangat.
"Aku terbiasa tinggal sendiri ketika aku memutuskan tinggal di New York. Jadi aku sudah biasa memasak."
"Oh, rupanya begitu."
"Kau? Aku juga tidak menyangka kau bisa masak."
"Aku juga. Aku terbiasa hidup sendiri."
Sambil berbincang ringan, keduanya saling bekerja sama menyiapkan sarapan pagi itu. Tepat selesai menata mekanan diatas meja makan, Tanya muncul dan menyapa mereka.
"Wah.. rasanya sudah lama aku tidak makan masakan rumah." seru Tanya membuat Katie tersenyum puas.
"Aku akan membangunkan Kinsey."
Katie berjalan naik ke lantai dua menuju kamar Kinsey. Anehnya, dia tidak menemukan pria itu disana. Dimana Kinsey?
"Kinsey? Kau dimana?" Katie mencoba mengetuk kamar mandi yang ada didalam kamar Kinsey, namun tidak ada jawaban. "Tiffany, apakah kau melihat Kinsey?" setelah menunggu beberapa detik, barulah Tiffany menjawab.
"Kamera luar menangkap Kinsey melompat turun dari balkon. Sekarang bersama serigala merah dibawah."
Balkon? Katie berbalik melihat ke arah balkon yang kini terbuka lebar. Dia segera berjalan keluar balkon hingga keujung lalu menengok ke bawah.
Dan benar saja, dia melihat Kinsey sedang tidur-tiduran di atas tumpukan bulu Merah yang halus.
Kenapa Kinsey memilih tidur diluar alih-alih di ranjang? Begitu nyamankah bulu Merah daripada ranjangnya sendiri?
"Kinsey, apakah kau sudah bangun? Sarapan sudah siap."
Yang dipanggilpun akhirnya membuka matanya dan menyapa pemanggilnya dengan senyuman hangat.
"Selamat pagi."
Katie membalas senyumannya, "Selamat pagi. Ayo masuk kedalam."
"Baiklah."
Pagi itu semua penghuni menikmati sarapan dengan nikmat sambil berbincang santai. Tidak ada satupun yang menyinggung masalah ledakan ataupun penyergapan yang terjadi pada Meisya.
Semuanya bersama-sama sepakat untuk tidak membuat Meisya merasa stres atau tertekan. Karena kini Meisya tengah mengandung, mereka akan memastikan suasana hati Meisya merasa damai dan bahagia. Sangat penting bagi ibu hamil untuk merasa bahagia, agar bayi yang lahir nanti juga bisa bertumbuh dengan bahagia.
Dulu sewaktu Catherine mengandung kedua anaknya, Vincent dan lainnya juga turut memastikan kebahagiaan Cathy. Karena itulah kedua anaknya kini tumbuh sebagai anak yang ceria dan suka tertawa.
Selesai sarapan, Tanya mengajak Meisya berjalan-jalan bersama Merah melewati taman bunga. Sementara Katie, Stanley serta Kinsey membahas sesuatu yang serius.
"Jadi, kenapa mantan kekasihmu menyerang Meisya dan Kinsey?"
"Darimana kau tahu?" sebenarnya Stanley sudah tahu jawabannya, tapi dia tetap bertanya untuk memastikan.
"Tiffany yang memberitahuku."
Sudah kuduga. Pikir Stanley. Kini dia benar-benar menyesal telah memberikan Tiffany pada Katie. Kalau tahu dari awal dia akan menikah dengan adik kembar Katie, sampai kapanpun dia tidak akan memberikan Tiffany pada Katie.
"Aku juga penasaran. Aku bisa maklum kalau dia menyerang Meisya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia harus menyerangku." sahut Kinsey kemudian. "Aku yakin aku tidak pernah menyinggungnya. Aku juga tidak pernah bertemu dengannya, kenapa dia menyerangku? Apakah dia tahu aku adalah sepupumu?"
"Seharusnya tidak. Kau berasal dari keluarga Alvianc, sedangkan aku.. aku berasal dari keluarga Calvins yang biasa. Di mata orang-orang kita sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga."
"Kalau begitu, apakah mungkin dia memiliki dendam pribadi dengan Alvianc grup?" tebak Katie membuat kedua pria memandangnya dengan heran.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Di hari ledakan, terjadi hal yang sama di beberapa tempat lainnya. Seperti salah satu pemegang saham terbesar di Jones corp di Denmark, CEO perusahaan Smith di Los Angeles dan juga salah satu mansion milik Jason Lee di Cina. Tempat itu juga meledak dengan menggunakan jenis bom yang sama. Tiffany telah mencari runtutannya dan semuanya mengarah ke Darcy."
"Tiffany bilang mungkin Darcy memiliki dendam pribadi ke perusahaan-perusahaan yang pernah membeli sahamnya sembilan tahun yang lalu." lanjut Katie menyampaikan apa yang dikatakan Tiffany di pikirannya.
"Ah, aku ingat." celetuk Stanley. "Aku mengambil data rahasia perusahaan ayahnya dan menjualnya ke para pesaingnya dengan harga murah. Aku ingat Alvianc grup merupakan salah satu pembelinya."
Katie menatap ke arah Kinsey dengan tatapan bertanya, 'Untuk apa kau ikut membelinya?'
"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak tahu apa-apa. Jika hal ini terjadi sembilan tahun yang lalu, maka ayahku yang membelinya. Waktu itu aku masih kuliah disini dan tidak ikut campur urusan bisnis keluarga."
Katie mengangguk mengerti kemudian melirik ke arah Stanley dengan sinis.
"Uhm.. nona. Aku tahu kau tidak menyukaiku, tapi bisakah kau mengesampingkan masalah pribadi antara kita? Kau boleh memarahiku sepuasnya setelah ini semua selesai."
"Masalah pribadi apa? Tidak ada masalah pribadi diantara kalian berdua." sambung Kinsey tegas membuat Stanley memutar matanya dengan malas.
Sementara Katie hanya terdiam dan mendesah pelan. Kalau seandainya.. warna kehidupan Stanley bukan bewarna abu-abu, mungkin Katie tidak akan bersikap sinis padanya.
Hanya karena warna kehidupan pria itu adalah warna abu-abu, Katie tidak bisa menyingkirkan kegelisahannya. Berbeda dengan warna hitam atau warna lainnya. Stanley bisa menyerangnya dengan melukai Meisya atau Kinsey.
Lagipula.. warna abu-abu sulit ditebak dan bisa menyerang kelemahannya sewaktu-waktu. Dalam kasus Katie, kelemahannya yang kini dipegang Stanley adalah Meisya.
Karena itulah hati Katie tidak mau tenang tiap kali melihat kebersamaan Stanley serta Meisya. Dia takut.. tiba-tiba saja Stanley akan menyakiti Meisya tanpa sepengetahuannya.