Kakekku Tidak Percaya Kepadamu
Kakekku Tidak Percaya Kepadamu
Emma akan sangat kesulitan kalau Therius memutuskan untuk menjadikannya sandera dan membunuh Haoran. Ia tak ingin membahayakan nyawa Haoran dan menjadi umpan bagi ibunya. Dengan pikiran-pikiran seperti itu, akhirnya Emma terpaksa menahan diri dan bersikap sopan kepada Therius.
"Aku sudah baikan," jawab gadis itu dengan suara lemah. "Xion bilang kau ke istana raja? Lalu bagaimana perkembangannya?"
"Duduklah di tempat tidurmu. Kau tidak usah mendatangiku. Aku tahu kau masih sangat lemah," kata Therius mengalihkan pembicaraan. Ia menyentuh pinggang Emma dan dengan lembut mendorongnya ke tempat tidur.
Emma tak dapat menolak. Dengan tepaksa ia berjalan lemah ke tempat tidurnya dan berbaring kembali.
Therius menarik selimut dari ujung tempat tidur dan menutupkannya ke tubuh Emma hingga ke pinggang. Tindakannya yang penuh kasih sayang membuat Emma merasa canggung.
Ia tidak bisa menerima perlakuan seperti ini dari lelaki yang bukan suaminya. Namun demikian, ia tidak berani membantah. Ada Ola dan Kira di kamarnya yang berdiri sigap di sudut ruangan siap menerima perintah untuk melayaninya. Ia tidak ingin mereka curiga bahwa ia dan Therius sebenarnya tidak memiliki hubungan kasih seperti yang selama ini mereka duga.
"Jadi?" Emma menatap Therius dan mengulang pertanyaannya. Nada suaranya menjadi tidak sabar.
"Hmm... Apakah kedua pelayanmu melayanimu dengan baik? Ada yang kau rasa kurang di istana ini? Apa ada yang dapat kusediakan untukmu?" Therius masih tidak menjawab pertanyaan Emma dan mengalihkan pembicaraan.
Sikapnya ini seketika membuat Emma merasa tidak enak. Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk, pikirnya.
Ia menoleh ke arah Ola dan Kira dan memberi perintah dengan suara tegas. "Ola dan Kira, tolong tinggalkan kami berdua. Aku dan Pangeran Licht perlu bicara."
"Baik, Yang Mulia," kata kedua gadis itu serempak. Dengan sigap mereka lalu keluar dari kamar Emma dan menutupkan pintu di belakangnya. Tinggallah hanya Therius dan Emma berdua saja.
Therius menatap Emma dalam-dalam. Ia ingin sekali menyembuhkan gadis itu agar ia dapat segera menjadi sehat, tetapi ia terpaksa menahan diri. Kalau sampai Emma tahu bahwa ia adalah seorang sanomancer, gadis itu pasti akan membencinya karena tidak mau menolong Haoran.
Ia tidak dapat mengambil risiko itu.
"Kau menyembunyikan sesuatu," kata Emma dengan suara dingin. "Apa pun itu, kau bisa mengatakannya sekarang. Kedua pelayanku sudah kusuruh keluar. Tidak ada siapa pun di sini selain kita berdua."
Therius menatap Emma agak lama dan tampak berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Akhirnya ia menghela napas panjang dan mengangguk.
"Ayahmu.. sudah meninggal. Kurasa kau sudah mengetahui itu."
"Benar. Walaupun kau memutuskan untuk MENYEMBUNYIKANNYA DARIKU, aku sudah tahu bahwa ayahku sudah meninggal dieksekusi di muka umum atas perintah kakekmu yang brengsek itu."
"Aku tidak ingin kau terluka," kata Therius, memberikan alasan mengapa dia menyuruh Xion untuk membawa Emma pergi ketika mereka mendengar kabar buruk dari Akkadia. Ia tidak ingin Emma langsung mendengar berita yang demikian menyedihkan itu. Saat itu, ia benar-benar tidak ingin Emma menjadi sedih.
"Omong kosong!" sergah Emma dengan emosional
"Aku mengatakan yang sebenarnya," jawab Therius. "Aku hanya ingin menjaga perasaanmu."
"Terserah. Aku tidak tertarik dengan alasanmu yang payah," Emma mendengus. "Aku ingin tahu bagaimana hasil kunjunganmu menemui kakekmu. Apa katanya? Apakah aku boleh pergi ke Thaesi melihat ibuku?"
Therius menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab. "Kakekku hanya mengizinkan kita pergi menemui ibumu setelah kita menikah. Kalau kita tidak menikah, dia tidak akan melepaskanmu meninggalkan Akkadia. Dia tidak mempercayaimu."
Emma tercengang mendengar kata-kata Therius yang sama sekali tidak terduga itu.
"Apa katamu?" Sepasang matanya membulat besar sekali. Ia tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri.
"Kakekku tidak percaya kepadamu. Ia hanya bersedia melepas kita pergi ke Thaesi untuk membicarakan perdamaian dengan ibumu setelah kita menikah," kata Therius mengulangi ucapannya.
"Aku tidak tuli. Aku bisa mendengarmu tadi," tukas Emma dengan nada ketus.
"Kau yang menyuruhku mengulanginya," kata Therius dengan sabar.
"Bukan itu maksudku.." kata Emma. Ia mendengus dan segera bangun dari tempat tidur. Wajahnya tampak cemberut dan ia tak dapat menyembunyikan kegusarannya. "Aku tidak percaya kakekmu berkata begitu. Itu pasti kau yang sengaja.. agar kita segera menikah. Kau ingin berbuat curang!"
Therius tampak tersinggung mendengar kata-kata Emma. "Aku tidak pernah curang dan mengingkari janjiku. Aku sudah menyampaikan situasinya kepada kakekku. Walaupun ia sudah tua dan sakit-sakitan, dia masih tetap raja Akkadia dan aku tak dapat membantah perkataannya. Kalau kau menganggapku berbuat curang, tidak ada gunanya aku bicara denganmu."
"Biarkan aku pergi!" kata Emma dengan suara tegas. Ia menarik tangan Therius dan menggenggamnya kuat sekali. "Kalau kau menganggapku teman, kau akan membiarkanku pergi ke Thaesi dan bertemu ibuku. Kau tidak akan mencegahku keluar dari sini."
Therius menatap tangannya yang dipegang kuat-kuat oleh Emma. Ia ingin sekali balas memegang tangan gadis itu, tetapi ia masih menahan diri. Ia tahu berita yang dibawanya ini sangat mengejutkan dan membuat Emma marah. Karena itulah ia masih berusaha bersikap lembut.
"Kau tidak bisa keluar sembarangan di ibukota. Situasi di luar sangat berbahaya untuk dirimu," kata Therius tegas. "Aku tak bisa membiarkanmu menjadi buruan orang-orang jahat. Kau tidak aman di luar sana."
Emma mengigit bibirnya dan menatap Therius lekat-lekat. "Kalau begitu... biarkan aku pergi dengan Xion. Ia akan melindungiku di perjalanan."
"Apakah kau sudah membicarakan ini dengan Xion?" tanya Therius. Ia tahu pasti bahwa sahabatnya sangat tidak ingin terlibat dengan politik. Ia yakin Xion tidak akan mau pergi ke Thaesi.
Sementara itu, Emma juga ingat bahwa tadi Xion bahkan tidak membiarkannya keluar dari istana ini. Apakah Xion akan mau membawanya keluar dari Akkadia menuju Thaesi? Memikirkan itu, rasanya hatinya kembali menjadi ciut.
"Belum.. tapi aku bisa bicara dengannya," kata Emma. "Kurasa dia akan mau membantuku..."
Emma ingat bahwa ia masih memiliki satu permintaan yang dapat ditukarnya kepada Xion saat ia memenangkan balapan mereka waktu itu. Kalaupun Xion tidak mau membantunya, ia akan memaksa Xion dengan permintaan itu.
Therius menarik napas panjang. "Keadaan di luar sangat berbahaya. Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk mati."
"Aku tidak akan mati. Aku akan berhati-hati," kata Emma. Ia menatap Therius, kali ini pandangannya tampak memohon. "Kumohon, Therius.. Kalau kau menganggapku sebagai teman, tolong lepaskan aku. Biarkan aku pergi dari Akkadia."