Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Rahasia Therius



Rahasia Therius

Semua pesawat di angkasa tampak berhenti bergerak. Emma dapat menduga kedatangan Jenderal Moria yang tiba-tiba membuat Heron sangat terkejut dan kehilangan akal.     

Selama sepuluh menit yang demikian menegangkan, mereka semua hanya menatap layar dan menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.     

[PERMINTAAN UNTUK BERKOMUNIKASI]     

"Ada permintaan untuk bicara dari The Dragonite," kata seorang staf dengan sigap.     

"Sambungkan," kata Therius tegas.     

Sesaat kemudian layar di depannya menyala dan semua orang dapat melihat wajah seorang lelaki separuh baya yang tampak keras muncul di sana.     

Jenderal Moria memiliki rambut pendek ringkas berwarna abu-abu. Sepasang matanya tampak tajam berkilat-kilat menatap lurus ke kamera. Semua tentang sang jenderal menunjukkan sikap keras dan dominasi.     

Emma sekarang mengerti kenapa orang-orang tampak sangat mengagumi Jenderal Moria. Laki-laki ini sangat berkarisma, dan sepertinya ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi di militer.     

Emma ingat bahwa nama asli Therius sebenarnya adalah Pangeran Licht dan ia berpura-pura sebagai anak laki-laki Jenderal Moria untuk ikut dalam misi kali ini.     

Semua di kapal The Coralia menghormati Therius karena mengira ia memang anak Jenderal Moria. Demikianlah Jenderal Moria sangat berpengaruh dan dihormati.     

Dalam hati, Emma hanya dapat menduga-duga apakah jenderal ini juga mengenal ayahnya secara pribadi, karena Kaoshin Stardust juga berasal dari militer.     

Therius pernah mengatakan bahwa ayahnya sendiri pernah bertempur di medan perang yang sama bersama Jenderal Kaoshin Stardust sebelum ia meninggal, dan sebelum Kaoshin menjadi musuh kerajaan Akkadia.     

"Jenderal Moria, senang bertemu denganmu," sapa Therius. "Kau datang tepat waktu."     

"Yang Mulia." Laki-laki tangguh di layar tampak mengangguk hormat. "Kami datang sesuai permintaan Anda. Pangeran Heron telah tertangkap tangan hendak memberontak dan membunuh Anda. Kami akan segera menahannya dan membawanya untuk diadili. Apakah Yang Mulia baik-baik saja?"     

Emma menoleh ke arah Therius dengan pandangan keheranan. 'Kau TAHU sepupumu akan datang membunuh kita ke Daneria???'     

Therius tidak menjawab pertanyaan Emma lewat telemancy. Ia tahu semua orang di ruangan itu juga pasti memiliki keingintahuan yang sama. Ia dapat membaca pikiran mereka.     

Namun, ia tidak punya waktu untuk meladeni pertanyaan mereka. Yang penting sekarang adalah segalanya telah baik-baik saja.     

Sementara itu, para staf di dek observasi hanya bisa bertanya-tanya dalam hati dan tidak ada yang berani menanyakan langsung kepada sang pangeran.     

Apakah Pangeran Licht memang sudah mengetahui rencana penyergapan yang akan dilakukan sepupunya di Daneria sini? Jika memang benar, ahh.. alangkah cerdasnya pangeran putra mahkota mereka ini.     

Ia sudah dapat mengetahui hal-hal semacam ini dan bahkan menyiapkan jebakan untuk menangkap basah Pangeran Heron saat melakukan kejahatannya. Sungguh seorang calon raja yang cerdas dan bijaksana!     

Mereka memandang pemuda itu dengan wajah kagum dan pandangan setengah memuja. Raja Cassius sungguh tidak salah pilih ketika ia menentukan Pangeran Licht sebagai penerus takhtanya menjadi raja Akkadia!     

"Aku baik-baik saja, tetapi aku mengkuatirkan orang-orangku. Sebaiknya kau cepat selesaikan urusan di atas dan mendarat kemari," kata Therius tegas.     

"Baik, Yang Mulia. Sampai jumpa sebentar lagi."     

Sambungan komunikasi diputus.     

Mereka melihat The Coralia perlahan-lahan turun ke Daneria di bawah perlindungan The Dragonite. Sementara itu, kapal Heron dan kapal perang yang dibawanya diam tak bergerak, tak sanggup berbuat apa-apa karena ukuran The Dragonite yang luar biasa besar.     

Mereka tidak berani bertindak gegabah karena mereka tahu The Dragonite dapat dengan mudah menghancurkan mereka.     

Tidak lama kemudian beberapa staf pangkalan Daneria berteriak memberi tahu bahwa The Coralia sudah mendarat kembali di pangkalan mereka.     

Emma yang masih dipenuhi berbagai pertanyaan tentang bagaimana Therius bisa menyelamatkan mereka dari bahaya sekali ini, tidak lagi memikirkan pertanyaannya. Ia segera berlari keluar hendak menyambut para awak The Coralia dan tentunya menemui Natan dan Haoran.     

Therius tidak mengikuti Emma keluar. Ia berjalan meninggalkan dek observasi dan berjalan menuju ke klinik. Ia ingin mengetahui keadaan Xion.     

Ahh.. sahabatnya memang luar biasa. Therius sangat bersyukur memiliki Xion di pihaknya. Ia tahu Xion masih terlalu muda untuk jabatan Time Master dan walaupun ia kuat, energinya masih belum cukup besar untuk dapat seenaknya melakukan perjalanan waktu sesukanya.     

Kepergiannya ke masa lalu untuk memperingatkan Therius dan memintanya mengirim permintaan bantuan kepada Jenderal Moria pasti menguras energinya begitu banyak hingga ia menjadi lemah dan dapat dilukai oleh Heron dalam pertarungan.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Therius kepada dokter jaga.     

Sang dokter menerangkan kondisi medis Xion dengan lengkap, dan pada dasarnya menyatakan bahwa Xion terluka cukup parah dan membutuhkan istirahat yang sangat lama agar dapat pulih.     

"Terima kasih. Tolong tinggalkan kami berdua," kata Therius.     

Dokter itu mengangguk dan segera meninggalkan klinik untuk memberi Therius privasi bersama Xion.     

Therius duduk di samping kapsul perawatan dan menunggui Xion. Ia hanya duduk dan memperhatikan sahabatnya beristirahat. Ia merasa sangat berterima kasih. Xion telah menyelamatkan nyawanya.     

Therius tampak merenungkan sesuatu untuk beberapa lama. Sang Pangeran Putra Mahkota akhirnya memencet sebuah tombol di samping kapsul dan bagian atas kapsul yang terbuat dari kaca transparan segera terbuka.     

Ia lalu menatap wajah sahabatnya selama beberapa saat. Xin tampak sangat pucat. Dengan sepasang matanya yang terpejam dan gerakan dada yang hampir tidak ada karena pernapasannya yang lemah, Xion terlihat seolah ia sudah mati.     

Therius perlahan-lahan mengangkat tangan kanannya menyentuh dada Xion, kemudian ia memejamkan mata.     

"Aku berutang nyawa kepadamu. Kau tidak boleh mati karena aku," bisiknya.     

Tubuh Therius tampak sedikit bergetar saat ia menekankan tangannya ke dada Xion dan mengalirkan energi penyembuh.     

Bahkan Xion tidak mengetahui ini, tetapi sebenarnya Therius memiliki kekuatan keempat yang tidak pernah ia beri tahu siapa pun.     

Ia adalah seorang sanomancer. Ia memiliki kekuatan untuk menyembuhkan.     

Sesungguhnya, ini adalah kekuatan pertama yang dimilikinya dan tidak pernah ia beri tahu kepada siapa pun.     

Sebagai seorang sanomancer, Therius dapat melihat jika seseorang sedang sakit dan separah apa kondisinya. Ia juga akan dapat menyembuhkan orang tersebut.     

Namun demikian, ia tidak pernah memberi tahu siapa-siapa rahasia ini karena ia tidak ingin dipaksa untuk menyembuhkan orang lain kalau ia tidak menginginkannya.     

Para sanomancer dianugerahi dengan kekuatan penyembuh, tetapi mereka sering kali ditindas dan dipaksa untuk menyembuhkan orang lain dengan mengorbankan energi, bahkan kadang nyawa mereka sendiri.     

Therius tidak akan membiarkan seorang pun memperalatnya seperti itu.     

Kalau dulu Raja Cassius tahu Pangeran Licht dapat menyembuhkan, pangeran muda itu pasti akan dipaksa untuk menyembuhkan pamannya, Pangeran Darius yang sedang terbaring sakit dan hampir mati.     

Kalau sampai itu terjadi, maka Pangeran Licht sekarang tidak akan menjadi pangeran putra mahkota menggantikan pamannya.     

Dan... kalau Emma tahu Therius dapat menyembuhkan, tentu permintaannya setelah memenangkan balapan mereka di air terjun Daneria kemarin bukanlah untuk mengalah dalam pertarungan mereka lima tahun lagi, melainkan untuk menyembuhkan Haoran.     

Therius lebih rela mengalah kepada Emma dalam pertarungan mereka daripada dipaksa menyembuhkan Haoran yang akan membawa Emma pergi darinya.     

Ia tidak mau jika harus dipaksa menyembuhkan musuhnya. Jika ia menyembuhkan Haoran, Therius tidak akan pernah dapat memenangkan hati Emma.     

***     

Sementara itu, Emma sudah berlari keluar untuk menyambut kedatangan The Coralia. Ia sangat lega melihat kerusakan pada pesawat tidak terlalu parah dan semua awak terlihat baik-baik saja. Mereka tampak agak terkejut, tetapi keadaan mereka tidak buruk.     

Emma segera masuk ke dalam The Coralia dan mencari Natan di kliniknya. Ia sungguh lega karena Natan dan Haoran selamat. Dadanya belum pernah selega itu.     

"Dokter Salas... semuanya selamat!" seru Emma dengan gembira saat melihat Natan di kliniknya. Wajah pria itu juga diliputi kelegaan dan sukacita.     

"Ya, ternyata tanpa diduga, Jenderal Moria sudah menuju kemari dan berhasil tiba tepat waktu untuk mencegah pembantaian... Kita harus berterima kasih kepada Pangeran Licht," kata Natan gembira.     

"Hmm..." Emma kembali teringat pada Therius dan misteri mengapa ia menyembunyikan rencananya yang telah melibatkan Jenderal Moria. Emma bertekad akan kembali menanyakan kepada Therius apa yang terjadi sebenarnya.     

Kalau memang Therius tahu bahwa akan datang bantuan, mengapa ia membiarkan Emma sedih dan frustrasi tadi karena harus memilih antara meninggalkan Haoran di kapal The Coralia atau membawanya ke pangkalan Daneria?     

"Nona mau melihat teman Nona?" tanya Natan.     

Emma mengangguk. "Benar."     

"Kalau begitu saya akan meninggalkan Anda untuk mendapat privasi."     

Dengan hormat Natan lalu keluar dari kliniknya dan menutupkan pintu di belakangnya. Emma masuk ke dalam ruang perawatan Haoran dan duduk di samping kapsul perawatannya.     

Begitu Natan pergi, dada Emma kembali dipenuhi perasaan haru yang meluap. Hampir saja...     

Tadi ia mengira ia tak akan pernah dapat bertemu Haoran lagi...     

Ahh.. ia merasa sangat bersyukur telah mengambil keputusan yang tepat dengan membiarkan Haoran tetap di The Coralia. Asalkan Haoran masih hidup dan tubuhnya masih bernapas, Emma masih percaya bahwa suatu hari nanti ia akan bangun.     

Bukankah ibunya pernah menyinggung bahwa sahabat Kaoshin yang bernama Leon memiliki kemampuan untuk menyembuhkan?     

Begitu mereka tiba di Akkadia, Emma akan segera mencari Leon ini dan memintanya untuk menyembuhkan Haoran.     

Emma menempelkan tangannya ke atas kaca penutup kapsul perawatan Haoran dan berusah membayangkan bahwa ia sedang menyentuh tangan suaminya.     

"Haoran... kau akan sembuh, dan kita akan bersama lagi," bisiknya dengan air mata menggenang.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.