Kinsey vs Dimitri
Kinsey vs Dimitri
Mungkin karena Meisya sedang hamil sehingga naluri keibuannya menjadi lebih kuat. Dia sanggup menenangkan Diego sekaligus bisa akrab langsung dengan Chleo.
Pagi itu Kinsey berangkat untuk bertemu dengan Mertun, sementara Stanley masih sibuk memperbaiki gelang platinum selama dua hari dua malam. Meskipun bergadang, Stanley akan menyempatkan keluar selama beberapa menit untuk menemui istrinya. Setelah itu dia akan kembali berkutat pada komputernya.
Karena itu yang menemani Chleo dan Diego hanyalah Meisya, Katie dan Tanya. Meisya menimang Diego yang masih terkena jet lag dan masih agak mengantuk sementara Katie dan Tanya menemani Chleo bermain balok uno.
Setelah bermain beberapa ronde, Chleo ingin makan cemilan dan segera pergi ke dapur menuju ke kulkas. Dia mencari sesuatu tapi tidak bisa menemukan apa-apa. Kemana semua cemilan yang dibeli pamannya kemarin?
"Bibi Kitty, aku mau makan es krim." rajuk Chleo memasang wajah imut ke arah Katie.
"Bukankah kita masih ada penyimpanan es krim di kulkas?"
"Sepertinya stok es krimnya sudah habis nona." jawab Jenny, salah satu pelayan keluarga Regnz.
"Kebetulan sekali, aku juga ingin makan es krim." sahut Meisya entah kenapa dia jadi mengidam es krim.
"Bagaimana kalau kita turun ke kota dan mampir ke market? Kita bisa beli es krim dan cemilan lain."
"Apakah kita akan beli mainan baru juga?" tanya Chleo yang sudah tidak merasa sungkan lagi terhadap kedua pasangan paman favoritnya. Dia juga mengedipkan sepasang matanya untuk menambah keimutannya.
Katie menganggukkan kepalanya sambil tersenyum geli.
"Ah, tapi Diego sedang tidur."
Semuanya langsung melirik ke arah Diego yang memang sedang tertidur pulas di pangkuan Meisya. Mereka sama sekali tidak tahu sejak kapan Diego tertidur.
"Biar saya yang menemaninya." sahut Jenny menawarkan bantuan dan mengambil Diego. Lalu Jenny membawanya ke kamar untuk membaringkannya di ranjang khusus agar anak itu bisa tidur dengan nyaman.
"Baiklah, kita berangkat sekarang?"
"Asyik!!" Chleo melompat-lompat dengan kegirangan dan segera berganti pakaian yang lebih hangat. Meskipun saat ini bukan musim dingin, angin di sekitar mereka terkadang berhembus dengan kencang membuat semua orang menggigil kedinginan.
"Aku akan memberitahu Stanley dulu." sambung Meisya sebelum beranjak menuju ke ruang kerja Stanley beserta rekan-rekannya.
Setelah mengetuk beberapa kali, pintu terbuka dan salah satu asisten Stanley muncul.
"Apakah dia sibuk? Aku hanya ingin memberitahunya kami akan turun ke kota sebentar untuk belanja cemilan."
Asisten tersebut tersenyum sebelum memanggil Stanley. Tidak lama kemudian Stanley muncul dengan mata seperti panda membuat Meisya khawatir.
"Stanley, kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Tenang saja, setelah ini aku akan menebus waktu tidurku." jawab Stanley sambil tersenyum lebar. "Jadi kalian akan pergi?"
"Hm. Kami akan ke kota sebentar untuk belanja cemilan, lalu Chleo ingin beli mainan baru. Setelah itu kita akan kembali."
Stanley tertawa kecil mendengar Chleo ingin beli mainan lagi. Entah sudah berapa banyak mainan yang dimiliki Chleo. Anak itu mudah bosan dan selalu menginginkan hal yang baru.
Tentu saja Vincent serta Cathy akan membatasinya agar Chleo tidak menjadi manja. Namun, kedua pamannya yang terlalu memanjakannya. Dan kini tidak ada kedua orangtuanya, Chleo malah merasa bebas dan tidak segan lagi dalam meminta.
"Baiklah, bukankah Tanya ikut bersama kalian? Bawa lima orang lagi bersama kalian."
"Aku rasa kami akan baik-baik saja, tapi aku akan menurutimu." jawab Meisya.
Stanley mengelus kepala Meisya dengan cinta sebelum kembali pada pekerjaannya.
Tidak lama kemudian, Tanya, Chleo, Meisya serta Katie berangkat dalam satu mobil dengan Tanya yang menyetir sementara lima orang pengawal mengikuti mereka dengan mobil lainnya.
Dari vila di gunung menuju ke kota terdekat hanya memakan waktu tiga puluh menit. Di tengah perjalanan Katie mendapatkan pesan dari Mertun membuat keningnya mengernyit.
Pesan itu mengatakan, dia tidak sengaja memperkenalkan Kinsey dengan umbra Katie. Dan kini keduanya sudah siap saling bertarung menguji kebolehannya masing-masing.
Katie ingat akan ucapan Leonard yang mengatakan umbranya ingin membunuh Kinsey karena masalah tujuh tahun yang lalu. Ah, dia harus menghentikan mereka.
"Tanya, bisakah kau menurunkanku di terminal? Aku akan ke mansion Tettero terlebih dulu."
"Kenapa? Apakah terjadi sesuatu?"
"Hm. Umbraku ada disana. Ada salah paham antara Kinsey dengannya. Aku ingin menghentikan mereka."
"Apakah Kinsey akan baik-baik saja?" tanya Meisya khawatir. Dia juga tahu seperti apa kemampuan umbra karena dia pernah dijaga dan dilindungi oleh seorang umbra.
Meisya masih mengira Kinsey hanyalah seorang pebisnis yang sangat ahli di bidangnya. Dia sama sekali tidak tahu kalau Kinsey pandai bertarung sama seperti suaminya, bahkan lebih hebat dari suaminya.
"Aku harap dia baik-baik saja." jawab Katie seperti berdoa.
"Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Kinsey tidak mudah dikalahkan." sahut Tanya meyakinkan. "Kau lupa dulu Kinsey juga pernah melakukan pelatihan di Bayern?"
"Ah, kau benar."
"Dia tidak selemah yang kau bayangkan." lanjut Tanya.
Meskipun begitu, Katie tetap khawatir. Biar bagaimanapun dia menyayangi umbranya dan mencintai Kinsey. Dia tidak ingin siapapun diantara mereka yang terluka.
Sementara itu, Kinsey yang baru bertemu umbra Katie secara resmi untuk pertama kalinya mendesah pasrah. Dia tidak tahu kenapa umbra Katie memusuhinya seperti ini. Orang itu bahkan menyuruhnya.. memaksa lebih tepatnya untuk mengakhiri hubungannya dengan Katie.
"Kau pikir kau pantas bersamanya? Kau sama sekali tidak pantas."
"Apakah aku pantas atau tidak, biarkan Katie yang menilainya sendiri. Aku rasa kau tidak berhak ikut campur."
Dimitri mendengus kasar mendengar nama panggilan 'Katie' dari mulut Kinsey.
"Kau tidak pantas membahagiakannya. Kau sudah menyakitinya begitu dalam tujuh tahun yang lalu, apa yang membuatmu berpikir perbuatanmu akan mudah dimaafkan?"
Menyakiti Katie tujuh tahun lalu? Kapan? Dimana? Apa yang diucapkan orang ini? Kinsey sama sekali tidak mengerti apa yang membuat umbra Katie menuduhnya sembarangan.
"Hei, tenanglah. Bukankah kita disini untuk membahas yang lebih penting? Bagaimana kalau kita lupakan masa lalu dan rencanakan apa yang akan kita lakukan berikutnya?"
Sayangnya, keduanya mengabaikan Mertun seolah Mertun tidak ada disana.
"Baiklah, sepertinya hari ini kau tidak akan melepaskanku. Kau ingin menyelesaikannya sekarang? Saat ini juga? Kebetulan sekali aku ingin menguji kemampuanku."
Mertun menepuk jidatnya mendengarnya. Kenapa Kinsey malah menantang Dimitri? Mertun semakin panik lagi saat melihat seringian Dimitri menandakan dia menerima tantangan Kinsey.
Katalina, cepatlah datang. Sebentar lagi mereka akan saling bertarung. Rutuk Mertun berharap dia bisa bertelepati dengan Katie.
Tidak akan ada masalah jika dua orang pria dewasa itu bertarung di arena pertarungan Oostven. Mertun justru akan duduk santai sambil makan popcorn menikmati pertunjukkan.
Masalahnya, mereka semua berada di kediaman utama Tettero. Dan mereka ada dihalaman belakang mansion dimana para pelayan berlalu-lalang melakukan aktivitasnya.
Ditambah lagi, disekitar mereka ada patung kuno bersejarah milik Tettero. Jika keduanya bertarung disini dan merusak patung-patung tersebut, Mertun bisa dibelah jadi dua oleh ayahnya.
Mertun hendak mencegah mereka sebelum pertarungan terjadi, namun dua buah pisau sudah melayang ke arah Kinsey. Dengan ahlinya, Kinsey menghindar dan menangkap salah satu pisau yang terlempar lalu melemparya balik kearah Dimitri.
Ugh! Dasar Oostven sialan, kenapa mereka suka sekali melempar pisau? Kalau begini kan Mertun jadi tidak bisa masuk melerai mereka. Nyawanya lebih berharga daripada melerai mereka.
Pisau terus berterbangan tanpa henti hingga melukai masing-masing lawan. Kemeja Kinsey sobek dan bersimbah darah, namun dia tidak menunjukkan ekspresi kesakitan ataupun lelah. Begitu juga dengan Dimitri. Keduanya masih sama-sama kuat untuk melanjutkan pertarungan mereka.
Hingga ketika mereka kehabisan pisau, akhirnya mereka saling bertukar tinju, tendangan dan lainnya. Mereka bahkan sama-sama mengambil pisau terdekat dan menyayat tubuh lawannya menambah luka baru.
Mertun yang menyaksikannya hanya memijat keningnya dengan frustrasi. Sudah banyak pisau menggores patung-patung dan yang menancap di dinding gudangnya yang terbuat dari kayu pilihan.
Dasar Mertun. Dia lebih mengkhawatirkan nasib patung milik keluarga dibandingkan dua orang yang kini dipenuhi luka.
Kinsey serta Dimitri sudah mulai merasakan efek luka mereka. Keduanya sama-sama berkeringat dan napas mereka menjadi terengah-engah. Mereka sama-sama berhenti sejenak untuk mengambil waktu mengambil napas panjang.
Detik berikutnya, keduanya mengambil pisau didekat kaki mereka dan melempar ke lawan bersamaan. Yang satu terlempar ke arah Dimitri dan yang satu melesat ke arah Kinsey
Tepat saat kedua pisau saling melewati, ada sebuah gelombang tiba-tiba muncul menghentakkan kedua pisau tersebut ke atas udara lalu jatuh ke bawah menancap ke tanah.
"Kalian.. Apa yang sedang kalian lakukan di tempat ini?"
Baik Kinsey serta Dimitri menelan ludah gugup ketika melihat sosok seorang wanita berambut merah menyala dengan matanya bewarna merah seperti darah seolah siap menerkam mereka.
Oo-oo.. Katalina sedang marah.
Hanya Mertun seorang yang tidak takut melihat kedatangan Katie yang dipenuhi dengan amarah. Justru sebaliknya, dia merasa lega, bahkan tersenyum lebar hingga sampai ke matanya.
Akhirnya.. penyelamatnya datang juga.