Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pangkalan Luar Angkasa Daneria



Pangkalan Luar Angkasa Daneria

Emma terlalu bersemangat saat mendengar mereka bisa turun ke darat sehingga ia tidak sadar telah memeluk Therius dan menepuk-nepuk bahunya.     

"Aku tidak sabar!"     

Therius tersenyum tipis dan membiarkan Emma memeluknya. Kali ini ia tidak akan bersikap canggung atau kaget yang akan membuat Emma tersadar bahwa ia telah memeluk orang yang biasanya ia cibir.     

Sikapnya tetap dibuat tenang seperti biasa, walaupun sebenarnya dadanya berdebar-debar.     

"Apanya yang tidak sabar?"     

Tiba-tiba terdengar suara Xion dari arah pintu. Rupanya pemuda itu keheranan karena Emma belum juga datang ke ruang training untuk berlatih aeromancy dengannya dan memutuskan untuk memeriksa ke perpustakaan.     

"Besok kapal ini akan mendarat di pangkalan luar angkasa Akkadia dan kita akan keluar berjalan-jalan," kata Emma sambil melepaskan pelukannya dari Therius. Ia menepuk bahu Xion dengan penuh semangat. "Aku senang sekali!!!!"     

"Oh.. kita sudah dekat Planet Daneria?" tanya Xion sambil menoleh ke arah Therius. "Tidak terasa ya. Dulu waktu kita singgah ke sana dalam perjalanan ke Bimasakti, rasanya lamaaaa sekali..."     

Therius mengangguk. "Perjalanan pulang memang selalu terasa lebih cepat."     

Emma melepaskan tangannya dari Xion dan menatap pemuda itu dan Therius bergantian dengan antusias. "Kalian pernah ke sana?"     

"Benar. Dalam perjalanan ke planetmu, kami singgah di sana untuk mengisi bahan bakar dan persediaan makanan serta lain-lainnya, sekaligus melemaskan kaki dan mencari suasana baru untuk menyegarkan mata. Tempatnya sangat bagus. Akkadia membangun sebuah pangkalan luar angkasa di sana. Mereka mengirim berbagai tim peneliti dan penjelajah ke seluruh alam semesta dan menyiapkan beberapa pangkalan untuk mengumpulkan semua laporan itu." Xion menjawab mewakili Therius. Ia menambahkan, "Di sana banyak makanan enak."     

"Apakah planetnya bisa dihuni?" tanya Emma antusias.     

Xion mengangguk. "Benar. Kondisinya mirip bumi, tetapi di sana tidak ada manusia dan ukurannya sangat kecil. Hanya ada tanaman dan hewan. Benar-benar seperti oasis di tengah alam semesta. Penemu planet itu pertama kali adalah tim yang dipimpin profesor Daneria, sehingga raja memberinya kehormatan dengan menamai planet itu sesuai namanya."     

"Wahh... menyenangkan sekali," gumam Emma. Tadinya ia mengira planet pertama selain bumi yang akan didatanginya adalah Akkadia, tetapi ternyata ia akan berkesempatan mendatangi planet lain. Sungguh mendebarkan!     

Emma tidak sabar ingin mengetahui seperti apa planet Daneria itu. Dalam hati ia merasa sedih karena Haoran yang sangat menyukai astronomi tidak akan dapat menyaksikannya karena ia masih terbaring koma di klinik Dokter Salas. Setitik duka menghinggapi hati Emma saat mengingat masa-masa indah ketika ia dan Haoran melihat bintang di balkon kamarnya dengan menggunakan teleskop yang baru ia beli.     

"Apakah kita perlu mengenakan pakaian khusus atau perlengkapan tertentu untuk turun ke sana?" tanya Emma dengan penuh perhatian.     

"Tidak usah. Di sana oksigennya sangat kaya dan gravitasinya hanya sedikit lebih besar daripada bumi, tetapi aku yakin kau tidak akan merasa kesulitan sama sekali," kata Xion santai.     

"Baiklah. Aku sudah tidak sabar." Emma sungguh tidak dapat menyembunyikan rasa antusiasmenya.     

"Kau ingat waktu kita mampir di Daneria kita mengunjungi tebing yang sangat tinggi dengan 20 air terjun itu? Kau harus membawa Emma ke sana," kata Xion sambil memukul bahu Therius. "Tempat itu sungguh surga dunia.."     

Sahabatnya itu mengangguk. "Iya. Aku memang berencana untuk mengajaknya menjelajahi sekitar pangkalan selama beberapa hari. Aku akan memerintahkan Atila dan Anddara untuk meniadakan kelas selama tiga hari."     

"Ide bagus," kata Xion. Ia menepuk bahu Therius dengan gembira. Ekspresinya saat itu tidak jauh berbeda dari Emma yang sama-sama antusias hendak turun ke planet baru. Xion juga sudah merasa sangat bosan berada di kapal terus.     

Emma segera mendelik ketika mendengar percakapan kedua pria itu.     

"Aku tidak mau pergi kalau Xion tidak ikut," serunya cepat. Kepalanya menggeleng kuat-kuat.     

Emma tak mau mengambil risiko berdua saja dengan Therius selama berhari-hari. Bagaimana kalau nanti pria itu menyatakan cinta lagi kepadanya? Emma benar-benar membutuhkan Xion di sekitar mereka untuk menghindarkan suasana canggung kalau Therius menyatakan cinta lagi.     

Xion dan Therius saling pandang dan kemudian menatapnya keheranan.     

"Kenapa kau bisa berkata seperti itu?" tanya Xion sambil menyipitkan mata ke arah Emma. "Kau pikir Therius hanya akan mengajak engkau ke air terjun itu untuk berduaan saja dengannya? Kau ini ge-er sekali."     

"Bukankah itu yang kalian tadi bicarakan?" tanya Emma dengan pandangan menyelidik.     

Therius menggeleng sambil tersenyum geli. "Tentu saja tidak."     

"Oh..." Emma menyipitkan matanya dan berusaha menilai apakah Therius berbohong atau tidak. Akhirnya ia hanya bisa menggerutu sendiri karena telah salah mengira Therius ingin mengambil kesempatan hanya berduaan dengannya di Daneria. Ia memutar matanya dan berbalik meninggalkan mereka. "Ugh. Lupakan saja."     

***     

Emma bangun tidur dengan perasaan ringan dan penuh semangat. Ia langsung ingat bahwa hari ini kapal yang mereka tumpangi akan mendarat di sebuah planet kecil yang disebut Daneria dan mereka bertiga akan turun dari pesawat untuk mendatangi pangkalan luar angkasa Akkadia di sana dan menjelajahi daerah sekitarnya.     

Ia mengenakan pakaian ringkas, kemeja lengan pendek, celana pendek khaki, dan sepatu boot yang tampak sangat praktis untuk berjalan kaki. Atila menyiapkan beberapa pakaian ganti dan keperluan laininya dalam sebuah ransel kecil untuk Emma.     

Therius telah memberitahunya tentang rencana petualangan mereka ke Daneria dan dengan penuh semangat Atila menyiapkan semua kebutuhan Emma. Ia juga menaruh obat-obatan ringan dan pakaian di tas tersebut.     

Emma ikut Therius ke anjungan untuk menyaksikan proses pendaratan kapal Coralia di pangkalan luar angkasa Daneria. Gadis itu tampak sangat terpesona ketika melihat planet kecil yang berwarna kebiruan itu perlahan-lahan tampak semakin besar dan semakin dekat, dan akhirnya mereka pun mendarat.     

'Aku sudah siap,' Emma menatap Therius dalam-dalam dan bicara kepadanya menggunakan telemancy. 'Berapa lama kita akan di sini?'     

'Tiga hari,' Therius mengangguk dan mengangkat tangannya mempersilakan Emma untuk ikut. 'Kita akan menemui pimpinan pangkalan dan membicarakan tentang berbagai laporan misi di sini. Aku juga akan mendemonstrasikan kepadamu bagaimana kau bisa menggunakan telemancy untuk mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus.'     

'Ah, benar juga.' Emma ingat bahwa Therius memang mengatakan ia akan mendemonstrasikan bagaimana ia akan mengendalikan pikiran banyak orang sekaligus. Ia tidak sabar ingin melihatnya secara langsung. 'Aku tidak sabar.'     

Emma ingin melihat bagaimana Therius akan mengendalikan banyak orang sekaligus di depan matanya.     

***     

"Selamat datang di pangkalan Daneria, Tuan Therius," kata Profesor Amara, seorang wanita berusia 50'an yang tampak sangat serius. Wajahnya terlihat kaku tetapi sepasang matanya bersinar-sinar penuh kecerdasan.     

'Dia pimpinan misi di pangkalan ini,' kata Therius kepada Emma dengan menggunakan telemancy. 'Ia tahu siapa aku sebenarnya tetapi ia harus merahasiakan identitasku di depan orang-orang ini. Karena itulah ia tetap memanggilku sebagai Tuan Therius.'     

'Oh, begitu.'     

"Terima kasih, Profesor Amara. Kami akan merepotkan kalian selama beberapa hari. Kapal kami memerlukan perawatan dan tentunya tambahan perbekalan. Bagaimana kabar misi di pangkalan ini?" tanya Therius sambil berjalan menjajari langkah Profesor Amara.     

Mereka turun dari Kapal Coralia dan berjalan memasuki sebuah bangunan sangat besar dengan dua buah kubah yang terlihat indah. Di kompleks itu terdapat tiga bangunan besar dan beberapa pesawat berbagai ukuran. Emma memperhatikan pangkalan ini terletak di puncak sebuah bukit yang sangat indah.     

Benar kata Xion, dalam banyak hal, planet Daneria ini mirip dengan bumi. Hanya saja oksigennya lebih kaya dan gravitasinya lebih berat. Emma memerlukan waktu sebentar untuk terbiasa dengan situasi di planet ini.     

Ia menghirup dalam-dalam udara masuk ke paru-parunya dan sesaat kemudian ia merasa otaknya seperti menjadi lebih segar dan tubuhnya terasa lebih sehat.     

Ahh... pantas saja waktu di Singapura dulu Xion sempat mengomeli udara di bumi yang katanya sangat kotor. Mungkin orang-orang Akkadia terbiasa dengan alam yang lebih bersih dan oksigen yang kaya seperti ini.     

Xion berjalan di sampingnya menyandang ransel yang sama. Wajahnya tampak berseri-seri seperti seorang anak kecil yang menantikan untuk diberi permen.     

"Aku tak sabar ingin segera keluar dari sini dan berjalan-jalan bertualang," komentar Xion. "Di bawah sana ada lembah yang cantik. Kurasa para perempuan akan menyukainya. Ada ratusan jenis bunga liar berwarna-warni di padang. Lalu setelah lembah itu, ada sebuah sungai dengan air berwarna seperti pelangi. Airnya sangat segar."     

Emma sangat antusias mendengar gambaran keindahan tempat itu dari Xion. Ia menoleh ke arah Therius yang tampak sibuk berdiskusi dengan Profesor Amara dengan nada rendah.     

'Masih lama diskusinya?' tanya Emma dengan telemancy.     

'Tidak terlalu lama. Ayo, kau harus ikut ke aula. Di sana aku akan menunjukkan telemancy tingkat tinggi kepadamu.'     

Emma mendecak kagum. Ia baru menyadari Therius dapat berkomunikasi dengan telemancy sambil terus berbicara dengan profesor Amara tanpa henti. Emma sendiri tidak dapat membelah pikirannya sehebat itu.     

Kalau ia sedang berbicara, maka ia tak dapat berkomunikasi dengan orang lain menggunakan telemancy. Sungguh kemampuan Therius sangat mengagumkan!     

Profesor Amara memandu mereka memasuki sebuah aula dan mempersilakan mereka duduk, sementara ia menghadirkan lima puluh staf yang akan mengikuti briefing untuk hari itu.     

Ketika satu persatu staf di pangkalan itu memasuki aula, barulah Emma menyadari apa yang hendak dilakukan Therius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.