Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Tuan dan Pelayan



Tuan dan Pelayan

Kalau ada orang lain di situ, mereka pasti merasa hubungan keduanya agak aneh; muncikari yang justru takut pada pelacurnya yang paling terkenal.     

"Nyonya, batalkan semua jadwal yang sudah dibuat," pinta Chun Yao.     

"Kenapa? Nanti semua orang yang sudah buat janji akan …."     

"Nyonya mempertanyakan keputusanku?" Chun Yao duduk di depan sitar, ia menatap si muncikari dengan lembut. Namun, si muncikari mau tidak mau merasa ngeri.     

"Hambamu ini tak kan berani!" Si muncikari pun langsung mundur.     

"Kalau begitu, siapkan semuanya. Tugas kecil macam ini tentu tidak sulit bagi orang macam kau," kata Chun Yao sambil tersenyum.     

"Nona, bolehkah hamba bertanya kenapa kau memilih meninggalkan begitu banyak orang hanya untuk empat orang tadi itu? Apa mereka sepadan?" tanya si muncikari dengan ragu-ragu.     

Kali ini Chun Yao tidak marah. Ia hanya menunduk dan mulai memainkan sitar. Setelah ia selesai memainkan sebuah lagu, ia membuka mulut untuk menjawab dengan suara lembut, "Bukan empat, tetapi hanya satu."     

"Tuan muda yang kecil itu?"     

"Ya." Chun Yao bertopang dagu pakai tangan kirinya, sementara tangan kanannya memetik senar sitar dengan santai. Sambil tersenyum simpul, ia berkata, "Jiwanya lezat sekali, sepertinya dia punya kekuatan istimewa. Dia seorang lebih unggul daripada seluruh sampah itu!"     

"Namun, sepertinya dia seorang bangsawan terhormat. Apa kau mau langsung menyabetnya?"     

"Kau lupa aturan kita? Hanya jiwa yang diserahkan dengan sukarela yang pasti segar dan lezat. Sudah lain cerita kalau ada kerusakan sedikit saja pada jiwanya," gumam Chun Yao.     

"Kalau begitu, kenapa Nona tadi tidak minta mereka tinggal lebih lama?" tanya si muncikari.     

"Kalau dia bisa mendapatkanku dengan semudah itu, apa dia akan tetap menghargaiku? Hanya yang sulit didapat yang akan terasa paling enak. Aku masih harus mengajarimu tentang cara pikir lelaki?"     

"Ya, aku paham."     

"Siapkan semua sekarang. Kalau lain kali kau pertanyakan lagi keputusanku, kau pasti kuhukum!"     

"Ya, Nona."     

"Pergi."     

Si muncikari pun pergi. Terdengar suara sitar yang menyenangkan mengiringi di belakangnya. Ia menatap bulan di atas, ia merasa malam itu sangat dingin.     

Begitu keluar dari Paviliun Sungai Musim Semi, rombongan Sima You Yue langsung kembali ke penginapan. Setelah orang-orang yang membuntuti di belakang memastikan kalau rombongan Sima You Yue memang tinggal di situ, mereka pun berbalik dan pergi.     

Sima You Yue dan Wu Lingyu berdiri di depan jendela, melihat ke luar ke jalanan yang ramai.     

"Mereka sudah pergi. Sepertinya mereka datang untuk memastikan kita tinggal di mana," kata Wu Lingyu.     

"Jangan khawatir," kata Sima You Yue. "Bayangan Hitam sudah bangun?"     

"Belum, dasar lelaki tak berguna. Sepertinya dia perlu dipulangkan ke neraka untuk berlatih ulang," jawab Huan dengan sungguh-sungguh.     

"Jangan marah, suara sitar itu memang tidak wajar. Aku saja sampai hilang kesadaran sesaat tadi malam. Itu pasti semacam serangan suara," kata Sima You Yue.     

"Itu memang serangan suara, dan itu bukan jenis yang umum diketahui," timpal Wu Lingyu. "Suara sitar akan membuat pikiran orang jadi bingung dan membuat orang jadi mengaguminya. Melihat caranya bermain sitar, yang kemarin itu hanya kemampuan rata-rata. Kurasa ada gerakan lain yang lebih kuat."     

"Umumnya, itu bisa membuat pikiran orang jadi bingung. Kalau serangan suara itu lebih kuat, kurasa orang yang mendengarnya tidak akan jadi diri mereka sendiri lagi," lanjut Wu Lingyu.     

"Serangan suara memang merepotkan," timpal Huan menyetujui.     

"Aaah!" teriak Sima You Yue tiba-tiba, mengagetkan mereka berdua. Sebelum keduanya sempat bertanya apa yang terjadi, ia menggenggam lengan Wu Lingyu sambil berteriak, "Kau lihat dia kan? Kau masih pura-pura! Jangan berkedip! Kau lihat diam-diam? Kalau kau jujur memang mau lihat dia, karena memang kuajak kau, aku tak keberatan kau lihat dia, tetapi kenapa kau lihat diam-diam?! Aku tak kan cemburu atau semacamnya."     

Lengan Wu Lingyu dipegang sekuat tenaga. Ia terdiam mendengar pertanyaan Sima You Yue dan melihat raut wajah Sima You Yue yang melotot.     

Tak kan cemburu? Kalau begitu, ini apa? Untuk apa Sima You Yue memelintir lengannya sekuat itu?     

"Aku hanya melirik sekilas waktu kudengar suara sitarnya beda, aku lihat jari-jarinya," jelasnya.     

"Benarkah?" Sima You Yue mengedipkan matanya yang besar.     

"Hmm."     

"Hei, kalau kau memang lihat dia, aku tak kan bilang apa-apa."     

Sima You Yue tersenyum bahagia sekarang, padahal raut wajahnya barusan tidak keruan.     

Sepertinya ia sendiri merasa kalau ia telah melakukan kesalahan barusan. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh lengan Wu Lingyu sambil tersenyum dengan hati-hati.     

"Kau pikir ini cukup?" Alis Wu Lingyu terangkat.     

"Kau mau apa?"     

"Tentu saja … ini."     

Sebelum Wu Lingyu selesai menjawab, bibirnya mencium bibir Sima You Yue. Ia memegang kepala Sima You Yue dengan lembut, Sima You Yue tidak bisa menghindar.     

"Masih ada orang di sini!" protes Sima You Yue dengan suara pelan.     

"Mana?" Wu Lingyu melepaskan Sima You Yue. Sima You Yue melihat ke tempat Huan berdiri barusan … sudah kosong.     

Begitu ia tadi memutar lengan Wu Lingyu, Huan sudah langsung melarikan diri.     

"Ayo terus, tebus kesalahanmu padaku …."     

"Hmm, kau ini …."     

Cahaya bulan pun jadi malu menyaksikan tingkah keduanya.     

Keesokan harinya, Sima You Yue menyampaikan berita tentang insiden aneh yang terjadi di desa-desa, serta tentang keanehan Paviliun Sungai Musim Semi pada Pi Ling.     

Kebetulan Pi Ling sedang bersama Mo Yu ketika ia mendapat berita tersebut.     

"Sebuah desa di luar kota? Aku memang belum kirim orang untuk memperhatikan masalah ini," kata Pi Ling dengan nada menyesal.     

"Anggota Klan Jiwa mulai dari sana, ini memang tak terduga," kata Mo Yu. "Hanya saja aku tidak tahu apa yang Klan Jiwa lakukan dengan orang-orang desa itu? Bagaimana Klan Jiwa mengubah mereka?"     

"Akan kukirim orang untuk menyelidiki hal ini," kata Pi Ling.     

"Jangan khawatir, semua orang di wilayahmu mengenalmu. Begitu kau pergi, mereka pasti terkejut melihatmu," kata Mo Yu. "Kurasa seharusnya You Yue pasti sudah memeriksanya."     

Pi Ling terus menunduk. Ia melihat Sima You Yue menyuruhnya tetap diam di tempat, lalu bilang kalau ia akan menyelidiki masalah tersebut. Kemudian, ia bicara tentang Paviliun Sungai Musim Semi.     

Mendengar hal tersebut, Mo Yu, yang ada di samping, pun meledak, "Apa dia bilang? Dia pergi ke Paviliun Sungai Musim Semi? Dia perempuan yang berani datang ke Paviliun Sungai Musim Semi! Tentu saja, dia lakukan segalanya! Memangnya Wu Lingyu itu tidak bisa menghentikannya?!"     

"Wu Lingyu juga ikut pergi," kata Pi Ling. "Katanya, dia lihat Paviliun Sungai Musim Semi juga sangat tidak wajar, dan meminta kita untuk mengawasi orang-orang di paviliun dan tamu-tamu mereka. Aku mengerti kenapa kita mesti mengawasi orang-orang paviliun, tetapi untuk apa kita mengawasi para tamunya juga?"     

"Dia pasti telah menemukan sesuatu yang tidak wajar perihal tamu-tamu itu. Karena Klan Jiwa bisa membuat penduduk desa berubah, mungkin orang paviliun juga bisa membuat para tamu berubah. Atau, dia pikir orang-orang itu mungkin melakukan sesuatu. Ada banyak sekali orang yang keluar masuk Paviliun Sungai Musim Semi setiap hari, dan mereka tidak kenal dengan orang-orang di sini, jadi para tamu itu bisa saja membiarkan mereka melakukan hal-hal itu," tebak Mo Yu.     

Ia benar-benar memahami Sima You Yue, ia bisa langsung mengerti apa maksud Sima You Yue.     

"Baiklah, akan kuatur semuanya secepatnya," kata Pi Ling.     

"Hati-hati."     

"Ya."     

Malam harinya, Sima You Yue pergi ke Paviliun Sungai Musim Semi lagi.     

Chun Yao sudah menunggu. Melihatnya, Sima You Yue langsung berjalan mendekat, meraih tangannya, menatapnya dengan mesum dan berkata, "Yah, pepatah bilang sehari berpisah rasanya seperti tiga tahun, tetapi kenapa aku merasa seolah-olah seratus tahun telah berlalu!"     

Melihat Sima You Yue meraih tangan Chun Yao, Wu Lingyu, yang berdiri dua langkah di belakangnya, langsung melangkah maju dan menarik tangannya. Tak lupa Wu Lingyu menegur, "Jaga perilakumu, untuk apa kau tarik-tarikan segala!!"     

Sima You Yue melengkungkan bibirnya. "Memangnya kenapa! Ini kan bordil!"     

Melihat Wu Lingyu datang mendekat dengan tatapan setajam pedang, lehernya langsung menciut dan ia langsung berhenti bicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.