Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Keadaan Yang Tegang



Keadaan Yang Tegang

"Dokter Salas! Di mana Dokter Salas atau Atila??!!" seru Therius dengan tidak sabar. Ia tidak dapat berlama-lama membiarkan Heron melarikan diri. Kalau ancamannya benar, maka nasib Therius, Emma, Xion, dan semua penghuni kapal Coralia ada dalam bahaya.     

Ia tidak mengira kepergiannya diam-diam ke Bumi akhirnya terbongkar juga. Semuanya telah ia siapkan dengan begitu teliti. Ia bahkan telah menyiapkan misi tipuan yang akan mengalihkan perhatian mereka.     

Misi tipuannya itu bahkan pergi dengan dikawal oleh satuan pengamanannya yang biasa. Semua orang akan mengira Pangeran Licht ada dalam rombongan di situ.     

Kalau sampai Heron mengetahui yang sebenarnya, itu berarti ada orang dalam Therius yang mengkhianatinya dan ia harus mengetahui siapa orangnya.     

Semua orang di kapal Coralia tampak panik melihat Therius datang menggendong Xion yang terluka. Mereka bisa melihat keadaannya yang cukup parah dengan tubuh masih berselimutkan es. Mereka hanya dapat menduga bahwa pemuda itu menerima serangan dari seorang cryomancer tangguh.     

"Tuan, Pangeran Heron memerintahkan kita untuk tetap tinggal di sini dan menempatkan banyak prajurit untuk mengawal kapal kita," kata Dokter Salas yang datang tergopoh-gopoh. "Kami tidak diizinkan keluar."     

"Saul masih ada di aula, kalian cepat selamatkan dia. Para prajurit yang mengawal di luar sudah dibereskan," kata Therius cepat. Ia membopong Xion dengan langkah-langkah panjang menuju klinik Dokter Salas.     

"Maaf, Tuan, tetapi kami tidak berani menentang perintah seorang pangeran," kata seorang lelaki berambut hitam yang berjalan menjejeri langkah Therius. "Pangeran Heron jelas mengatakan kami hanya boleh menunggu perintah darinya."     

Lelaki itu adalah wakil kapten yang bernama Eris. Therius segera menyadari bahwa para awak Kapal Coralia masih belum mengetahui siapa dirinya sebenarnya dan menganggap bahwa perintah dari Pangeran Heron lebih penting daripada perintahnya.     

"Kita tidak punya banyak waktu," kata Therius. "Kalau kita tidak segera pergi dari sini, kapal ini akan dihancurkan. Heron ingin membunuh kita semua."     

Wajah-wajah orang di sekitarnya tampak dipenuhi ekspresi terkejut. Mereka tidak menduga pimpinan misi akan mengucapkan hal semacam itu.     

"Kalian mau hidup atau mati?" tukas Emma. "Ayo cepat lakukan perintahnya!"     

"Kau bangunkan Saul dan dia akan memberitahumu siapa aku," kata Therius kemudian. "Ayo cepat. Dia ada di aula bersama yang lain!"     

Eris hanya ragu sebentar. Ia segera berlari turun dari kapal dan mencari Saul seperti perintah Therius. Sementara itu Therius, Emma, dan Natan telah berada di klinik dan segera membaringkan Xion untuk mendapatkan pertolongan.     

"Pasti terjadi sesuatu sehingga Xion menjadi selemah ini," kata Therius. "Kau tetap di sini menjaganya, aku akan mengejar Heron."     

Tanpa menunggu jawaban Emma, Therius segera berlari keluar dan melesat terbang mencari Heron.     

"Ada yang bisa kubantu, Dokter?" tanya Emma sambil memperhatikan Natan bekerja. Atila telah datang tergopoh-gopoh masuk ke dalam klinik dan ikut menyalakan beberapa mesin. Ia dan Natan bekerja sigap untuk merawat Xion.     

"Tidak ada. Saat ini, Nona tenangkan diri dulu. Kami akan menangani Tuan Xion," kata Natan dengan tenang.     

Emma merasa lega melihat ketenangan yang ditunjukkan Natan. Ah, memang dokter-dokter yang dikenalnya selama ini selalu dapat berkepala dingin dan menunjukkan sikap yang tenang. Hal ini membuat pikirannya menjadi lebih ringan.     

Nah... apakah sebaiknya ia mencari Therius dan membantunya untuk menangkap Heron?     

Ia akhirnya menepuk bahu Atila dan berpesan kepadanya untuk mengawasi Xion dan membantu Natan. "Tolong rawat Xion baik-baik. Aku akan mengejar Therius!"     

Setelah berkata begitu, ia segera berlari sekencang-kencangnya keluar dari kapal.     

"Nona! Tuan Therius meminta Anda untuk tinggal di sini...!" seru Natan, tetapi Emma tidak mendengarkannya. Gadis itu telah menghilang.     

Ia melihat di luar para tentara yang diperintahkan mengepung pesawat mereka masih bergelimpangan tidur di tanah. Dari arah gedung pangkalan Daneria ia melihat Eris dan Saul berjalan tergesa-gesa sambil memerintahkan sesuatu kepada anak buah mereka.     

Wajah keduanya tampak pucat dan dipenuhi kekuatiran. Emma membaca bahwa Saul masih ingat kata-kata Heron saat di aula yang memanggil Therius sebagai Pangeran Licht dan kini ia telah mengetahui bahwa pemimpin misi yang selama ini bersama dengannya di pesawat Coralia bukanlah orang biasa, melainkan Pangeran Putra Mahkota sendiri.     

Eris sangat terkejut mengetahui hal itu dan dengan terburu-buru memerintahkan para awak kapal untuk segera bersiap menjalankan kapal Coralia kembali pulang ke Akkadia.     

Mereka tidak tahu apa yang direncanakan Pangeran Heron, tetapi mereka dapat menduga pasti bukan hal yang baik, karena mereka tahu permusuhan sengit antara Pangeran Licht dan Pangeran Heron.     

"Nona! Di mana Yang Mulia sekarang?" tanya Saul ketika ia melihat Emma melayang keluar dari kapal.     

"Aku akan segera mencarinya," kata Emma. "Kalian segera bersiap untuk berangkat."     

Belum sempat ia berbalik menuju ke arah lain, ia mendengar suara Therius bicara kepadanya, walaupun pria itu tidak ada di dekatnya. Ah.. pasti pemuda itu menggunakan telemancy!     

'Tolong bawa Mayn ke kapal. Kita membutuhkannya untuk menjadi saksi.'     

Emma mengerutkan kening. Ah... Therius pasti menggunakan telemancy, pikirnya cepat.     

'Kau di mana? Kau berhasil menangkap sepupu brengsekmu?' tanyanya balik.     

'Tidak. Si brengsek itu sudah berhasil kabur dan pesawatnya sudah berangkat keluar angkasa. Kita harus segera pergi dan menghindar dari serangan kapal perang yang dibawanya. Kita tidak akan menang kalau menghadapi mereka.'     

'Baik. Aku akan membawa Mayn. Kau segera kembali ke kapal.'     

Emma segera melesat ke arah aula dan menemukan Mayn masih terkurung lingkaran api yang menyala-nyala. Wajahnya tampak sudah memerah dan seluruh tubuhnya berkeringat besar-besar karena ia merasakan seorang dibakar hidup-hidup.     

Dengan satu lambaian tangan, Emma memadamkan api dan kemudian menyeret tubuh Mayn yang lemah keluar dari aula.     

Ia mengikat kedua tangan pria itu menggunakan sulur tanaman dan menariknya dengan mudah ke arah kapal. Ia sama sekali tidak peduli akan jeritan-jeritan lelaki separuh baya itu.     

Orang-orang yang sudah mulai bangun dari sihir tidur Therius tampak keheranan menyaksikan apa yang terjadi.     

Mereka tidak ingat mengapa tahu-tahu aula terbakar dan mereka bergelimpangan tidur di lantai, sementara Heron dan anak buahnya sudah tidak ada, selain beberapa puluh prajurit yang berjaga di pangkalan.     

"Nona.. ada apa? Mengapa semua jadi begini?" tanya Profesor Amara kebingungan sambil berusaha berjalan menjejeri langkah Emma yang berjalan cepat menyeret Mayn. "Mengapa Anda menyeret Tuan Mayn? Di mana Pangeran Putra Mahkota?"     

"Professor, Heron berusaha membunuh Therius, dan ia hampir berhasil. Kami harus segera pergi. Kau bisa melihat apa yang terjadi lewat rekaman kamera di aula. Kalian harus mengirimkan pesawat messenger ke Akkadia untuk memberi kabar kepada mereka tentang peristiwa yang terjadi di sini," tukas Emma.     

"Oh.. baiklah, Nona..." kata Profesor Amara dengan sigap. Ia lalu berbalik kembali ke aula dan segera berkoordinasi dengan para anak buahnya untuk membereskan kekacauan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.