Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Seorang Anak yang Memilukan Hati



Seorang Anak yang Memilukan Hati

"Kau sudah tahu kalau dia tidak memperlakukanmu dengan tulus," tegas Sima You Yue.     

"Setelah ayahku menghilang, orang lain mulai menindasku, dan aku tidak punya pendapatan. Paman Yang Zi satu-satunya orang yang mendekatiku," kata Mu Si. "Aku tidak kuat, dan tidak bisa melakukan apa-apa. Tanpa Paman Yang Zi, aku mungkin sudah mati kelaparan."     

"Kapan kau tahu kalau dia tidak tulus padamu?" Sima You Yue mengeluarkan beberapa Buah Roh beratribut gelap. Ia melemparkan satu buah ke Di Wu dan menjejalkan satu buah lainnya di tangan Mu Si.     

Mu Si memegang Buah Roh tersebut sambil menatap tetesan air di atas buah itu lalu menjawab, "Dua tahun yang lalu, dia bertanya padaku apakah ada sebuah peta harta karun yang ditinggalkan ayahku di rumah."     

"Peta harta karun?"     

Tentu saja itu memang bisa jadi alasan untuk bersikap baik pada Mu Si.     

"Mm. Paman bilang Ayah pergi untuk mencari harta karun. Ayah pasti meninggalkan salinan peta harta karunnya di rumah supaya kami bisa menemukan Ayah. Dia juga bilang kalau Ayah pernah bilang begitu sebelumnya. Namun, aku tidak pernah melihat peta semacam itu," kata Mu Si. "Saat aku memberitahu Paman, dia tidak percaya padaku. Dia menyuruhku untuk mencarinya lagi. Dia bahkan membentakku setelah aku memberitahunya beberapa kali."     

Sime You Yue mengerti kalau anak kecil itu sangat sensitif. Meskipun Yang Zi baik padanya sebelumnya, sikap Yang Zi dalam dua tahun terakhir berubah sangat kentara, dan tentu saja Mu Si jadi curiga.     

"Kalau aku tidak memotong pembicaraan kalian saat itu, apakah kau akan bilang yang sebenarnya pada Yang Zi?"     

"Mungkin. Kalau Klan Zhang tahu tentang masalah ini dan menangkapku, dan Paman tahu kalau Klan Zhang menangkapku, dia pasti akan mencari cara untuk menyelamatkanku karena dia belum mendapatkan peta itu," jawab Mu Si.     

"Lalu, kenapa kau tidak bilang yang sebenarnya ketika aku menyelamu?"     

"Aku juga tidak tahu."     

Sima You Yue tergelak dan berhenti membicarakan hal tersebut. Ia melirik Buah Roh di tangan Mu Si. "Makanlah, buah itu jauh lebih berguna daripada beberapa batu kristal peringkat rendah itu."     

"Aku mau keluar dahulu untuk beli makanan," kata Mu Si saat perutnya keroncongan.     

Tiba-tiba Sima You Yue teringat kalau Mu Si masih dalam tahap pertumbuhan, jadi Mu Si masih perlu makan setiap hari. Pantas saja Mu Si sangat menghargai batu kristal tingkat rendah tersebut.     

"Jangan pergi keluar. Lagi pula kita belum bisa keluar. Kenapa kita tidak melakukan sesuatu saja?" Sima You Yue bangkit berdiri dan berjalan ke pelataran. Mu Si mengikutinya.     

"Kau mau apa?" tanya Mu Si.     

"Masak! Apakah kau lapar?" Sima You Yue melambaikan tangannya. Panci dan wajannya langsung muncul.     

Melihat benda-benda tersebut, Mu Si memperhatikan kalau bahkan panci Sima You Yue saja merupakan alat roh. Ia langsung menganggap Sima You Yue sebagai keturunan keluarga terkenal.     

Melihat Sima You Yue memasak dengan sangat luwes, Mu Si membungkuk memperhatikannya. "Tak kusangka kau bisa masak."     

"Memangnya kenapa kalau aku bisa masak?"     

"Kupikir semua perempuan sepertimu tidak akan mau menyentuh air yang berasal dari mata air," jawab Mu Si jujur.     

Sima You Yue tersenyum. "Aku suka masak. Makanan yang dijual di luar tidak enak, jadi aku masak sendiri. Setelah melakukannya selama bertahun-tahun, aku jadi pintar masak."     

"Rumah tempatmu dibesarkan pasti bagus," tebak Mu Si dengan yakin.     

"Iya!" Mengingat Sima Lie dan yang lainnya, senyum Sima You Yue jadi lebih berseri. "Kakek dan abang-abangku sangat baik kepadaku. Dahulu kami tinggal di tempat yang tandus. Kakekku merupakan seorang jenderal kerajaan. Aku punya empat abang yang semuanya sangat berbakat. Mereka tidak pernah membenciku hanya karena aku ini anak adopsi."     

"Kalau begitu, kau sangat beruntung," komentar Mu Si dengan iri.     

Meskipun Sima You Yue tidak punya ayah, ia punya keluarga yang mencintainya. Sementara Mu Si tidak punya apa-apa.     

"Aku memang sangat beruntung dalam hal itu." Sima You Yue tidak menyembunyikan masa lalunya. "Namun, aku juga punya masalah."     

"Orang sepertimu masih punya masalah?" Mu Si tidak memercayainya.     

"Tentu saja ada. Aku tidak tahu bagaimana cara berkultivasi waktu aku seumurmu. Orang-orang di seluruh kerajaan bilang kalau aku-lah sampah masyarakat nomor satu," jawab Sima You Yue.     

"Bagaimana mungkin! Kau kan hebat sekali!" Mu Si menunjukkan raut wajah terkejut untuk pertama kalinya.     

"Apa yang tidak mungkin?!" balas Sima You Yue. "Saat itu, aku diracun dan tidak bisa berkultivasi. Kakekku tidak tahu kenapa aku tidak bisa berkultivasi."     

"Lalu, bagaimana kau jadi bisa berkultivasi setelah itu?"     

"Mengeluarkan racunnya! Aku ingat ketika aku seumuranmu, aku mengeluarkan racun dari tubuhku, berkultivasi, dan kemudian masuk ke sebuah dunia yang baru. Lalu, kehidupanku perlahan-lahan berubah." Kemudian, Sima You Yue menawarkan, "Ini, coba daging panggang yang kubuat."     

Mu Si ragu-ragu sejenak. Ia menerima daging panggang tersebut dari tangan Sima You Yue. Ia menggigitnya, dan rasa terkejut pun terpancar di matanya. Lalu, ia jadi tenang kembali.     

Sima You Yue tahu tingkat keahliannya dalam memasak. Ia terkejut untuk sesaat. Ia pikir anak kecil itu punya pengendalian diri yang kuat.     

"Apa yang biasanya kau makan?" Sima You Yue meletakkan daging panggangnya di atas piring. Di Wu membawanya ke meja samping.     

"Aku makan sama seperti orang biasa. Ada banyak makanan yang bisa kubeli menggunakan satu batu kristal berperingkat rendah," jawab Mu Si.     

Mu Si bisa melahap makanan semacam itu untuk waktu yang lama, tetapi makanan tersebut tidak akan membantu kultivasinya.     

Setelah menghabiskan satu piring daging panggang, Mu Si tidak pergi untuk menambah makanan dari meja. Di Wu melangkah maju. "Ada banyak makanan di atas meja."     

"Ayo kita tunggu Sima You Yue dahulu," saran Mu Si.     

Sima You Yue tersenyum. "Aku masih memasak. Kau bisa makan terlebih dahulu, kalau terlalu lama nanti makanannya sudah tidak enak."     

Sebelumnya, semua orang bersikap santai. Biasanya, ia menyelesaikan panggangannya dahulu sebelum ikut makan. Terkadang, ada orang yang membantunya memanggang. Biasanya, setelah sepiring makanan sudah masak, semua orang akan mulai makan. Sudah lama ia tidak mendengar ada orang yang bilang kalau ia akan menunggunya.     

Terutama bagi orang yang sudah sangat lapar.     

Meskipun ia sudah bilang begitu, Mu Si tetap tidak bergerak. Menurutnya, Mu Si punya sopan santun.     

Hal itu membuatnya penasaran dengan ayah Mu Si, yang bisa mendidik anaknya jadi begitu tangguh dan punya pengendalian diri. Ayah Mu Si pasti bukan orang biasa.     

Setelah ia selesai memanggang daging, ia membuat bebek panggang dan semangkuk sup ular. Ketika semua hidangan sudah selesai, daging panggangnya sudah dingin. Kelezatannya sudah berkurang, tetapi tetap enak.     

Mereka bertiga duduk di meja. Sima You Yue mematahkan paha bebek panggang dan menaruhnya di mangkuk Mu Si.     

"Nona …."     

Begitu Di Wu hendak mengambil paha bebek, Sima You Yue langsung memukul tangannya menggunakan sumpit. Padahal tadi ia melihat Sima You Yue memberikan paha bebek kepada Mu Si, ia memprotes dengan pelan.     

Sima You Yue mematahkan leher bebek dan memasukkannya ke dalam mangkuk Di Wu. "Makan itu."     

"…." Di Wu merasa tidak terima.     

Kenapa Mu Si bisa makan paha bebek, sedangkan ia hanya boleh menggerogoti leher bebek?     

"Ayo makan. Makanan ini sangat baik untukmu," gumam Sima You Yue.     

"Pfff -" Mu Si diliputi kegembiraan. Ia tertawa untuk pertama kalinya.     

Di Wu merasa semakin tidak terima.     

"Kenapa? Kau tidak mau makan?" tanya Sima You Yue.     

"Bukan, hidangan yang Nona berikan padaku memang yang terbaik." Melihat raut wajah Sima You Yue yang muram, Di Wu buru-buru tersenyum.     

Di Liu tidak pernah cerita kalau dia sudah pernah makan masakan Nona, apalagi langsung ditawari oleh Nona. Ketika ia pulang nanti, ia harus memamerkan hal ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.