Memberi Pencerahan pada Wu Kecil
Memberi Pencerahan pada Wu Kecil
"Lembah Patah Hati merupakan salah satu dari tiga daratan penghalang racun, jadi gas beracun di dalamnya tentu luar biasa," komentar Bibi Ketiga Du. "Namun, Ulat Sutra Bercincin yang hidup di tempat seperti itu pasti memiliki peringkat yang lebih tinggi."
"Benarkah?" Mata Sima You Yue berbinar. "Jika kita bisa menemukan cara untuk masuk ke dalam Lembah Patah Hati, mungkin kita dapat menemukan Ulat Sutra Bercincin dan mendapatkan pasokan bahan sutra. Dengan demikian, kita semua bisa mengenakan Kain Roh dan menjadi lebih kuat."
"Hehe, You Yue, aku ingin dua helai!" seru Fatty Qu langsung.
"Dasar malas, kau sudah puas hanya dengan dua helai saja," komentar Sima You Yue sambil mencolek Fatty Qu. "Kalau memang upaya itu berhasil, kita ternakkan Ulat Sutra Roh tersebut, jadi kita bisa memiliki Kain Roh sebanyak yang kita mau."
"Sebenarnya, itu mungkin saja. Ada cukup banyak penyulam Kain Roh," kata Bibi Ketiga Du. "Jika mereka bisa direkrut, itu juga bisa menjadi suatu usaha di masa mendatang."
"Bibi Ketiga mengerti tentang hal ini. Bibi dahulu bertanggung jawab atas usaha Kain Roh Klan Ximen," kata Sima You Yue. "Aku tidak tahu apakah para penyulam lain yang bekerja di Klan Ximen bisa lolos dari musibah yang lalu. Bibi Ketiga, jika mereka masih hidup dan ingin bergabung kembali, kita akan memberikan perlindungan bagi mereka. Namun, jika mereka sudah memiliki kehidupan mereka sendiri, kita sebaiknya tidak usah mengganggu mereka."
"Baiklah," jawab Bibi Ketiga Du. "Ketika Klan Ximen sedang mengalami musibah tersebut, aku membubarkan mereka semua. Banyak dari mereka yang melarikan diri. Sebelum pergi, mereka memberitahuku tentang tempat-tempat yang mungkin akan mereka tuju. Nanti, kita bisa mencari mereka."
"Pertikaian berdarah yang dahulu terjadi telah menghancurkan kehidupan kita yang bahagia," kata Sima You Yue. "Apakah orang-orang itu mau kembali atau tidak, jangan paksa mereka. Lagi pula, mereka tidak memiliki kewajiban apa pun atas masalah yang menimpa kita."
"Mm, mereka memang tidak memiliki kewajiban apa pun pada kita," tegas Bibi Ketiga Du. "Wu Kecil, kau telah mendengar apa yang akan kita lakukan. Akan ada banyak bahaya menghadang. Jika kau ingin pergi, Guru bisa mengatur kehidupanmu di masa mendatang."
Wu Kecil terkejut. Ia meraih tangan Bibi Ketiga Du dan dengan sungguh-sungguh memohon, "Guru, jangan tinggalkan Wu'er. Wu'er akan jadi murid yang baik dan tidak akan cari masalah."
Apakah karena mereka Guru jadi tidak mau hidup bersama Wu'er lagi? Memikirkan hal itu, ia menangis tersedu-sedu.
"Wu'er, Guru bukannya tidak menginginkanmu, tetapi hal-hal yang akan Guru lakukan di masa mendatang akan sangat berbahaya. Guru tidak ingin kau berada dalam bahaya. Guru berharap kau bisa hidup dengan aman dan tentram," kata Bibi Ketiga Du sambil mengelus tangan Wu Kecil, menenangkannya.
Wu Kecil terus-menerus menggelengkan kepala dan air matanya tidak bisa berhenti mengalir. "Guru, Wu'er telah hidup selama dua puluh tahun. Aku sudah tinggal bersama Guru sejak baru berumur beberapa tahun. Di mana Guru berada, Wu'er selalu ada di situ. Wu'er tidak takut bahaya. Guru jangan menyuruh Wu'er pergi, ya?"
Bibi Ketiga Du ragu-ragu, dan ia enggan menyuruh Wu'er pergi. Lagi pula, ia telah bersama Wu'er selama bertahun-tahun. Namun, ia merasa apa yang mereka lakukan selanjutnya akan sangat berbahaya, dan setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk tetap mengirim Wu'er pergi.
Wu Kecil melihat bahwa Bibi Ketiga Du masih ragu-ragu, jadi ia menoleh ke Sima You Yue. "You Yue, tolong bantu aku meminta Guru untuk jangan menyuruhku pergi. Selama aku bisa bersama Guru, kau bisa menyuruhku melakukan apa pun. Tidak peduli apa pun, aku hanya ingin bisa bersama Guru."
Sima You Yue melihat ketakutan di mata Wu Kecil. Ia berkata kepada Bibi Ketiga Du, "Bibi Ketiga, karena Wu Kecil tidak mau pergi, maka biarlah dia bersama kita. Kami akan melindunginya."
"Namun, …."
"Rencana awal kita saat ini dilakukan dengan diam-diam. Kau juga akan mencari tempat yang aman. Selama rencana ini tidak terungkap, tidak akan terjadi apa-apa. Ketika kita semakin berkembang nanti, tidak akan mudah bagi pihak musuh untuk menyakiti Wu Kecil," kata Sima You Yue sambil tersenyum. "Bibi Ketiga, ketika Paman Ketiga meninggal dan Klan Ximen hancur berantakan, hidupmu hancur berantakan. Meskipun kau yang membesarkan Wu Kecil, tetapi dia juga telah mengisi hidupmu. Jika kau menyuruhnya pergi, kau pasti sangat sedih. Bibi Ketiga, kau sangat penting bagi Wu Kecil, dan Wu Kecil sangat penting bagimu, jadi biarkanlah dia tinggal bersama kita."
"Mmmm." Wu Kecil mengangguk sambil menatap Bibi Ketiga Du, air matanya meleleh.
Bibi Ketiga Du ragu-ragu sebelum menjawab, "Baiklah, kau tetap bisa mengikutiku. Kau harus selalu di dekatku, kau tidak boleh bertindak seorang diri."
"Baik, aku tidak akan bertindak sendirian. Aku berjanji," kata Wu Kecil tersenyum di tengah isak tangisnya.
Bibi Ketiga Du mengeluarkan saputangannya dan menyeka air mata Wu Kecil. "Berapa umurmu, Nak, sampai-sampai kau menangis tersedu-sedu seperti ini? Banyak orang yang melihat, siap-siap kalau kau diejek."
Wu Kecil mengambil saputangan itu dan menutupi wajahnya, sedikit malu.
"Bibi Ketiga, meskipun Wu Kecil adalah muridmu, tentu saja dia akan menjadi adik perempuanku. Hanya ada sedikit perempuan di kelompok kita. Kami tidak sabar mau memanjakannya. Bagaimana mungkin kami justru menertawakannya?" kata Fatty Qu sambil tersenyum.
"Tentu saja, di sini, hanya You Yue, Bei Gong, dan Tujuh Kecil yang perempuan. Yang lainnya laki-laki. Sekarang dengan adanya Wu Kecil, kami semua tentu saja akan memperlakukan Wu Kecil seperti adik perempuan kami sendiri," timpal Sima You Le.
"Menurutku menyenangkan juga bisa punya seorang adik perempuan," tambah Ximen Feng.
Memiliki kakak perempuan dan adik perempuan, tentu rasanya berbeda.
Mereka semua sungguh bisa membaca cara pikir Wu Kecil selama dua hari terakhir. Namun, mereka telah bertemu dengan banyak orang selama bertahun-tahun itu. Meskipun Wu Kecil tidak bisa berpikir secara terbuka untuk sementara waktu, sifatnya tidak buruk, bahkan polos. Buktinya, ia bisa mengekspresikan seluruh emosinya di wajahnya, membuat mereka semua bisa melihat perasaannya dengan apa adanya.
Gadis yang sangat polos, asal Wu Kecil bisa berpikir dengan terbuka, mereka semua pasti akan menyukainya.
Ketika Wu Kecil mendengar apa yang mereka katakan, ia merasa bahwa apa yang dikatakan Guru memang benar. Sima You Yue dan yang lainnya tidak datang untuk merampas Guru darinya. Dengan tinggal bersama mereka, mereka berdua juga akan dilindungi oleh mereka semua.
Mengingat pemikirannya yang dangkal, Wu Kecil merasa agak malu untuk sesaat. Ia seharusnya tidak cemburu pada mereka semua.
Wu Kecil akhirnya mengerti. Ia melihat Bibi Ketiga Du tersenyum pada Sima You Yue dan yang lainnya, ia tidak lagi merasa tidak nyaman.
Bibi Ketiga Du memahami muridnya itu. Hanya dengan menatap mata Wu Kecil, ia tahu kalau pikiran Wu Kecil sudah terbuka. Akhirnya ia merasa lega.
Meskipun Bibi Ketiga Du setuju untuk membiarkan Wu Kecil tinggal bersamanya, jika Wu Kecil tetap tidak bisa berpikiran terbuka, ia tidak akan berani membiarkan Wu Kecil mengikutinya. Jika Wu Kecil tidak sungguh-sungguh ingin bergabung bersama yang lainnya, mungkin akan terjadi kesalahpahaman di masa mendatang. Masalah semacam itu akan merugikan Wu Kecil dan mereka semua.
Sejauh ini semua baik-baik saja ….
Lima atau enam hari kemudian, mereka sudah memasuki Hutan Gelap. Burung Roc Kecil membawa mereka ke kawasan Ulat Sutra Roh.
Karena sudah cukup lama sejak terakhir ia berkunjung ke kawasan Ulat Sutra Roh untuk mengumpulkan sutra, Bibi Ketiga Du mengira akan ada lebih banyak sutra yang tersedia. Namun, begitu ia sampai di tempat yang ia kenal tersebut, ia bahkan tidak bisa menemukan satu pun bayangan Ulat Sutra Roh.
"Guru, Ulat Sutra Roh menghilang." Wu Kecil pernah dua kali ikut pergi bersama Bibi Ketiga Du ke sana. Sebelumnya, kawasan tersebut dipenuhi oleh Ulat Sutra Roh. Sutra yang Ulat Sutra Roh hasilkan ditempatkan di tengah-tengah danau. Namun, kali itu jejak Ulat Sutra Roh tidak terlihat sedikit pun.
"Apakah semua Ulat Sutra Roh yang ada telah dibawa pergi oleh orang-orang yang datang ke sini sebelumnya?" tanya Sima You Ran.
"Tidak ada tanda-tanda pembantaian di sini. Mungkin tidak. Coba kupanggil mereka terlebih dahulu."
Setelah itu, Bibi Ketiga Du mengeluarkan sebuah peluit kecil dan meniupnya dua kali.