Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Xion Terluka Parah



Xion Terluka Parah

"Tidak mungkin!" seru Mayn berkali-kali.     

Ia sulit menerima bahwa gadis yang begitu muda, mampu merontokkan pengaruh kendali pikirannya dan menyihir semua orang di aula menjadi tertidur.     

Wajahnya menjadi pucat. Akhirnya, karena semua orang yang menyerang Therius sudah bergelimpangan di lantai dan tidur, hanya tinggal Xion dan Heron yang sedang bertarung dengan melancarkan serangan-serangan es.     

'Tuan, Putri Emma adalah seorang telemancer yang sangat tangguh. Kita akan kalah kalau mereka bertiga menyerang kita. Sebaiknya Anda segera pergi,' kata Mayn kepada majikannya dengan menggunakan telemancy. 'Kita bisa menggunakan rencana kedua.'     

Heron yang baru menghindari serangan es tajam dari Xion segera melompat mundur. Ia melihat sekilas ke arah Emma dan membatalkan keinginannya untuk menculik gadis itu.     

"Rasakan ini!" Heron merapal kedua tangannya dan melakukan gerakan memutar. Ia kemudian mendorong sekuat tenaga ke arah Xion.     

Hantaman serangan es paling dahsyat segera melesat ke arah Xion. Belum sempat Xion menahannya, tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan matanya berkunang-kunang.     

Ia tak dapat bergerak dan menghindar serangan itu. Ia juga tidak dapat menahan serangan es yang demikian kuat.     

Ternyata, Mayn menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menahan tubuh Xion agar tidak dapat bergerak.     

"Xion!!!!" Emma menjerit saat menyadari temannya berada dalam bahaya.     

Ia menghambur hendak menahan serangan es dari Heron, tetapi Therius lebih cepat. Kebasan angin sangat kencang telah menghempaskan Emma jauh dari tubuh Xion.     

Gadis itu terbanting ke lantai dan menjerit. Suara jeritannya terdengar sangat menyakitkan bagi Therius dan Xion yang tidak tega melihat Emma terluka.     

Namun, Therius tidak punya pilihan lain. Kalau tadi ia membiarkan Emma menghadang serangan Heron untuk Xion, gadis itu bisa mati!     

"Brengsek kau! Jangan main curang!" seru Therius. Ia segera melompat dan terbang ke arah Mayn. Dua detik kemudian ia telah mencengkram leher Mayn keras sekali. Sepasang mata laki-laki tua itu tampak membeliak dan mulutnya mengeluarkan suara menggeram.     

Tanpa kekuatan ajaib lainnya, seoarang telemancer tidak memiliki daya tahan fisik yang kuat. Selain mengendalikan pikiran orang lain untuk membantunya, Mayn tidak dapat menahan serangan fisik yang ditujukan kepadanya.     

Ia sungguh tidak berdaya di bawah cengkraman tangan Therius yang dengan tidak kenal ampun mencekiknya hingga ia tidak dapat bernapas.     

Mayn memegangi tangan Therius yang mencengkram lehernya dan berusaha melepaskan diri, tetapi upayanya sia-sia saja.     

Sementara itu Xion yang tadi terpaku di tempatnya dan tidak dapat bergerak, harus menerima serangan es mematikan dari Heron. Tubuhnya terkapar di lantai dengan kondisi hampir membeku.     

Ia bersyukur karena Therius bergerak cepat dan menahan Emma, kalau tidak, gadis itu pasti sekarang akan ikut terluka. Ia tidak akan dapat memaafkan dirinya kalau sampai Emma terluka karena dirinya.     

"Breng-sek..." Xion mengumpat sambil memegangi dadanya yang sakit. Sementara itu Heron telah melarikan diri, membiarkan Mayn mengalihkan perhatian musuh-musuhnya. Ia tahu saat ini keadaan sudah berbalik dan ia harus segera pergi.     

Emma yang terbanting ke tanah oleh dorongan Therius merasakan tubuhnya sakit. Tetapi ia tidak mempedulikan dirinya. Ia berusaha bangkit dan berjalan tertatih-tatih mendekati Xion.     

Wajahnya tampak sangat kuatir melihat Xion meringkuk di lantai dan tubuhnya bagian atas tampak seperti diselimuti es.     

"Kenapa kau tidak menghindar dari serangannya?" tanya Emma cemas. Ia tidak mengira Xion dapat dikalahkan oleh Heron seperti ini. Bukankah ia juga merupakan seorang cryomancer? Mengapa Heron dapat menyerangnya dengan serangan es?     

"Energiku sangat banyak terkuras," kata Xion dengan suara pelan. Ia memejamkan mata dan berusaha menahan rasa sakit di dadanya. "Dan tadi mereka berbuat curang..."     

Pukulan Heron tadi telak menghantam dadanya dengan kekuatan yang sangat besar. Sementara itu, energi Xion telah terkuras sangat banyak karena ia memutuskan untuk melakukan sesuatu begitu ia menyadari bahwa Pangeran Heron akan menyergap mereka di Daneria.     

Xion melakukan perjalanan menembus waktu tepat sebelum Izia datang menangkap Emma. Itulah sebabnya ia menghilang dan mengira Xion meninggalkannya sendirian. Xion kembali sesaat sebelum Emma mulai bertarung dengan Izia.     

Memanipulasi waktu bukanlah hal yang dapat dilakukan Xion sesukanya. Ini membutuhkan energi yang luar biasa besar, dan jika ia tidak berhati-hati, ia juga akan dapat terluka atau terjebak di masa lalu.     

Apa yang dilakukannya hari ini telah membuatnya kehilangan begitu banyak energi sehingga kondisi tubuhnya menjadi lemah. Itulah sebabnya Mayn berhasil menyerangnya secara licik dan mengendalikan tubuhnya sehingga tidak dapat bergerak ketika serangan dari pukulan es dari Heron tiba.     

"Seberapa parah lukamu?" tanya Emma sambil berusaha merapal api di tangannya dan mencoba menghangatkan tubuh Xion yang hampir membeku. "Dari skala 1 sampai 10?"     

"Tu-juh..." kata Xion dengan suara terpatah-patah. Ia lalu pingsan.     

Emma buru-buru menahan kepala Xion yang terkulai agar tidak membentur lantai. Ia menoleh ke arah Therius dan berteriak. "Kita harus segera mengejar Heron dan mencegahnya menghancurkan Coralia! Waktu kita tidak banyak!!"     

Therius yang sedang mencengkram leher Mayn dengan ekspresi siap membunuh, memicingkan matanya dan menatap Mayn lekat-lekat. Tanpa berkata apa-apa, ia lalu membanting tubuh lelaki tua itu ke lantai.     

Ia lalu menyalakan api mengelilingi tubuh Mayn supaya lelaki itu tidak dapat melarikan diri. Setelah Therius membantingnya ke lantai, Mayn meringkuk dan memegangi lehernya yang memerah. Ia merasa lehernya hampir putus karena dicengkram dengan begitu kuat oleh pria itu.     

Mayn menduga kalau ia dicekik lebih lama, dalam waktu setengah menit lagi ia akan mati. Tetapi, tidak apa-apa, ia tidak keberatan mati, asalkan junjungannya berhasil melarikan diri.     

Mayn telah mengabdi pada keluarga Pangeran Heron selama puluhan tahun. Ia tidak akan membiarkan Pangeran muda itu mati di tangan musuh-musuhnya, selagi Mayn masih bernapas.     

"Xion terluka sangat parah," cetus Emma saat Therius datang menghampiri mereka. "Kita harus membawanya ke dokter. Kita juga harus mencegah jangan sampai sepupumu yang gila itu menghancurkan kapal kita!"     

Therius mengangguk. Ia mengangkat tubuh Xion dan segera melesat keluar dari aula dengan diikuti Emma.     

Ada banyak prajurit yang berjaga di depan aula, hendak menahan mereka, tetapi dengan sekali semburan api dari tangan Emma, mereka semua segera mundur dan tidak berani menghalangi Emma dan Therius yang terbang menuju kapal mereka.     

"Kau urus Xion, biar aku mengejar sepupuku yang brengsek itu," tukas Therius. Emma mengangguk dengan wajah cemas.     

Ada banyak prajurit yang juga berjaga di depan pintu masuk kapal Coralia, dan berusaha menghalangi mereka masuk, tetapi dengan sigap Therius membuat mereka jatuh tertidur sekaligus.     

Tadinya Therius tidak ingin menunjukkan kekuatannya sebagai telemancer secara terbuka, tetapi karena tadi orang-orang sudah menduga Emma-lah yang menggunakan kekuatan telemancy di dalam aula, ia tidak ragu lagi menggunakan kekuatannya. Mereka akan mengira yang sekarang ini juga adalah perbuatan Emma.     

Puluhan tubuh prajurit bergelimpangan di pintu masuk dan dengan mudah Therius dan Emma bisa masuk ke dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.