Akibat Gegabah
Akibat Gegabah
"Bos, kau mau bawa mereka ke mana?"
"Jangan banyak tanya, ikuti saja aku."
"Kita sedang berjalan di pelataran ini, bagaimana kalau ada orang yang melihat kita?"
"Klan sudah melarang orang melewati jalan ini. Kalau ada yang berani masuk ke tempat ini, maka mereka akan berakhir seperti orang-orang ini."
"Bos, kau kuat sekali. Banyak sekali mayat hidup yang mematuhimu."
"Mereka ini belum bisa dianggap sebagai mayat hidup. Mereka harus ke tempat itu dan berendam dalam cukup banyak darah sebelum mereka benar-benar bisa jadi mayat hidup," kata orang yang dipanggil 'bos' tersebut.
"Bos, kau sudah berinteraksi dengan banyak mayat hidup. Apa kau tidak takut? Waktu membayangkan kalau mereka semua mayat, semua bulu kudukku berdiri."
"Kalian terlalu banyak omong. Bawa mereka pergi. Bawa mereka ke tempat itu supaya kita bisa istirahat sebentar."
Sima You Yue mendengar semua pembicaraan mereka dan mulai menebak-nebak sebelum masuk ke dalam Pagoda Roh. Setelah beberapa detik, ia keluar lagi dan sudah berpakaian sama dengan mayat-mayat hidup tersebut. Ia bahkan mampu melepaskan aura kematian.
Ia melihat para mayat hidup berjalan melewatinya, lalu ia diam-diam mengikuti mereka dari belakang.
Sejak mereka membantai seluruh kota, Klan Yang jadi menutup diri. Itu sebabnya He Zhen Zhang tidak bisa mendapatkan bukti apa pun akhir-akhir ini. Pada saat jamuan makan, He Zhen Zhang dan Su Liu Nian menggunakan kesempatan tersebut untuk masuk ke dalam kediaman Klan Yang, tetapi mereka tetap tidak mendapatkan apa-apa.
Tidak ia sangka kedatangannya untuk membunuh seseorang malah membuatnya bertemu langsung dengan mayat hidup.
Mendengar perkataan orang-orang itu, ia bisa menebak maksud mereka. Para mayat hidup tersebut belum jadi mayat hidup yang sebenarnya. Kalau ia mengikuti mereka, ia mungkin bisa menemukan sesuatu.
Suka tidak suka, ia harus memasukkan Untung Kecil ke dalam Pagoda Roh.
Mungkin ada ratusan mayat hidup di situ. Tidak mungkin kedua orang di depan menyadari kehadirannya. Ia mengikuti para mayat hidup dan masuk ke tempat di mana ia melihat rumah-rumah yang tidak mencolok.
Kedua orang di depan mengeluarkan sesuatu dan menggunakannya pada tubuh mereka. Kemudian, mereka berjalan masuk terlebih dahulu, diikuti oleh para mayat hidup di belakang.
Sima You Yue berjalan mendekat dan melihat penghalang roh yang mengelilingi pelataran. Ia khawatir ia akan ketahuan, tetapi melihat para mayat hidup yang langsung masuk ke dalam, ia pun mengikuti mereka masuk.
Tidak ada halangan sama sekali.
"Penghalang ini mungkin penghalang roh yang memperbolehkan orang dengan aura kematian saja yang masuk. Mungkin tadi mereka mengeluarkan dan menggunakan aura kematian," tebaknya.
Meskipun ia masuk dengan mulus, ia terkejut melihat pemandangan di depannya.
Jelas-jelas ia sedang memasuki sebuah pelataran tadi, tetapi kenapa ketika ia melewati penghalang roh, ia jadi memandang perbukitan yang tak terbatas luasnya?
"Yue Yue, aku merasa tempat ini semacam ruang." Roh Kecil lebih sensitif terhadap hal-hal semacam itu dan ia bisa merasakan ada yang tidak beres begitu Sima You Yue masuk.
"Ruang? Mungkinkah ini alam kecil?" Sima You Yue agak bingung. "Mungkinkah Paman He dan yang lainnya tidak bisa menemukan apa pun karena, sejak awal, Klan Yang tidak meninggalkan mayat di luar, tetapi memasukkannya ke ruang ini? Jadi, tidak peduli sesusah apa pun mereka mencari, mereka tidak akan bisa menemukan apa pun yang ada kaitannya dengan mayat hidup?"
Kalau bukan karena ia kebetulan bertemu kedua orang di depan dan para mayat hidup tersebut, ia mungkin tidak akan pernah bisa mendapatkan bukti apa pun.
Kedua orang itu membawa mayat-mayat tersebut ke kaki gunung. Di kaki gunung, di atas sebuah batu besar, duduk seorang lelaki berjubah hitam. Ia mengenakan sesuatu yang mirip dengan yang dikenakan para mayat. Melihat para mayat berjalan mendekat, alisnya berkerut, lalu ia berkata dengan kesal, "Bukannya kami sudah bilang kami tidak perlu membuat mayat lagi? Mengapa kalian justru membawa lebih banyak?"
"Kualitas mereka cukup bagus jadi kami tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. Jadi, mau tidak mau kami bawa mereka."
"Ini saat-saat genting. Bahaya kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang itu ke klan. Kenapa kalian tidak sadar betapa gawatnya masalah ini? Tak peduli seberapa bagusnya mayat-mayat ini, mereka tidak lebih penting daripada keamanan klan!"
"Ya, ya, ya, ini yang terakhir kali."
"Huh, bawa mereka ke kolam darah!"
"Baiklah."
Kelompok tersebut mulai berjalan lagi dan Sima You Yue mengikuti di belakang mereka. Ia mengira mereka harus mendaki gunung itu, tetapi ia tidak menyangka kalau kedua orang tersebut justru membawa mereka ke sebuah gua di kaki gunung.
Gua itu sangat gelap, mungkin karena mayat-mayat itu tidak perlu melihat apa-apa. Kedua orang yang berjalan di depan mengeluarkan mutiara malam untuk menerangi sekitar. Mereka nyaris tidak bisa melihat jalan di depan.
Ia mengikuti mereka sepanjang jalan dan menuju ke bawah tanah. Ia langsung mencium bau darah yang menyengat.
Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya ia mengerti kenapa ada bau darah yang begitu tajam.
Ada sebuah kolam yang ukurannya bahkan lebih besar daripada lapangan sepak bola, dan kolam itu penuh dengan darah manusia!
"Masuklah ke dalam. Kalau kalian berendam di sana selama tujuh kali tujuh hari, selama empat puluh sembilan hari, maka kalian akan jadi mayat hidup yang sejati."
Setelah orang tersebut berkata demikian, mereka tidak tahu apakah mayat-mayat itu mengerti atau tidak, tetapi setiap mayat mulai masuk ke kolam darah.
Ia mengikuti di belakang mereka. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, ia tetap mengikuti mereka, pergi ke tempat yang lebih jauh dan dengan patuh mencelupkan diri ke dalam kolam darah, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam kolam darah.
"Ayo keluar."
Suara langkah kaki terdengar dari atasnya dan kedua orang tersebut perlahan berjalan menjauh.
Ia menunggu selama beberapa saat. Saat ia yakin mereka sudah pergi, ia langsung masuk ke dalam Pagoda Roh.
Penghuni Pagoda Roh sangat terkejut melihatnya berlumuran darah.
"Yue Yue, kau terluka?"
"Tidak, ini darah dari kolam darah. Ini bukan darahku. Roh Kecil, aku mau mandi."
Setelah setengah jam berlalu, akhirnya ia selesai membersihkan diri.
"Yue Yue, kolam darah apa itu? Kenapa kau bisa sampai begitu?" tanya Raung Kecil dengan jijik.
Ia merebut Raung Kecil dari pelukan Flowey, menempatkan Raung Kecil dalam pelukannya, lalu memeluk Raung Kecil dengan sekuat tenaga. Lalu, ia mengelus Raung Kecil sambil menjawab, "Kolam darah itu tempat kedua orang itu menyempurnakan mayat-mayat mereka. Namun, aku tidak tahu bagaimana kolam itu bisa ada."
Lalu, ia bercerita bagaimana ia mengikuti mayat-mayat tersebut ke dalam alam kecil.
"Jadi, maksudmu ini tempat di mana mereka menyempurnakan mayat? Kalau begitu, apakah semua mayat hidup itu dibuat di sini?"
"Aku tidak tahu. Namun, dari apa yang mereka bilang, mayat hidup itu harus direndam di kolam darah terlebih dahulu sebelum mayat itu bisa menjadi mayat hidup yang sejati." Ia menyentuh dagunya. Ia penasaran sekali bagaimana cara mereka bisa membuat kolam darah tersebut.
"Yue Yue, kurasa seharusnya kau tidak memikirkan bagaimana cara membuat mayat-mayat itu, tetapi pikirkan bagaimana caramu bisa lolos dari tempat itu." Seribu Gaung mengingatkan Sima You Yue. Mereka semua menatapnya, lalu ia berkata, "Bagaimanapun, ini tempat mereka menyempurnakan mayat. Bukankah itu berarti ada beberapa pembantu di sini? Ada berapa banyak mayat di sini? Bagaimana kalau kau ketahuan setelah pergi? Kau juga tidak bisa menggunakan Lebah Merah Tua untuk mencari informasi. Kau tidak punya informasi apa pun, jadi kenapa kau buru-buru mengikuti mereka?"