Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Berkunjung Ke Danau Garam



Berkunjung Ke Danau Garam

Setelah beberapa saat, Emma menyadari bahwa matanya telah membiasakan diri dengan sekelilingnya.     

"Kejar aku! Kita berlatih di angkasa!" tukas Xon sambil mengangkat tangannya dan melesat ke angkasa.     

Emma mengangguk dan segera melesat mengejar Xion. Tidak lama kemudian dua bayangan telah saling melesat dan berkejaran di atas langit malam dengan dua buah bulan Daneria sebagai latar belakangnya.     

Therius mengamati dua orang yang berlatih dengan penuh semangat itu sambil tersenyum tipis. Ia menyiapkan hewan yang tadi ia tangkap, mengulitinya, dan membersihkannya di sungai.     

Dengan santai ia lalu memotong-motongnya menjadi potongan daging yang cukup besar dan kemudian menyiapkan api untuk memanggang.     

Setelah semuanya siap ia lalu memanggil Emma dan Xion untuk menyelesaikan latihan mereka dan membantunya membakar daging untuk makan pagi mereka.     

Emma tampak kelelahan setelah hampir satu jam berlatih bersama Xion, tetapi wajahnya segera berubah gembira ketika mendengar Xion memuji kemajuannya.     

"Kalau dulu pertama kali aku bertemu denganmu, kau ada di sekitar level 2," kata Xion. "Sekarang, kupikir kau sudah naik tingkat ke level 3. Ini kemajuan yang lumayan."     

"Benarkah?" Emma sangat gembira mendengarnya. "Kau benar-benar melihat aku memperoleh kemajuan?"     

"Jangan senang dulu. Semakin tinggi levelnya maka akan semakin berat dan lama bagimu untuk bisa naik tingkat," kata Xion. "Jadi kau harus tetap rajin berlatih."     

"Aku tahu," tukas Emma. Tetapi sesaat kemudian ia mengangguk patuh. "Terima kasih atas bantuanmu."     

Emma merasakan suhu di belakangnya tiba-tiba menjadi sangat panas dan tanpa sadar ia segera berbalik dan mengucapkan hal yang sama kepada Therius. "Aku juga berterima kasih kepadamu."     

Ia melihat wajah Therius tampak berbinar-binar walaupun pemuda itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengangguk.     

"Baiklah, kita sarapan daging bakar lagi?" tanya Emma. "Aku suka sekali!"     

Selama berada di kapal, walaupun makanan mereka enak-enak, hanya makanan yang layak bagi seorang pangeran, tetapi pilihannya tetap terbatas kalau dibandingkan dengan daging hewan buruan segar yang langsung ditangkap sebelum dimakan seperti yang mereka peroleh di Daneria sini.     

Emma sangat menyukai kegiatan bertualang di luar seperti yang sedang mereka lakukan sekarang. Ia menikmati hidup bersatu dengan alam dan menikmati hasil alam untuk dimakan, seperti tadi menikmati ikan langsung dari sungai dan sekarang hewan dari alam liar.     

"Baguslah kalau kau suka. Kau makan yang banyak," kata Xion. Ia mengerling ke arah Therius seakan memberi tanda persetujuan.     

'Calon istrimu sangat tidak manja. Dia bisa cocok dengan kita bertualang di alam seperti ini.'     

Therius tersenyum saat membaca pikiran Xion.     

'Aku tahu,' katanya.     

Therius lalu membantu Emma menyalakan api dan membakar daging bagian mereka. Ketiganya duduk mengelilingi api sambil memastikan daging bakar mereka matang dengan baik dan bisa dimakan.     

Mereka lalu makan sambil berbincang-bincang tentang kondisi planet Daneria, serta berbagai penemuan yang disimpan di pangkalan luar angkasa Daneria ini. Emma sangat tertarik mendengar bahwa Kerajaan Akkadia telah melakukan berbagai misi penjelajahan luar angkasa selama ini dan memiliki banyak pangkalan angkasa.     

"Sudah berapa pangkalan luar angkasa yang kau datangi?" tanya Emma kepada Therius sambil memanaskan air di teko besi yang dipanaskannya hingga mendidih dengan tangannya. Ia lalu menawari kedua pemuda itu teh. "Kalian mau minuman panas? Cuacanya masih sangat dingin."     

Therius dan Xion mengangguk. Emma lalu mengambil teh dan menyeduhnya di poci hingga wangi, dan kemudian menuangkan ke masing-masing cangkir untuk mereka.     

Sambil menghangatkan diri di dekat api dan menikmati teh, mereka lanjut mengobrol dan membakar daging.     

"Baru dua," Therius menjawab pertanyaan Emma. "Aku belum sempat mengunjungi semuanya karena lokasinya yang berjauhan. Kebetulan saja aku bisa mampir ke Daneria karena lokasinya yang dilewati oleh kapal kita dalam perjalanan menuju ke bumi dan pulang dari sana."     

"Apakah semuanya seindah Daneria?" tanya Emma lagi.     

"Hmm... berdasarkan laporan yang kuterima, tidak semuanya seperti ini. Ada beberapa planet yang sebenarnya cukup sulit untuk ditinggali. Planet itu memiliki elemen-elemen yang cukup layak untuk membangun pangkalan tetapi tidak layak huni. Di sana kita mesti melakukan terraforming agar permukaan planet dapat menjadi lebih baik dan bisa ditinggali."     

"Ah, menarik sekali," kata Emma.     

"Sebenarnya apa yang kita lihat di Daneria ini belum ada apa-apanya," kata Therius. "Sesudah makan dan membersihkan diri, aku akan membawamu ke tempat lain di Daneria yang juga cukup menarik."     

Telinga Emma seketika menjadi waspada. Ia sadar bahwa walaupun Daneria adalah sebuah planet kecil, tetap saja ukurannya sangat besar untuk dijelajah. Ia yakin kondisi permukaan Daneria bukan hanya jurang, lembah, bukit dan tebing saja seperti yang sudah dilihatnya sejauh ini. Ia tidak sabar ingin melihat ada apa lagi di planet cantik ini.     

"Ada apa di sana?" tanya Emma.     

"Di sana ada danau garam yang sudah mengering yang membuat batas antara langit dan bumi menghilang. Kau akan merasa seolah berada di ruang hampa di dalam cermin," kata Therius. "Dan di sana ada hewan-hewan yang sangat eksotis. Sebenarnya kita pernah membawa beberapa hewan eksotis tersebut ke Akkadia dan mengembangbiakkannya di sana."     

Emma menjadi sangat bersemangat mendengarnya.     

"Kalau tidak salah, di bumi juga ada tempat semacam itu, di Bolivia. Namanya Salar De Uyuni. Tetapi itu adalah danau prasejarah penuh garam yang sudah mengering, sehingga permukaannya dipenuhi kilatan garam yang memantulkan bayangan. Kau akan merasa seolah ada di dalam dunia cermin, dan kau tak bisa membedakan langit dan bumi...." kata Emma.     

Ia sering melihat gambar-gambar petualang yang menjelajahi Salar de Uyuni dan terpesona melihat keindahannya.     

Ia belum pernah ke sana. Tetapi seandainya ia dan Haoran tidak terjebak di kapal menuju Akkadia seperti sekarang, suatu hari nanti pasti ia akan menjadikan Salar de Uyuni sebagai daftar tujuannya untuk dikunjungi bersama Haoran.     

Ahh... siapa nyana, justru ia akan mengunjungi tempat semacam itu di luar angkasa.     

"Seperti itulah kira-kira bentuknya," Therius mengangguk membenarkan setelah ia mendengar penuturan Emma. "Tempat itu tampak sangat indah ketika kita memandang milyaran bintang di angkasa. Kau akan melihat pantulan langit dan benda-benda angkasa di permukaan danau garam tersebut yang terlihat seperti cermin, dan rasanya seperti melayang di luar angkasa."     

Emma menekap bibirnya sambil mendesah kaget. Ia tak dapat membayangkan. Pasti indah sekali!     

Ahh.. ia ingin sekali segera melihatnya.     

"Apakah tempatnya jauh dari sini?" tanyanya kemudian. Sepasang matanya berbinar-binar.     

"Tidak jauh. Kalau kita berangkat setelah makan dan membersihkan diri, kita akan tiba di sana dan memiliki cukup waktu untuk menikmati pemandangan langit selama lima jam sebelum pagi tiba," kata Therius.     

"Itu sudah cukup. Aku senang sekali!" cetus Emma gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.