Pangeran Heron & Pangeran Licht
Pangeran Heron & Pangeran Licht
"Pangeran Heron, aku barusan sudah mengirim pesawat messenger ke Akkadia. Kalau sampai terjadi apa-apa terhadap kami dan Kapal Coralia tidak pulang dengan selamat ke Akkadia dengan semua awaknya, Raja Cassius akan mendengar ini semua," kata Therius dengan tegas.
"Ah.. kenapa pimpinan misi kapal Coralia sepertinya sangat kaku? Tentu saja kami akan memastikan kapal Coralia akan tiba dengan selamat di Akkadia. Karena kami tahu betapa berharganya penumpang kapal kalian."
Heron tersenyum mengejek dan mengangkat tangannya. Seorang wanita berambut hitam disanggul anggun di kepalanya tiba-tiba masuk dari pintu aula sebelah kiri dan menarik seorang gadis cantik yang berusaha melepaskan diri. Wajah cantik gadis itu tampak dipenuhi rasa kesal.
"Emma!" seru Therius dengan suara tertahan. Keningnya berkerut. Ia tidak tahu bagaimana Izia dapat menangkap Emma. Bukankah ada Xion yang dapat melindunginya? Di mana dia?
Akhirnya, Therius memutuskan untuk berhenti berpura-pura dan memanggil Heron dengan panggilan namanya saja, tanpa embel-embel gelar pangeran. Wajahnya tampak dipenuhi kemurkaan.
"Heron. Lepaskan dia. Awas kalau kau berani menyentuh sehelai saja rambut gadis itu!"
Semua orang di aula menjadi sangat terkejut ketika melihat keributan yang berlangsung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Ahh.. Pangeran Licht. Kau tidak mau meneruskan peranmu?" Heron mengejek Therius. "Sayang sekali. Aktingmu sebagai pemimpin misi sangat meyakinkan."
Ketika semua orang yang hadir mendengar kata-kata Heron, seketika wajah mereka dipenuhi ekspresi kekagetan yang luar biasa. Orang-orang saling bertukar pandang keheranan.
Apa tadi katanya? Pangeran Licht? Pangeran Putra Mahkota? Beliau ada di sini?
Benarkah ada pangeran putra mahkota di sini? Di pangkalan luar angkasa Daneria yang begitu jauh dari ibukota?
Bagaimana bisa?
Keluarga kerajaan termasuk sangat tertutup dan rakyat biasa jarang yang dapat melihat mereka secara langsung. Satu dua gambar mereka yang beredar di publik, atau saat mereka tampil menghadiri kegiatan perayaan penting, terlihat berbeda dengan penampilan mereka yang sebenarnya.
Mereka dapat mengenali Pangeran Heron karena ia datang dengan rombongan resmi, sementara Pangeran Licht...
Benarkah ia menyamar sebagai pimpinan misi Kapal Coralia? Mengapa ia melakukannya?
"Lepaskan dia! Kalau tidak kau akan menyesal!!" tukas Therius dengan nada suara sedingin es. Wajahnya tampak dipenuhi kemurkaan yang sangat jarang terlihat.
Emma menyipitkan mata dan menatap Therius lekat-lekat. Bibirnya memang memaki-maki berusaha minta dilepaskan oleh Izia, tetapi entah kenapa di sepasang mata topaznya, Therius tidak melihat sedikit pun rasa takut.
Apakah Emma sedang berpura-pura? Ia tahu Emma tidak selemah itu.
Tetapi Izia dan Heron tidak tahu, pikirnya.
Hati Therius pelan-pelan menjadi tenang. Baiklah.. Ia akan mengikuti permainan gadis itu.
Ia juga tidak melihat Xion sedari tadi. Jadi mungkin saja ini memang merupakan bagian dari rencana mereka berdua untuk mengecoh musuh, tanpa memberi tahu dirinya.
"Pangeran Licht, kau sangat percaya diri meninggalkan Akkadia diam-diam selama setahun tanpa pengawalan berarti. Ketika aku mendengar bahwa kau mengikuti misi penelitian ke tempat lain dengan rombongan besar, kau sempat mengecohku. Untunglah akhirnya aku mendapatkan informasi yang benar pada saat yang tepat," kata Heron dengan nada suara mengejek. Ia menoleh ke arah Emma dan tangannya menyentuh dagu gadis itu. "Inikah orangnya?"
Therius segera melemparkan bola api ke arah tangan lancang Heron dan dengan sigap sepupunya menghindar. Heron bukanlah laki-laki lemah. Ia juga memiliki kekuatan ajaib sebagai seorang pengendali es, cryomancy.
Bola api Therius yang tadi hampir mengenainya telah jatuh ke lantai menjadi bongkahan es.
"Ayo serang dia!" kata Heron kepada Mayn. Laki-laki berkepala botak yang berdiri di sampingnya segera menatap ke arah Therius dengan tajam dan memfokuskan pikirannya untuk mengendalikan pikiran semua tamu yang ada di aula untuk bergerak maju menyerang Therius.
"Ya Tuhan... apa-apaan ini?" seru Profesor Amara dengan panik. "Kumohon, Yang Mulia berdua. Apa pun urusan di antara Anda, kumohon agar diselesaikan baik-baik. Kami di sini hanya warga sipil... Kami tidak mau terlibat dalam konflik seperti ini."
Ia memohon dan menyentuh lengan baju Heron untuk menghentikan anak buahnya, tetapi Heron hanya mengebaskan pakaiannya dan berjalan ke arah pintu. Sikapnya tampak acuh tak acuh.
Ia memberi tanda kepada Izia agar membawa Emma pergi sementara ia akan menunggu di aula ini hingga Mayn berhasil membereskan Therius. Kalau Mayn membutuhkan bantuan, ia akan ikut menyerang Therius.
Seketika orang-orang yang ada di aula berdiri dari kursi masing-masing dan membawa kursi, kayu, dan apa saja yang bisa mereka ambil untuk menyerang. Mereka berjalan mendekati Therius yang ada di panggung, berusaha mengejar Emma yang ditarik pergi oleh Izia.
Ia sebenarnya tidak sungguh-sungguh hendak mengejar Emma, karena ia menduga gadis itu sengaja berpura-pura lemah dan tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk membuat musuh lengah. Therius juga menduga Xion menghilang karena alasan ini.
Kalau Heron mengira ia hanya perlu menguatirkan Therius, maka ia tidak akan terlalu waspada terhadap serangan mendadak dari Emma maupun Xion. Therius berpura-pura kerepotan menghindari serangan para orang sipil yang menghadang jalannya.
Sebenarnya kalau mau, ia akan dapat membasmi orang-orang ini dalam sekali pukul, tetapi Heron tahu Therius tidak akan melukai orang tidak bersalah yang menyerangnya. Lagipula.. orang-orang ini sangat penting bagi misi eksplorasi Akkadia, Ia tidak mungkin membunuh mereka.
"Lepaskan aku!! Siapa kalian? Dasar brengsek!!!" jeritan Emma terdengar semakin pelan dan semakin menjauh. Heron hanya tersenyum tipis mendengarnya.
Ia telah memerintahkan Izia untuk membawa Emma ke kapalnya sendiri, dan setelah ia membereskan Therius, ia akan pulang ke Akkadia dengan membawa sang putri cantik yang menjadi incaran semua orang yang ingin berkuasa di Akkadia selanjutnya.
Ia telah bertekad untuk menyingkirkan Therius, bagaimanapun caranya. Kali ini adalah kesempatan terakhirnya sebelum Therius benar-benar berhasil membuktikan dirinya kepada dewan penasihat kerajaan dan kemudian naik takhta sebagai raja.
Kalau sampai Therius menjadi raja, maka Heron sendiri tidak yakin ia akan dapat tetap hidup. Ini bukan hanya masalah perebutan kekuasan, melainkan juga masalah hidup atau mati.
Ia sudah bersiap dengan membawa kapal perang, jika dibutuhkan untuk menghancurkan kapal Coralia sekaligus. Untungnya Therius memutuskan untuk mampir agak lama di Daneria, sehingga mereka tidak perlu mengambil langkah drastis itu dan mengorbankan sebuah kapal jelajah yang sangat bagus.
Jika ia berhasil membunuh Therius di sini sekarang, maka ia akan menggunakan Mayn untuk mencuci otak semua orang yang hadir untuk melupakan apa yang terjadi dan dengan demikian ia akan menghilangkan semua bukti serta saksi.
Ia sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengejar dan mencegat kapal messenger yang tadi dikirim Therius ke Akkadia. Raja Cassius tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya di Daneria.
***
Emma memutar matanya saat ia mengedarkan pandangan mencari Xion tetapi tidak menemukannya. Tadi ketika Therius menyuruhnya bersembunyi, Emma ditarik Xion menuju ke kapal Coralia, dan membiarkan Therius menghadapi sepupunya sendirian.
Tetapi belum sempat mereka naik ke kapal, tiba-tiba seorang wanita berpenampilan dingin menghadang jalannya. Emma menoleh ke samping hendak melihat reaksi Xion, tetapi pemuda brengsek itu telah menghilang entah kemana.
Brengsek! Xion menghilang!! Emma mengerucutkan bibirnya karena kesal.
Emma merasa sangat kesal. Ia tidak mengira Xion meninggalkannya begitu saja menghadapi musuh sendirian. Ia cepat membaca pikiran wanita mengerikan di depannya dan mengetahui bahwa nama wanita itu adalah Izia, dan ia merupakan salah satu pengawal kepercayaan Pangeran Heron.
Emma hampir tersenyum saat mengetahui bahwa Izia adalah seorang electromancer. Ia yakin serangan Izia tidak akan berpengaruh kepadanya.
Walaupun Emma belum sekuat Izia dan tingkat energinya beberapa tingkat di bawah wanita itu, tetapi ia yakin Izia tidak akan berani menyerangnya dengan electromancy tingkat tinggi, sebab Pangeran Heron membutuhkan Emma.
Sehingga kalaupun Izia memutuskan menyerang, pasti ia tidak akan mengerahkan segenap kekuatannya dan Emma akan dapat menanganinya.
Emma yang cerdas segera berpikir cepat. Jika ia pura-pura bersikap sebagai gadis lemah yang tidak memiliki kekuatan, Izia akan menjadi lengah dan tidak mengira Emma sebenarnya dapat menahan serangannya.
Karena itulah ia segera berpura-pura menjerit kaget dan ketakutan saat Izia mencengkram tangannya dan menyengat tubuh Emma dengan listrik bertegangan rendah. Izia buru-buru menarik Emma dan membawanya ke aula, untuk ditunjukkan kepada Pangean Heron.
Setelah Heron puas dan menyuruh Izia membawa buruannya ke kapal mereka, Emma masih berpura-pura menjerit saat Izia menyeretnya ke arah kapal lain.
Emma sudah bertekad akan menghajar Izia secara mendadak dan kemudian mencari kesempatan untuk kabur ke arah Therius.
Emma tidak berani menggunakan telemancy untuk mengatakan rencananya kepada pemuda itu, ketika tadi mereka bertemu di aula. Ia hanya menatap Therius dengan pandangan penuh arti, dan berharap sang pangeran mengerti.
Ahh.. semoga saja Therius mengerti, pikir Emma.
Kalau ia tidak mengerti juga, maka ia tidak pantas menjadi raja. Raja kok bodoh?
Ia juga masih tidak habis pikir mengapa Xion tidak ada di sekitar mereka. Apakah ia kabur atau justru mencari pertolongan?
"Lepaskan akuuu!!! Awas kau kalau berani menahanku!!!" jerit Emma sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Izia.
"Cerewet, kau! Kalau bukan karena Pangeran Heron membutuhkanmu hidup-hidup, aku sudah sengat kau dengan listrik sampai mati," cetus Izia kesal. Ia menyetrum Emma lagi dengan kekuatan rendah untuk memberi gadis itu pelajaran.
"Aaaw!!! Sakit!!!" Tubuh Emma bergetar dan wajahnya mengernyit menahan sakit. Wajahnya tampak sangat menderita. Lalu tiba-tiba tubuhnya roboh ke tanah.
"Aduh.. brengsek! Lemah sekali bocah ini..." omel Izia sambil menangkap tubuh Emma.