Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Aku Sendiri yang Akan Pergi



Aku Sendiri yang Akan Pergi

"Ya." Mo Yu mengaku. Ia memang mengirim orang untuk membunuh Murong Xi.     

"Mo Yu, aku sudah bilang pada bawahanmu. Kenapa kau masih menyuruh orang-orangmu untuk membunuh Murong Xi?" teriak Di Zhe. "Dia cuma seorang gadis kecil, kau kejam sekali padanya!"     

"Bukan aku yang membunuhnya. Kau mau minum teh?" Mo Yu menuangkan teh yang enak untuk Di Zhe, lalu mendorong cangkirnya ke depan Di Zhe.     

Melirik teh yang Mo Yu berikan, Di Zhe menyesapnya. "Kan kita sudah sepakat kalau kita tidak akan menyentuh Murong Xi?"     

"Iya, mereka bukan anak buahku. Orang-orang Selir Hantu yang membunuhnya," jawab Mo Yu pelan.     

"Kau …." Di Zhe jadi marah.     

"Kita sepakat kalau orangmu dan orangku tidak akan berbuat apa-apa. Aku tidak melanggarnya," kata Mo Yu. "Jenderal Di yang hebat, tak terhitung banyaknya orang yang sudah kau bunuh, kenapa kau peduli sekali dengan seorang gadis kecil? Apa karena dia mirip Yu Ke Luo?"     

"Kau bilang dia hanya seorang gadis kecil. Kau harus membunuhnya gara-gara dia mirip bibi kecilku?" Di Zhe mencibir. "Selir Hantu tidak bisa membunuh bibi kecilku, dia tidak bisa membunuh You Yue, jadi ia melampiaskan amarahnya pada Murong Xi karena Murong Xi mirip dengan mereka."     

"Kau bisa menemui Selir Hantu untuk mengurus masalah ini. Aku tidak akan menghentikanmu!" kata Mo Yu. "Namun, kalau begitu, mungkin dia akan tahu tentang gerakan kecil yang diam-diam kau lakukan itu."     

"Kau mengancamku?" Mata Di Zhe menyipit. Sebuah cahaya yang tajam berkilat di matanya.     

"Jangan menatapku begitu, kau tidak bisa mengalahkanku," kata Mo Yu. "Kalau bukan untuk menghormati Yu Ke Luo, memangnya kau masih bisa menggangguku selama ini?"     

Di Zhe mengepalkan tinju. "Mo Yu, jangan pikir kau yang paling berkuasa di Alam Hantu!"     

"Aku tidak berpikir begitu," balas Mo Yu. "Hanya saja aku hidup dengan lebih tenang daripada kau."     

"Kau merasa nyaman? Kurasa kau sudah jadi antek Selir Hantu!" kata Di Zhe. "Kalau dia menyuruhmu membunuh, kau membunuh. Berani kau bilang kau sudah merasa nyaman?"     

"Aku membunuh Murong Xi hanya untuk sedikit balas budi pada Selir Hantu. Kali ini, dia tidak bisa memerintahku. Namun, ia akan selalu menekan Jenderal Besar Di. Daripada buang-buang waktu denganku di sini, pulanglah dan pikirkan bagaimana cara menangani masalah itu."     

Mata Di Zhe menyipit.     

"Jangan menatapku begitu. Aku bisa tahu tentang urusanmu. Cepat atau lambat Selir Hantu juga akan tahu," kata Mo Yu. "Jangan sampai kau tidak tahu kapan harus mundur. Kalau tidak, seluruh Klan Di akan terlibat."     

"Kau tidak perlu mencampuri urusanku." Di Zhe mencoba menahan amarahnya.     

"Oh, aku baru ingat kau tidak peduli dengan Klan Di. Kau tidak peduli mereka hidup atau mati. Namun, kalau kesalahanmu membuatmu gagal menyelamatkan Yu Ke Luo, apa kau tetap akan masa bodoh?"     

"Diam!" Di Zhe melambaikan telapak tangannya dan memecahkan batuan di dekatnya.     

"Marah karena malu? Dengan kemampuanmu, bagaimana kau akan bertarung melawan Selir Hantu? Bagaimana kau akan menyelamatkan Yu Ke Luo?" Mo Yu tertawa.     

"Huh, kau …."     

"Tuan." Seseorang berpakaian hitam berjalan masuk dari pelataran dan berhenti di luar paviliun.     

Mo Yu melirik Di Zhe, lalu bertanya, "Ada apa?"     

"Lapor Tuan, orang-orang di bawah bilang Murong Xi belum mati," jawab orang tersebut.     

"Belum mati?" Suara Mo Yu bergema. Meskipun suaranya tetap sama, gema suaranya membuat orang lain merasa kalau ia agak marah.     

"Sebelumnya, mereka memang mengirim informasi yang menyatakan kalau dia sudah meninggal, tetapi orang-orang kita baru tahu kalau dia masih hidup."     

"Ck ck ck, sepertinya anak buah Selir Hantu itu tidak berguna!" Di Zhe tersenyum. Kata-katanya penuh penghinaan.     

"Kau yakin perihal informasi ini?" tanya Mo Yu.     

"Yakin. Terakhir kali, mereka sendiri yang melihat Murong Xi di Gunung Anggrek Atavistis."     

"Kalau dia tidak mati, kenapa mereka melapor kalau dia sudah mati?"     

"Berita itu berasal dari orang-orang sebelum mereka meninggal. Mereka bilang Murong Xi telah terluka parah, tidak punya kekuatan roh dan jatuh dari tebing setinggi sepuluh ribu meter. Dia pasti mati."     

"Sepertinya Murong Xi lolos dan tidak mati." Di Zhe mencibir. "Kau tidak mematuhi perjanjian, jadi aku juga tidak akan mematuhinya. Di Liu, ayo kita bicara dengan Paman tentang ini."     

"Kau sendiri yang mau melindungi Murong Xi? Kebetulan aku mau lihat orang macam apa yang bisa bertahan dalam kondisi macam itu. Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" Mo Yu tertawa.     

"Hanya hantu yang mau pergi denganmu!" Di Zhe mendengus, lalu membawa Di Liu pergi.     

Menatap Di Zhe, Mo Yu mengembuskan napas dengan tak berdaya. "Kan kau hantu!"     

"Tuan, apa kau mau mengirim orang ke Kota Kecemerlangan Abadi?"     

"Tidak, aku sendiri yang akan pergi ke sama," tolak Mo Yu. "Aku juga mau lihat bagaimana gadis yang disebut-sebut mirip dengan Yu Ke Luo itu. Seberapa mirip dia dengannya."     

"Ya, hamba akan bersiap-siap."     

Setelah mengantar dua orang yang penuh kekhawatiran itu pergi, Sima You Yue mengembuskan napas dengan lega. Kemudian, Murong Hui berjalan masuk dari luar.     

"Xi'er, kenapa kau tiba-tiba keluar? Apa kau tahu betapa bahayanya di luar?" tegur Murong Hui. Melihat Sima You Yue tersenyum padanya, amarah di hatinya perlahan padam.     

"Mulai sekarang jangan lagi melakukan hal-hal berbahaya macam itu." Ia mengulurkan tangan dan menyodok dahi Sima You Yue.     

"Aku tahu, Ayah, kau selalu mengutus orang untuk mengikutiku. Kalau aku keluar, pasti ada orang yang diam-diam melindungiku." Sima You Yue menyeringai. "Kalau kita tidak ambil tindakan, para pembunuh itu tidak akan tinggal diam. Aku baru satu kali keluar, tetapi aku langsung menuai hasilnya."     

"Ada apa? Apa kau terluka? Kenapa aku tidak dapat kabar apa-apa?"     

"Ayah, aku baik-baik saja. Mereka belum melakukan apa-apa," jawab Sima You Yue. "Aku merasa diawasi waktu aku di sana. Kemudian, waktu aku, Xiao Ruo Bai, dan Gongzi Yuan pulang, kami dibuntuti."     

"Pengawalmu tidak memberitahuku." Murong Hui sangat marah. "Bagaimana mungkin mereka tidak memberitahuku informasi semacam ini?!"     

Setelah berkata demikian, ia hendak memanggil seseorang.     

"Ayah, jangan khawatir." Sima You Yue meraih Murong Hui. "Aku minta mereka untuk tidak memberitahumu. Kau sibuk sekali. Toh, tidak terjadi apa-apa. Jadi, aku tidak mau mengganggumu. Kalau ada sesuatu, pasti aku akan langsung memberitahumu."     

"Dasar bocah." Murong Hui menatap Sima You Yue dengan tak berdaya. "Kalau saja Xi'er punya setengah kebijaksanaanmu, aku tidak perlu terlalu khawatir."     

"Xi'er itu harta karunmu. Dia baik sekali, buah hatimu," ucap Sima You Yue.     

"Meskipun dia sudah tiada, dia pasti senang melihatmu menemaniku." Murong Hui menghibur hatinya dan menumpahkan kasih sayangnya pada Sima You Yue. "Namun, keadaannya tidak akan selalu seperti ini."     

"Mm-hm."     

"Kau tahu siapa kau sebenarnya dan kau memintaku merahasiakannya. Aku khawatir sekali kalau hanya kekuatanku yang melindungimu," katanya. "Apa kita benar-benar tidak perlu memberi tahu Pangeran?"     

"Tidak perlu. Mungkin, kita akan bertemu yang lain." Sima You Yue cemberut.     

"Yang lain? Siapa?"     

"Sekarang aku punya firasat, tetapi kuharap firasatku salah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.