Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Seumur Hidup Ini, Aku Hanya Milikmu



Seumur Hidup Ini, Aku Hanya Milikmu

Adapun hambatan dari luar, Qiao Mianmian akan menganggapnya sebagai batu dalam perjalanan cinta Qiao Mianmian dan Mo Yesi, dan Qiao Mianmian akan mencoba mengatasinya.     

Mo Yesi sudah berusaha begitu banyak demi dirinya. Qiao Mianmian tidak bisa begitu saja menikmati dan menerima kebaikan Mo Yesi, sehingga Qiao Mianmian tidak mau berusaha sedikit pun untuk Mo Yesi. Itu tidak adil untuk Mo Yesi.     

Memikirkan hal ini, Qiao Mianmian tiba-tiba meletakkan sumpit. Dalam ekspersi terkejut Mo Yesi, Qiao Mianmian perlahan meraih tangan Mo Yesi dan berkata, "Mo Yesi, aku akan bersama denganmu di masa depan. Kau sudah pernah bilang bahwa kita akan terus bersama, benar, kan?"     

Mo Yesi tercengang. Mo Yesi segera membalas genggaman tangan Qiao Mianmian. "Iya, aku pernah mengatakannya. Ada apa, sayang?"     

Mo Yesi merasa ada yang aneh pada Qiao Mianmian saat ini.     

Qiao Mianmian tersenyum pada Mo Yesi. "Bukan apa-apa, aku hanya merasa kau begitu baik padaku, dan aku tidak boleh mengecewakanmu."     

Mata hitam pekat Mo Yesi menatap Qiao Mianmain dengan serius sejenak, lalu satu tangan lainnya diletakkan di atas rambut Qiao Mianmian dan mengusap dengan lembut. "Mengapa kau tiba-tiba memiliki perasaan seperti itu? Apakah kau luluh karena aku memasak masakan ini untukmu?"     

"Iya." Qiao Mianmian meremas jarinya sendiri yang berada di antara jari Mo Yesi, senyuman manis menggantung di sudut bibirnya. Qiao Mianmian mendongak menatap Mo Yesi dan berkata, "Aku merasa tersentuh. Aku tiba-tiba merasa hal baik apa yang sudah aku lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga aku dapat memiliki seorang suami yang begitu baik."     

Mo Yesi terkejut, tinta hitam di mata Mo Yesi bertambah semakin dalam.     

Mo Yesi menatap Qiao Mianmian begitu dalam. Setelah terdiam beberapa saat, tangan besar Mo Yesi membelai rambut Qiao Mianmian dan muncul senyuman ringan di wajahnya. "Sayang, kalau begitu katakan padaku, apakah aku membuatmu bahagia?"     

Qiao Mianmian mengangguk.     

Saat ini, Qiao Mianmian merasa sangat, sangat bahagia.     

"Benarkah?" Mata Mo Yesi melembut, seperti cahaya bulan yang jatuh di ambang jendela pada malam pertengahan musim panas. Suara Mo Yesi juga begitu ringan dan lembut. "Apakah kau benar-benar bahagia bersama denganku? Apakah perkataanmu barusan benar-benar tulus dari dalam hatimu?"     

Qiao Mianmian menganggukkan kepalanya lagi. "Iya, perkataan itu tulus dari dalam hatiku. Mo Yesi, kita akan terus bersama di masa depan, benar, kan?"     

Begitu teringat percakapan dengan Ibu Mo, Qiao Mianmian sedikit mengernyit. Percakapan di antara mereka berakhir dengan tidak menyenangkan. Karena Ibu Mo memiliki pemikiran ingin membuat Qiao Mianmian bercerai dengan Mo Yesi, Qiao Mianmian pasti tidak akan menyerah begitu saja. Meskipun diskusi saat itu tidak berhasil, Qiao Mianmian tidak akan menyerah.     

Qiao Mianmian memperkuat tekadnya. Mo Yesi juga bukan anak manja, selain itu juga masih ada Nenek Mo, orang yang bisa Qiao Mianmian andalkan. Jadi Qiao Mianmian tidak takut bermasalah dengan Ibu Mo. Qiao Mianmian hanya khawatir karena Ibu Mo tidak bisa memaksakan kehendak terhadapnya, Ibu Mo akan menggunakan orang-orang di sekitar Qiao Mianmian. Jika terdesak, hal seperti ini bukan tidak mungkin terjadi.     

Memikirkan hal ini, Qiao Mianmian ragu untuk memberi tahu Mo Yesi atau tidak.     

"Tentu saja." Mo Yesi sama sekali tidak tahu apa yang sedang dipikirkan di dalam hati Qiao Mianmian. Mo Yesi menganggap kekhawatiran Qiao Mianmian sebagai ketakutan untuk berpisah darinya. Mo Yesi menggenggam erat tangan Qiao Mianmian, mengangkat tangannya sampai ke depan bibir, menundukkan kepala dan mencium punggung tangan Qiao Mianmian dengan lembut.     

Suara pria itu terdengar dalam kebingungan yang sangat lembut. "Kau sudah menikah denganku, seumur hidup ini, kau adalah wanitaku. Kau harus menemani di sisiku dan juga hanya dapat menemani di sisiku. Bagaimana denganmu?" Kata-kata dominan pria itu penuh dengan perasaan posesif, namun hati Qiao Mianmian justru merasa sangat manis.      

Qiao Mianmian mengangkat sudut bibirnya dan berkata, "Seumur hidup, aku adalah wanitamu. Kalau begitu apakah kau juga hanya akan menjadi priaku seumur hidup ini? Dan juga akan menemani di sisiku?"     

"Iya." Mo Yesi menggenggam tangan Qiao Mianmian, seperti seorang kesatria yang gigih. Mo Yesi memberikan ciuman di punggung tangan Qiao Mianmian lagi. "Istriku, seumur hidup, aku hanya akan menjadi milikmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.