Keributan Di Aula
Keributan Di Aula
"Kau bantu dia!" kata Emma kepada Xion. Pemuda itu tanpa disuruh telah melancarkan serangan angin kencang yang menghempaskan puluhan orang ke lantai. Sementara itu Heron yang melihat kedatangan Xion dan Emma seketika menjadi gusar.
"Heh.. siapa kau? Di mana Izia?" bentak Heron dengan suara menggelegar.
"Mati," jawab Emma pendek.
Ia tidak perlu lagi berpura-pura lemah. Dengan gagah ia berdiri di muka pintu dengan berkacak pinggang. Sikapnya membuat Heron terkejut.
Tadinya ia mengira Emma berbohong, tetapi melihat sikap arogan gadis itu sekarang, mau tak mau ia menjadi percaya bahwa Izia memang sudah mati.
Apakah lelaki berambut keemasan di samping Putri Emma itu yang membunuhnya? Siapa dia? Heron hanya bisa bertanya-tanya sendiri.
Ia sama sekali tidak mendapatkan informasi tentang kehadiran Xion di kapal The Coralia. Tetapi kini, ia mulai menduga penyebab Therius tidak membawa pengawalan adalah karena ia memiliki pengawal khusus yang jauh lebih tangguh dari tim pengawalannya yang biasa.
Sepertinya lelaki yang dibawanya ini cukup tangguh. Buktinya ia bisa membunuh Izia yang demikian kuat, pikir Heron.
"Heh.. kau berada di pihak yang salah, Tuan Putri," kata Heron sambil tersenyum mengejek. "Kalau kau masih ingin hidup, sebaiknya kau mengikutiku. Aku akan memperlakukanmu dengan baik."
"Aku tidak akan ikut siapa-siapa. Kau pikir kau itu siapa?" tanya Emma sinis. "Kau hanya seorang pangeran rendahan yang bermimpi ingin menjadi raja."
"Baiklah.. kalau kau tidak tahu apa yang baik untukmu, aku akan memaksamu melihat kenyataan. Saat ini ada kapal perang yang siap menghancurkan Kapal Coralia begitu kalian mencoba mengangkasa. Kalau kau tidak ikut denganku, maka kau akan mati mengenaskan bersama yang lain."
Saat Emma mendengar Heron secara terang-terangan mengatakan bahwa ia akan menghancurkan kapal Coralia, seketika kemarahannya memuncak.
"Awas kalau kau berani menyentuh kapal kami! Aku akan membunuhmu dan menyiksamu dengan kejam..!!!" jerit Emma sambil melesat hendak memukul Heron sekuat tenaga.
Heron yang sudah dapat menduga Emma juga memiliki kekuatan ajaib kali ini tidak menganggap remeh gadis itu. Ia telah melihat kilatan petir menyambar-nyambar dari tangan Emma dan segera mengarah ke tubuhnya.
Dengan cekatan Heron menghindar ke samping dan segera menghantam tangan gadis itu dengan pukulan es yang sangat kuat.
"Jangan menindas gadis lemah! Cari lawan yang seimbang, dong!!" Xion segera bertindak dan menahan pukulan es dari Heron dengan tepat waktu. "Dasar pengecut!"
Tangan keduanya segera diliputi es yang berkilauan di bawah cahaya lampu.
"Eh, aku bukan gadis lemah ya," kata Emma sewot sambil berusaha menyerang Heron kembali. Xion hanya tertawa dan menepuk kepala gadis itu.
"Aku tahu. Aku tadi hanya bercanda, kok," kata Xion dengan gembira. "Ayo kau tolong Therius saja! Dia tidak mau membunuh orang-orang malang itu."
Ia lalu mendorong tubuh Emma dengan tangan kirinya ke arah tengah aula. Dengan sigap Emma menerobos lingkaran orang-orang yang mengelilingi Therius dan berusaha menyerangnya.
'Kenapa kau tidak melakukan seperti apa yang dilakukan ibuku?' tanya Emma dengan telemancy begitu ia tiba di samping Therius.
Gadis itu dengan sigap segera membantunya menahan serangan orang-orang sipil yang sedang merangsek dengan kayu, tongkat besi, kursi, dan benda apa saja, untuk memukul Therius.
Ia menyentuh kepala seorang lelaki yangmengacungkan kayu di tangan kanannya hendak menghantam kepala Therius, lalu dengan kendali pikirannya, Emma membuat laki-laki itu tertidur.
'Aku tidak ingin dia tahu aku seorang telemancer,' kata Therius sambil mengerling ke arah Mayn yang masih sibuk berkomat-kamit di sudut ruangan dan mengendalikan orang-orang di aula itu seperti seorang dalang pertunjukan boneka.
'Sudah terlambat,' tukas Emma. 'Kalau kita tidak keluar hidup-hidup dari sini, sia-sia saja kau menyimpan rahasiamu dengan begitu rapat.'
Ia menepuk bahu orang berikutnya yang segera terkulai dan jatuh ke lantai lalu tertidur. Emma terus bergerak maju, menepuk ke kanan dan ke kirinya, menidurkan semua orang yang bisa ia sentuh.
Sementara itu, Heron tampak terkejut melihat perkembangan yang terjadi di tengah aula. Ia masih baku hantam dengan Xion dari jarak dekat dengan pukulan-pukulan es yang berbahaya.
Ia cukup terkejut saat mengetahui bahwa ia dan Xion ternyata sama-sama memiliki kekuatan mengendalikan es dan tingkat energi mereka berdua cukup seimbang. Sehingga pertarungan keduanya menjadi begitu sengit.
Namun, dari sudut matanya telah melihat satu per satu orang yang menyerang Therius jatuh bergelimpangan dan tertidur.
Therius tersenyum tipis saat ia melihat Emma menidurkan para penyerangnya satu per satu. Ia menganggap ini adalah taktik pertahanan yang sangat baik di pihaknya. Sang pangeran putra mahkota dapat menahan serangan tanpa harus membunuh siapa pun.
"Mayn!!! Apa yang terjadi?" tanya Heron kepada pengawal setianya.
Laki-laki separuh baya berkepala botak itu juga sudah menyadari bahwa pengaruhnya terhadap orang-orang di aula telah mendapatkan perlawanan dari orang lain yang juga merupakan seorang telemancer.
Sepasang matanya membelalak saat ia melihat Emma menepuk orang demi orang yang segera jatuh tertidur.
Apakah Putri Emma... adalah juga seorang telemancer?
'Therius, kau harus membantuku.. aku tidak akan bisa menangani orang sebanyak ini...' keluh Emma sambil melompat ke samping menghindari hantaman kursi dari seseorang.
Ia menoleh ke samping dan menemukan Therius sedang dikeroyok oleh sepuluh lelaki berbadan besar dan kuat, yang sepertinya merupakan anggota satuan pengamanan pangkalan luar angkasa Daneria ini.
Therius menghadapi serangan mereka dengan pukulan-pukulan yang berisi kekuatan angin.
Ia berusaha berhati-hati agar menahan diri untuk tidak menggunakan pyromancy (kekuatan mengendalikan api) karena takut ia akan melukai mereka, padahal orang-orang itu tidak bersalah.
'Kau saja yang menyihir mereka semua agar tertidur,' kata Therius. 'Aku akan membantu diam-diam!'
Entah kenapa, saat itu rasanya Emma langsung mengerti apa yang ingin dilakukan Therius. Ia mengerling dan menatap laki-laki itu dengan pandangan mata yang menunjukkan bahwa ia mengerti.
Therius tersenyum tipis saat melihat mata Emma bercahaya, memandangnya penuh arti.
Gadis pintar, pikirnya.
Emma melompat ke pinggir dan tampak mengerahkan segenap pikirannya untuk mengambil kendali orang-orang yang ada di aula.
Wajahnya tampak memucat dan tangannya bergetar. Sudut matanya melihat ke arah Mayn yang ada di sudut aula di seberangnya. Ia mendesah lega saat menyadari Mayn sedang menatapnya lekat-lekat.
Lihatlah sepuasmu ke arah sini... kata Emma dalam hati.
Ia mengangkat kedua tangannya dan kemudian membantingnya ke samping dengan sekuat tenaga, sambil menjerit keras. "HYAAAA!!!"
BRUK
BRUK
BRAK
Dalam kejapan berikutnya, ratusan orang yang masih berdiri dan tadi berusaha menyerang Therius seketika roboh ke lantai dan tertidur.
"Ahhh!!" Wajah Mayn tampak pucat saat ia menatap Emma dengan pandangan tidak percaya. "Tidak mungkin!!"