Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Makan Malam Dengan Raja Dan Ratu Akkadia



Makan Malam Dengan Raja Dan Ratu Akkadia

Emma menatap gadis yang dipanggil Putri Yldwyn itu dan mengerutkan keningnya. Bukankah ini nama putri dari Terren yang pernah dipertimbangkan oleh Therius untuk menjadi istrinya?     

Tanpa sadar ia melirik ke arah Therius dan melihat bagaimana reaksi pemuda itu saat melihat kehadiran Yldwyn.     

Ah, Therius tersenyum menatap ke arah sang putri dari Terren.     

"Selamat malam Kakek, Nenek. Selamata malam Putri Yldwyn," sapa Therius dengan ramah. Emma dapat melihat wajah Yldwyn segera tampak berseri-seri. Wajah dan ekspresi gadis ini mengingatkan Emma akan Bianca, teman sekolahnya dulu.     

Yldwyn lebih cantik dari Bianca dan memiliki rambut panjang berwarna biru yang unik. Namun, entah kenapa sikapnya benar-benar mengingatkan Emma akan Bianca setiap kali gadis itu membicarakan Allan kekasihnya.     

Emma tersenyum tipis saat menyadari Yldwyn menaruh hati pada Therius. Ahh... sepertinya Yldwyn akan dengan senang hati menikah dengan Therius jika sang pangeran memintanya.     

Itu berarti.. seandainya tidak ada Emma, mungkin sekarang Therius dan Yldwyn sudah menikah. Memikirkan ini membuat Emma tersenyum tipis. Ah.. sayang sekali Therius justru memilih Emma yang lebih rumit dan menyusahkan.     

Dasar pangeran bodoh. Kenapa ia tidak menikah dengan Yldwyn saja? Dukungan dari Terren juga tentu tidak terlalu buruk. Apalagi kalau melihat sikap kakek neneknya kepada Yldwyn, sepertinya mereka akan dengan mudah merestui hubungan itu.     

Ia berdiri dan berjalan ke samping Therius menghadapi ketiga orang yang baru datang itu. Therius segera sadar bahwa ia harus memperkenalkan Emma secara resmi kepada orang-orang yang hadir. Ia mendeham dan merangkul pinggang Emma. Kali ini Emma tidak menghindar.     

"Kakek, Nenek... perkenalkan, ini Putri Emma Stardust," kata Therius dengan suara gembira. Ia menoleh ke arah Emma dan kakek neneknya bergantian.     

Raja Cassius menatap Emma dengan penuh perhatian, sementara Ratu Ygrit bersikap seolah ada kotoran di ruangan itu. Emma mengerutkan kening keheranan karena menyadari sepertinya sang ratu tidak menyukai kehadirannya. Sebagai seorang ratu, Ratu Ygrit tampak tidak segan-segan menampakkan perasaan tidak sukanya.     

Ugh. Di saat seperti ini ia benar-benar berharap ia dapat menggunakan telemancy agar dapat membaca pikiran wanita tua itu agar ia mengetahui apa yang dipikirkan Ratu Ygrit tentang dirinya.     

Seharusnya aku yang membenci kalian, bukan kalian yang membenciku, gerutu Emma dalam hati.     

"Kau... sangat mirip ibumu," kata Raja Cassius kepada Emma. Suaranya terdengar ramah dan dipenuhi nostalgia. Entah kenapa saat itu Emma merasa bahwa Raja Cassius menyukai ibunya. Apakah dulu saat Arreya tinggal di Akkadia ia juga berhubungan dekat dengan raja dan ratu seperti Yldwyn sekarang? Ia hanya dapat menebak-nebak sendiri.     

Raja Cassius lalu memberi tanda agar mereka semua duduk kembali di meja makan dan bersiap untuk makan malam. Dengan patuh semua mengikuti perintahnya, kecuali Ratu Ygrit.     

"Kau tidak mau memberi hormat kepada kami?" tanya Ratu Ygrit kepada Emma dengan mata menyipit berbahaya. Ia berdiri kaku di tempatnya dan menolak duduk sebelum Emma membungkuk hormat kepadanya dan suaminya.     

"Nenek... Emma belum terbiasa dengan tata cara di istana. Tolong maafkan dia," kata Therius cepat. "Aku masih akan mengajarinya. Tidak lama lagi ia akan dapat bersikap sepantasnya seorang putri. Untuk sementara ini, aku mohon pengertian dari nenek, ya..."     

Emma sama sekali tidak tersenyum ataupun menampakkan ekspresi penuh penghormatan kepada penguasa Akkadia. Ia malah memutar matanya ketika mendengar Therius mengatakan bahwa ia akan mengajari Emma tata krama istana agar Emma dapat bersikap seperti seorang putri.     

Enak saja bicara seolah aku adalah gadis yang tidak tahu tata krama, kecam Emma dalam hati.     

"Hmm.. tugasmu sudah banyak, Licht. Kau tidak punya waktu untuk mendidik seorang wanita dewasa tentang sopan santun. Sebaiknya kau habiskan waktumu untuk hal-hal yang lebih penting," komentar Ratu Ygrit. Ia mengerling pada Yldwyn yang berdiri anggun di sebelahnya. Dengan sengaja wanita tua itu menggandeng sang putri dan menyodorkan tubuh gadis cantik itu ke depan. Sepasang matanya tampak berseri-seri ketika ia bicara. "Yldywn memiliki tata krama sempurna. Ia sama sekali tidak perlu diajari siapa pun dan ia tidak menyusahkan orang lain."     

Raja Cassius mendeham dan berjalan menuju ke kursi di kepala meja. Ia tampak tidak terlalu menanggapi kata-kata istrinya yang secara terang-terangan menunjukkan favoritisme kepada gadis lain.     

Karena raja sudah duduk, mau tidak mau yang lain pun mengikuti. Ratu Ygrit akhirnya mengambil duduk di kursi paling dekat dengan raja dan Yldwyn duduk di sampingnya, membuat gadis itu berada di seberang Emma. Di sebelahnya Yldwyn, duduklah Yared. Therius kemudian duduk di samping Emma, berhadapan dengan sepupunya.     

Para pelayan dengan cepat datang melayani mereka untuk makan malam. Piring-piring berisi hidangan pembuka dan gelas berisi wine terbaik disajikan untuk para penguasa Akkadia dan tamu mereka.     

Semula tidak ada yang berkata sepatah kata pun. Mereka menunggu Raja Cassiu memulai pembicaraan.     

"Melihat kau dan Emma duduk di kursi ini, aku menjadi teringat kepada Arreya dan Darius dulu. Mereka biasa duduk di situ juga. Ahh... aku merindukan mereka berdua," komentar Raja Cassius sambil menatap Emma dan Therius bergantian. Suaranya terdengar sedih. Hal itu membuat Emma menjadi semakin yakin bahwa Raja memang menyukai ibunya dan dulu mereka mempunyai hubungan baik.     

Emma mendengar bahwa Arreya sudah tinggal di istana raja Akkadia sejak ia masih kecil sebagai putri sandera dan berteman dekat dengan Darius. Dari antara banyak putri bangsawan dan putri sandera yang ada di istana, Darius memilih Arreya sebagai calon istrinya saat mereka masih kecil.     

Keduanya tumbuh dewasa dengan pemahaman bahwa suatu hari nanti Arreya akan menikah dengan Darius.     

Emma dapat membayangkan kedekatan hubungan mereka selama bertahun-tahun hingga akhirnya Arreya pergi ke akademi, bertemu dengan Kaoshin dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum peristiwa itu, sepertinya Arreya memiliki hubungan cukup baik dengan Pangeran Darius dan keluarganya.     

Mungkin Raja Cassius sudah menganggap Arreya sebagai calon menantunya selama bertahun-tahun. Ketika Arreya tiba-tiba menghilang dengan pria lain, tentu keluarga raja merasa dikhianati dan sakit hati. Mungkin itulah penyebab Ratu Ygrit kini masih membenci Emma.     

Sebenarnya, ia tidak bisa disalahkan juga, pikir Emma. Dengan pemikiran ini, akhirnya Emma memutuskan untuk menunjukkan pengertian dan tidak lagi bersikap dingin.     

"Aku juga merindukan ibuku," kata Emma pelan. Ia lalu menatap Raja Cassius dengan sungguh-sungguh "Kalau Yang Mulia merindukan ibuku dan Pangeran Darius, tentu Anda akan mengerti apa yang aku rasakan. Aku telah kehilangan ayahku dan aku sangat merindukan ibuku. Aku sangat ingin bertemu mereka."     

Raja Cassius tampak tertegun sesaat mendengar Emma bicara dengan berani kepadanya. Namun, ia tidak marah. ia kemudian mengangguk.     

"Bagaimana kehidupanmu selama ini? Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya kepada Emma. Sikapnya kini tampak penuh perhatian.     

"Aku tidak baik-baik saja," jawab Emma apa adanya. "Tetapi aku berhasil bertahan hidup."     

"Hmm.. sepertinya kau adalah anak yang sangat tabah," kata Raja Cassius. Untuk pertama kalinya, ia pun tersenyum. "Aku senang Licht berhasil membawamu pulang."     

"Aku berterima kasih karena Yang Mulia mau bertemu denganku malam ini," kata Emma dengan sopan. "Aku ingin tahu, kenapa Anda mengirim Pangeran Licht untuk menjemputku pulang ke Akkadia. Apa sebenarnya tujuan Anda? Aku ingin mendengar langsung dari Anda sendiri."     

"Hmm..." Raja Cassius menghela napas panjang mendengar perkataan Emma. Ia akhirnya menjawab pertanyaan gadis itu. Jawabannya ternyata sama sekali tidak diduga.     

"Aku merindukan Putri Arreya. Ia sudah kuanggap seperti anak sendiri selama bertahun-tahun ia tinggal di istana ini. Aku sudah membayangkan ia akan menikah dengan Darius, menjadi ratu Akkadia dan melahirkan cucu-cucu bagiku yang tampan dan cantik... seperti dirimu. Sayangnya kita tahu tidak seperti itu yang terjadi."     

Emma mengigit bibirnya mendengar Raja Cassius membicarakan ibunya seolah Arreya adalah anaknya sendiri. Ini sama sekali tidak seperti bayangannya akan raja Akkadia yang jahat dan kejam.     

Ia dapat merasakan Raja Cassius menyayangi Arreya. Seandainya tidak ada kisah cinta segitiga di antara Arreya dan Kaoshin serta Darius, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini...     

"Ibuku mencintai ayahku. Kalau ia menikah dengan Pangeran Darius, mereka tidak akan bahagia," kata Emma tegas.     

"Hmm.. mungkin. Mungkin tidak. Yang jelas sekarang kita tidak akan pernah tahu," kata Raja Cassius. "Perbuatannya melarikan diri dengan Jenderal Kaoshin Stardust benar-benar mencoreng nama baik keluargaku dan membuatku merasa dikhianati. Darius juga tulus mencintainya. Arreya mengkhianatinya begitu saja. Kami semua ditipu. Perlu waktu 20 tahun bagiku untuk dapat memaafkan Arreya atas perbuatannya."     

Emma tidak dapat membantah bahwa dari sudut pandang siapa pun, perempuan yang sudah bertunangan dan hampir menikah dengan seorang lelaki seharusnya tidak jatuh cinta kepada lelaki lain.     

Tapi... ia yakin kalau ibunya memaksakan diri menikah dengan Pangeran Darius tanpa cinta... pernikahan mereka tidak akan bahagia.     

"Kalau ibuku meminta izin untuk membatalkan pertunangan dengan Pangeran Darius... apakah Yang Mulia akan dapat menerimanya?" tanya Emma sungguh-sungguh.     

"Aku sudah menganggap Arreya seperti anak perempuanku sendiri," jawab Raja Cassius. "Seandainya ia tidak kabur begitu saja dan mempermalukan kami... mungkin ceritanya akan berbeda."     

Emma termenung mendengar jawaban raja. Ia sebenarnya tidak mengerti kenapa ayah dan ibunya menunggu hingga saat terakhir baru mereka memutuskan untuk melarikan diri dari Akkadia dan menikah. Rasa malu yang diderita keluarga kerajaan menjadi jauh lebih besar karena sang pengantin pria ditinggalkan di malam sebelum pernikahan.     

Ini adalah sesuatu yang sebenarnya ingin sekali ia tanyakan kepada ibunya jika mereka nanti bertemu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.