Chleo vs Chleo
Chleo vs Chleo
Awalnya gerakan jarinya santai, tapi lama-kelamaan menjadi lebih cepat hingga merasa kesal dengan waktu yang harus ditunggunya, gadis itu menghancurkan lingkaran tersebut dengan telapak tangannya.
"Sampai berapa lama aku harus menunggu?"
Sebuah tawa kecil terdengar tak jauh dari posisinya, tapi tidak peduli seberapa banyak gadis itu mencoba mencari sosok sumber suara itu, gadis itu tidak bisa melihatnya.
Dia merasa hanya dirinya seorang diri berada disana meskipun ada dua suara yang saling bercakap-cakap semenjak beberapa menit lalu.
"Sampai kau mau menerimanya sepenuhnya?"
"Bagaimana kalau aku tidak mau menerimanya? Aku lebih suka dengan kehidupanku yang sekarang."
"Kalau begitu kau harus menunggu disini."
"Kau tidak berhak mengurungku disini." ujar gadis itu dengan marah sambil bangkit berdiri dari tempat jongkoknya.
"Bukan aku yang mengurungmu disini, tapi kau sendiri."
"Apa maksudmu?"
"Bukankah sudah kubilang untuk bersabar? Tapi kau tidak mau sabar dan muncul seenaknya dihadapan dirimu yang lain. Tentu saja dia akan menjadi takut dan mengusirmu."
Chleo menggeram frustrasi. "Maksudmu, saat ini tubuhku dikendalikan oleh jiwa merahku? Bagaimana bisa? Aku ingin kembali!"
"Satu-satunya cara untuk kembali adalah kalian harus menerima satu sama lain. Baik kenangan kehidupan masa lalu dan kehidupan yang sekarang."
"Sudah kubilang, untuk apa aku menginginkan masa lalu seperti itu didalam ingatanku? Aku tidak pernah mengalaminya dan aku tidak akan pernah menginginkan kehidupan seperti itu."
"Kalau begitu, mengapa kau tidak menghancurkannya dan membiarkan raja biru menyatukan jiwa merah tersebut kedalam tubuhmu?"
"…" Chleo sama sekali tidak bisa membantah suara itu.
Sebenarnya, dia bersedia membiarkan jiwa merah miliknya masuk kedalam tubuhnya hanya karena permintaan Axel. Jika Axel tidak menginginkan jiwa merahnya, Chleo juga tidak akan keberatan untuk menghancurkan jiwa merah miliknya.
Tapi karena Axelard juga mencintai dirinya tidak peduli seberapa buruk sifatnya, Chleo mengalah dan mengabulkan permintaan pria itu.
Tapi… apa ini?
Ternyata semua cerita yang diceritakan Axel akan masa lalu jauh lebih buruk daripada apa yang diceritakannya. Chleo merasa jiwa merah miliknya hendak mempengaruhinya untuk lebih memikirkan Alexis padahal dia sama sekali tidak mencintai pemuda itu.
Dia memang menyukai pemuda itu tapi hanya sebatas teman. Karena itulah, sebelum perasaan jiwa merah berhasil mempengaruhinya, Chleo memutuskan untuk keluar dan menasihati dirinya sendiri.
Siapa yang menyangka, dia malah berakhir pada tempat ini dengan ditemani seseorang tanpa wujud fisik yang menyuruhnya untuk menunggu disini sementara waktu.
Ah, dia ingin bertemu dengan Axelard. Dia merasa jengkel pada dirinya karena menolak menemui pria itu.
Chleo tahu saat ini perasaannya sangat terguncang karena dirinya sendiri juga merasakannya. Tapi dia tidak suka jika perasaannya di masa lalu mulai membujuknya dan mempengaruhinya untuk lebih memikirkan Alexis.
Dia memang merasa bersalah pada Alexis karena telah diam-diam meracuni pemuda itu, tapi Alexis yang bersalah karena berniat mencelakai keluarganya.
Alexis telah menipunya serta memanfaatkan perasaannya membuat Chleo tidak lagi merasa bersalah telah memberi racun kematian pada pemuda itu.
Sebaliknya, dia merasa bersalah pada Axelard karena telah memperlakukan pria itu dengan sikap dinginnya. Pria itu tidak layak mendapatkan perlakuan jahat darinya. Chleo sendiri merasa tidak layak mendapatkan kasih yang luar biasa dari Axelard.
Sedari tadi Chleo berusaha membujuk dirinya untuk mengingat kesalahannya yang dilakukannya pada Axelard tapi ternyata dia gagal juga.
Bila Chleo berambut merah lebih memikirkan Alexis, Chleo yang ini lebih memikirkan Axelard. Itu sebabnya ada dua perasaan yang berbeda yang sedang bertarung didalam hati Chleo.
Disaat Chleo muncul dihadapan Chleo berjiwa merah, dirinya mengalami breakdown dan mengunci Chleo rapat-rapat agar tidak mengganggunya.
Hhhh… Siapa yang pernah menyangka, Chleo harus bertarung melawan dirinya sendiri dalam mempertahankan hati serta kewarasannya.
Dia menganggap jiwa merah yang memasuki tubuhnya adalah racun atau iblis kecil yang berusaha menariknya keluar dari jalan yang benar. Itu sebabnya, Chleo terus melawan dan tidak ingin membiarkan racun tersebut mempengaruhinya.
"Jangan menganggap dirimu sendiri adalah racun. Jika kau menganggapnya racun, kau juga akan menganggap dirimu adalah racun."
Chleo memutar matanya dengan malas lalu kembali berjongkok pada tempatnya.
Ah, dia sangat merindukan Axelard. Dia ingin bertemu dengannya dan memperbaiki hubungan mereka. Dia tidak ingin bersikap dingin ataupun kasar kepada pria itu.
Hhhh… Untuk kesekian kalinya Chleo mendesah panjang. Sampai kapan dia harus ada disini?
"Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa diriku di masa lalu tidak bisa melihat kebaikan Axel? Kenapa dia harus cinta buta pada Alexis? Apakah dia tidak bisa melihat bahwa Alexis itu bersalah padanya?"
"Dia juga akan menanyakan hal yang sama padamu. Kenapa kau cinta buta dengan Axelard dan menyalahkan Alexis? Alexis yang sekarang tidak melakukan kesalahan apa-apa padamu."
"Ck. Aku tidak cinta buta dengan Axe. Aku memang mencintainya. Sementara Alexis, aku tidak menyalahkan. Aku tahu dia tidak melakukan apa-apa pada keluargaku, tapi bukan berarti aku akan menyukainya sebagai seorang pria."
"Kalau begitu cobalah mengerti dirimu sendiri. Berbeda denganmu yang hidup dipenuhi dengan sukacita serta kasih yang limpah dari kedua orangtuamu, dirimu yang dulu hidup sendirian tanpa tahu siapa yang bisa dijadikannya tempat untuk bersandar. Disaat dia lemah, disaat dia membutuhkan seorang teman, Alexis yang selalu menemaninya. Dan raja biru merenggut satu-satunya tempat perlindungannya darinya. Itu sebabnya dirimu yang dulu begitu membenci raja biru dan menutup hati untuknya."
"…"
"Mungkin kau akan berubah pikiran jika kau mendengar permintaannya sebelum waktu diputar kembali oleh raja violet."
"Permintaan?"
Tepat disaat Chleo mati didalam pelukan Axelard, Aslan berhasil masuk kedalam jiwa Chleo sebelum para Vectis berhasil mengekstrak jiwa merah Chleo.
Kala itu Chleo merasa kebingungan dengan sekitarnya dan menganggap bahwa dia sudah berada di dunia akhirat.
"Apakah ini adalah surga? Ataukah neraka? Karena sudah begitu banyak orang yang kusakiti, sepertinya ini adalah neraka."
"Seharusnya kau memang harus masuk ke neraka. Pertama, kau bersikap kurang ajar pada kedua orangtuamu. Tidakkah kau tahu, cara untuk hidup panjang adalah menghormati kedua orangtuamu walaupun mereka bersalah padamu?"
"Itukah sebabnya hidupku menjadi pendek?"
"Salah satunya. Iya, itu sebabnya kau mati muda."
"Jadi aku akan dibawa ke neraka?"
"Tidak. Meskipun banyak yang kau sakiti, serta membunuh seorang manusia, tapi setidaknya kau menyesali perbuatanmu. Hubunganmu dengan orangtuamu juga membaik, tidak ada alasan membawamu ke neraka. Tapi… kau melakukan kesalahan terbesar yang tidak bisa ditolerir."
Chleo tahu itu. Kesalahan terbesarnya adalah membuat suaminya menderita. Dia tidak pernah mau mendengarkan suaminya dan dia selalu melakukan segala cara untuk menyakiti perasaan pria itu.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau merasa kesalahan terbesarmu bersangkutan dengan raja biru. Sayang sekali, itu bukanlah kesalahan terbesarmu. Itu bukanlah dosa yang sudah kau perbuat."
Jika bukan perihal suaminya, dan juga bukan sikap pemberontaknya terhadap kedua orangtuanya, lalu apa? Apakah karena dia pernah berencana kawin lari dengan Alexis?
"Dosa terbesarmu adalah membunuh dirimu sendiri. Seorang manusia yang mengambil nyawa dirinya sendiri sama dengan memenangkan tiket ekpress langsung menuju ke neraka."
Air mata tanpa terasa menetes keluar dari kedua mata Chleo saat mendengar kalimat terakhir suara ini.