Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Ini Hari Keberuntunganmu!



Ini Hari Keberuntunganmu!

Emma tersenyum sendiri. Ia sadar bahwa dengan bepergian bersama Therius dan Xion, kehidupannya akan menjadi lebih nyaman.     

"Baiklah. Kalau begitu kau dapat beristirahat di sini, kami akan memeriksa daerah sekeliling kita dan memastikan tidak ada hewan besar yang akan menganggumu," kata Therius.     

Tanpa menunggu jawaban dari Emma, ia telah melesat terbang ke udara dan mengitari sekeliling mereka. Xion hanya memandang kepergian sahabatnya dengan wajah tersenyum.     

"Ahh... kau pasti akan suka bertualang di Daneria. Tempat ini benar-benar seperti surga yang belum terjamah," komentar Xion kemudian. "Sungguh indah!"     

"Aku senang kita mampir di sini," kata Emma. "Aku sudah merasa kebosanan di atas kapal."     

Xion hanya tersenyum mendengar kata-kata Emma. Sebenarnya, sebagai orang yang gampang bosan, ia seharusnya merasa lebih menderita daripada Emma. Dalam perjalanan sebelumnya menuju bumi, ia sengaja tidur di sleeping pod selama tiga bulan agar ia tidak perlu merasakan kebosanan di kapal.     

Tetapi kali ini, ia tidak merasa bosan sama sekali. Kehadiran Emma di kapal membuatnya merasa terhibur. Bukan saja ia bisa melihat pertengkaran demi pertengkaran antara Emma dan Therius, tetapi ia juga berlatih bersama gadis itu seminggu tiga kali.     

Xion sendiri heran karena sudah 3,5 bulan dan ia masih belum merasa bosan. Rasanya sisa perjalanan mereka yang tinggal 2,5 bulan lagi akan berlalu begitu saja.     

"Aku akan pergi membantu Therius memeriksa sekeliling kita dan nanti menangkap hewan untuk dimakan. Kau tidur saja," Xion menepuk bahu Emma dan kemudian ikut melesat terbang.     

Emma melihat ke sekelilingnya dan menarik napas panjang. Ahh... rasanya mengantuk sekali. Namun sebelum memejamkan mata, ia berjalan menuju pohon raksasa yang tadi dicabut Xion dan ditanam kembali di sisinya untuk memberi keteduhan bagi Emma.     

Dalam hatinya, Emma merasa sangat kagum melihat kemampuan Xion. Ah, bukankah Xion mengatakan bahwa ia dapat mengeringkan danau dan memindahkan gunung dengan aeromancy-nya?     

Tentu memindahkan pohon besar seperti ini hanyalah hal kecil bagi, Xion, pikir Emma. Ia sungguh berharap suatu hari nanti ia akan dapat menjadi seperti Xion. Karena itu, ia akan sungguh-sungguh berlatih dengan keras.     

Ia berjalan menghampiri pohon besar itu dan menyentuh batangnya. Ia ingin memastikan pohon itu sehat dan baik-baik saja di tempatnya yang baru.     

"Oh... sebagian akarnya ada yang terluka," gumam Emma kepada dirinya sendiri. "Maafkan temanku yang mencabutmu sembarangan, ya... Aku akan menyembuhkanmu."     

Sebenarnya, kalau Emma mau, ia bisa menumbuhkan sendiri pohon baru dengan daun-daunan lebar yang akan memberinya keteduhan dari sinar matahari Daneria yang menyilaukan.     

Namun, ia tidak mau melakukannya di depan Xion dan Therius karena mereka tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang herbomancer.     

Kedua pemuda itu sudah mengetahui rahasia bahwa Emma menguasai semua kekuatan ibunya, tetapi Emma masih ingin meyimpan informasi bahwa ia juga menguasai kekuatan ayahnya. Biarlah ini menjadi rahasianya sendiri yang mereka tidak perlu ketahui.     

Emma menyentuh batang pohon itu dan mengusap-usapnya dengan lembut. "Sekarang akarmu sudah sembuh. Kuharap kau suka tempatmu yang baru."     

Setelah menepuk pohon itu beberapa kali, Emma lalu menguap lebar dan memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di atas sofa angin yang nyaman dan menyelimuti dirinya dengan selimut.     

Ahh... angin yang bertiup sepoi-sepoi, suasana sekitarnya yang teduh dan nyaman, serta serangan rasa kantuk yang berat membuat Emma akhirnya segera tertidur dengan pulas.     

***     

Ia terbangun ketika hidungnya mencium bau daging dibakar yang enak sekali. Entah kenapa rasanya tiba-tiba saja perut Emma menjadi lapar. Gadis itu membuka matanya satu persatu dan kesadarannya segera berkumpul.     

Ia ingat bahwa ia sudah tidak berada di kapal antar-galaksi Coralia. Ia bersama Therius dan Xion memutuskan untuk bertualang di planet Daneria.     

"Kau sudah bangun?" Terdengar suara ceria Xion menyambutnya. "Tidurmu menyenangkan?"     

Emma segera bangun dari tidurnya dan duduk di sofa. Matanya segera membulat gembira ketika ia melihat Xion sedang memanggang tiga buah hewan kecil yang tampak sangat lezat di atas api.     

"Iya, lumayan. Aku sudah merasa segar. Kau sedang masak apa?" tanya Emma sambil menelan ludah saat melihat daging yang sudah berwarna kecokelatan dan dialiri sedikit lemak yang menetes akibat terbakar api.     

"Ini hewan kecil yang kami tangkap di sabana. Dagingnya sangat gurih dan empuk."     

Emma berusaha keras menahan diri untuk tidak menjilat bibirnya karena rasa lapar yang tiba-tiba menyerangnya. Baunya benar-benar menggoda selera!     

"Oh..." Emma hanya bisa mengangguk mengerti. "Apakah itu makan malam kita?"     

"Benar. Memang kelihatannya masih siang, tetapi jam biologis tubuhmu pasti sudah menganggap ini malam. Kau sudah lapar?"     

"Lumayan," kata Emma.     

"Sebentar, dagingnya sudah hampir matang," kata Xion. Ia mencium-cium sedikit ke udara dan kemudian mengangguk. Ia menyerahkan sepotong daging yang dipanggangnya kepada Emma dan mempersilakannya makan. "Ini sudah bisa dimakan."     

"Terima kasih."     

Tanpa ragu-ragu, Emma menerima daging bakar yang diserahkan Xion dan segera menyantapnya. Sementara itu Xion dan Therius mengambil daging hewan berikutnya.     

Mereka bertiga makan dengan tenang. Dalam hati Emma memuji daging yang dibakar Xion karena rasanya cukup enak. Ia benar-benar menikmati makanannya.     

Tidak lama kemudian perut mereka bertiga telah kenyang dan mereka lalu duduk beristirahat dengan hati gembira mengelilingi api unggun kecil di tengah mereka.     

"Ahh.. rasanya menyenangkan," komentar Emma. "Aku sudah tidur dan sudah makan. Rasanya sekarang tubuhku segar sekali. Aku bisa melakukan apa saja."     

"Benarkah?" tanya Xion dengan antusias. "Kau mau bermain ke ngarai di bawah? Pemandangannya cantik sekali."     

"Tentu saja," kata Emma sambil tersenyum.     

Xion mematikan api unggun itu dan membereskan perlengkapan memanggang mereka. Setelah semuanya beres ia lalu berdiri dan mengembangkan tangannya dengan penuh semangat.     

"Yihaaa... kita akan bersenang-senang!" Suaranya terdengar sangat gembira. Membuat burung-burung yang sedang terbang di atas mereka menjadi kaget dan bubar dari formasi terbang mereka yang cantik.     

Emma hampir tertawa melihat antusiasme pria itu.     

"Kau menakuti burung-burung itu," komentarnya dengan riang.     

Emma melihat Therius dari tadi sama sekali tidak bicara apa-apa, hanya menghabiskan daging panggangnya dengan anggun sementara keningnya berkerut, seolah ia sedang memikirkan sesuatu yang rumit.     

"Kenapa kau sepertinya sangat bersemangat?" tanya Emma kepada Xion yang sudah duduk di sofa dan mulai melepaskan sepatunya.     

"Oh, aku sudah rindu mandi di sungai di tengah air mengalir," jawab Xion.     

Wajah Emma tiba-tiba memerah mendengar kata-kata Xion yang diucapkan dengan acuh.     

"Ka-kalian mau mandi di sungai di bawah situ?" tanyanya dengan nada tidak percaya.     

Xion telah melepaskan kedua sepatunya dan kini sedang membuka pakaian atasnya. "Tentu saja. Kenapa memangnya?"     

"Kalian tidak canggung mandi di depanku?" tanya Emma dengan nada suara tidak percaya. "Kau ini...!"     

"Ah, aku tahu, kau sedang berpikir betapa beruntungnya dirimu bisa menyaksikan dua lelaki sangat tampan membuka pakaiannya di depanmu dan memperlihatkan tubuh mereka yang rupawan? Bukankah begitu?" goda Xion sambil tertawa kecil. "Nah, ini memang hari keberuntunganmu, Tuan Putri!"     

"Dasar besar kepala," omel Emma. "Aku tidak merasa beruntung sama sekali."     

Therius yang sudah menyelesaikan makannya dan merapikan peralatan bekas makannya, kini telah mengikuti jejak Xion dan melepaskan sepatunya, lalu pakaian atasnya.     

"Astaga... Therius, kau juga?" tanya Emma keheranan. Ia merasakan wajahnya menjadi panas.     

"Therius menatap Emma dengan pandangan datar. "Kenapa wajahmu seperti itu? Apakah kau tidak pernah melihat tubuh laki-laki sebelumnya?"     

"Per-pernah.. tapi..." Tanpa sadar Emma memalingkan wajahnya ketika melihat Xion membuka ikat pinggangnya dan kemudian melepaskan celananya. Emma hanya bisa menggeram tak berdaya.     

Dasar mesum, omelnya dalam hati.     

Dari sudut matanya ia melihat pakaian Xion telah ditumpuk di atas sofa, dan kemudian menyusul pakaian Therius.     

"Kau tidak suka berenang?" tanya Xion sambil tertawa kecil.     

"Aku suka berenang, tetapi aku tidak mau melihat kalian telanjang," cetus Emma. Ia sama sekali tidak mau menoleh ke arah Xion.     

"Kalau kau tidak mau melihat, kau boleh turun setelah kami terjun ke bawah," kata Xion. Ia berdeham. "Tapi kau yang akan rugi."     

Emma mendengar Xion melangkah ke arah sungai besar yang menuruni tebing di samping mereka seperti air terjun dan kemudian meloncat ke bawah. Terdengar suara tubuhnya menghantam permukaan air sungai tidak lama kemudian.     

"Xion hanya bercanda," kata Therius dengan nada geli. "Kami tidak mandi di sungai telanjang."     

Emma mengerucutkan bibirnya dan menoleh ke arah Therius untuk membuktikan kata-katanya.     

Ahh... benar saja. Ternyata Therius masih menyisakan celana pendek di tubuhnya untuk berenang di sungai. Ia memandang wajah Emma yang kemerahan dengan ekspresi geli.     

Gadis itu tampak terpukau melihat tubuh tinggi besar di depannya yang tampak begitu indah dipandang, dengan otot-otot yang pas.     

"Xion menipuku," geram Emma.     

"Kau mau ikut berenang? Airnya sangat segar," kata Therius.     

"Ah, benar juga..." kata Emma. "Sayang aku tidak tahu kita akan berenang. Aku tidak membawa perlengkapan untuk berenang."     

Ia melihat pakaiannya sendiri yang tidak cocok untuk dipakai berenang. Ia juga tidak mungkin bertelanjang diri di depan dua pria ini. Ia juga tidak mau berenang dengan pakaian dalamnya. Ugh.. enak saja memberi mereka tontonan gratis!     

"Hm.. coba kau periksa ranselmu," kata Therius. "Aku yakin Atila menyiapkan sesuatu untukmu."     

"Oh, benar juga," Emma mengangguk. "Aku akan memeriksanya."     

Therius mengangguk dan segera berjalan menuju sungai besar tempat Xion melompat tadi. Dengan gerakan indah, ia juga melompat ke jurang yang sedalam hampir seratus meter itu dan masuk ke dalam air sungai.     

.     

.From the author:     

Klo Putri Emma ga mau lihat dua cogan mandi, authornya mau kok.. XD     

Btw, buat yang mau liat visual untuk novel ini, bisa cek Instagramnya yaa. Di: @finding.stardust     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.