Aku Bersedia
Aku Bersedia
Hal yang sama terulang selama beberapa hari berikutnya, tetapi tatapan Sima You Yue pada Chun Yao jadi lebih intens dan ia bahkan minta menginap di situ. Namun, ia diseret pulang oleh Wu Lingyu.
Setelah mereka pergi, si muncikari berjalan masuk. Chun Yao pun memerintahkan, "Suruh orang bawa lelaki itu pergi besok."
"Bawa pergi? Bukankah kau jadi risiko ketahuan? Nona akan ambil risiko ini sekarang?" tanya si muncikari.
"Znng—"
Sebuah kekuatan terbang dari arah senar, dan si muncikari pun terhempas sampai menghancurkan meja di tengah ruangan.
"Sudah kubilang, jangan pertanyakan keputusanku lagi. Apa karena aku bukan tuanmu yang sesungguhnya, jadi kau tidak mau patuh?" Senyuman di wajah Chun Yao sirna, dan ia tidak lagi menyembunyikan auranya yang penuh dengki.
"Hamba memang salah!" Si muncikari berlutut dan bersujud.
"Jiwanya terlalu menggoda, aku tak sabar. Kalau kulahap jiwanya, kekuatanku bisa kembali kudapatkan sepenuhnya," kata Chun Yao. "Namun, prosesnya sekarang terlalu lambat, aku tak sabar. Dan lelaki itu ternyata sama sekali tak terpengaruh pesonaku, tetapi anak itu peduli sekali padanya, jadi repot kalau dia satu ruang dengan kami. Kau bawa dia pergi besok, akan kulahap anak itu sementara ia tergila-gila melihatku. Begitu kulahap jiwanya dan kusuntikkan jiwa baru ke dalam dirinya, tak kan ada yang tahu kalau ada yang tak beres."
"Ya, hamba mengerti. Akan kusiapkan semuanya sekarang," jawab si muncikari setelah langsung kembali menguasai diri.
"Lakukan hukumanmu setelah kau urus semuanya."
Suara yang terdengar dari belakang sedingin es. Si muncikari tahu apa hukumannya, tetapi ia tidak berani berlama-lama.
Namun, keesokan harinya mereka terkejut karena satu-satunya orang yang datang ke sana hanyalah Sima You Yue, tiga orang lainnya tidak datang.
Chun Yao terkejut saat melihat Sima You Yue seorang diri. Setahunya si muncikari tidak berencana menghentikan yang lainnya di pintu masuk.
"Si Yue, kenapa kau di sini sendirian?" Ia tersenyum, lalu menuangkan teh untuk You Yue.
"Aku menyelinap ke sini sendirian." Sima You Yue tersenyum dengan sangat bangga. "Lingyu selalu melarangku. Terlalu menyebalkan kalau aku datang kemari bersamanya. Jadi, aku lari dan datang ke sini sendirian! Chun Yao, tidak akan ada yang menghalangi kita!"
"Si Yue, kau baik sekali pada Chun Yao, Chun Yao tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu," kata Chun Yao dengan mata berbinar-binar, tampak sangat tersentuh. "Chun Yao akan memainkan lagu untukmu."
"Ya, ya, ya! Aku suka mendengarmu main sitar. Aku juga pergi ke tempat lain untuk mendengar orang lain main sitar, tetapi permainan mereka tidak seindah kau. Sekarang, kalau sehari saja aku tak dengar kau main sitar, aku merasa tidak nyaman," kata Sima You Yue.
"Baiklah, kalau begitu Chun Yao akan memainkannya untukmu." Chun Yao berjalan mendekat ke sitar, duduk dan mulai bermain.
Sima You Yue tampak dalam keadaan mabuk. Ia tidak menyesap teh dalam cangkir yang ia pegang.
Setelah Chun Yao selesai bermain sitar, ia menengadah dan tersenyum pada Sima You Yue. Cangkir di tangan You Yue jatuh tepat di atas meja, tehnya memercik, membasahi jubahnya.
"Pfftt-"
Chun Yao tertawa, lalu bertanya, "Si Yue, apa kau baik-baik saja?"
Merasa malu, Sima You Yue buru-buru mengeluarkan saputangan dan menyeka teh yang tumpah. Setelah menyekanya, Chun Yao bertanya, "Si Yue, apa kau mau keluar dan bermain-main denganku?"
"Bermain keluar ? Ke mana?" tanya Sima You Yue.
"Kau sudah tinggal di Kota Kutukan Abadi selama berhari-hari, apa kau bersenang-senang di sini?"
"Lumayan, aku pergi keluar waktu siang hari, tetapi aku tidak lihat ada yang menarik. Lingyu juga bilang kalau di sini tidak menyenangkan, jadi dia mau pergi ke tempat lain! Kalau aku tidak bersikeras tetap tinggal di sini, kurasa aku pasti sudah dibawa pergi." Sima You Yue cemberut, tampak sangat kesal.
"Apa kau mau pergi?" tanya Chun Yao dengan terkejut.
"Ya! Untungnya aku mengarang alasan dan dia setuju membiarkanku tinggal di sini selama dua hari lagi. Sayangnya, aku bisa apa waktu dia benar-benar membawaku pergi nanti," jawab Sima You Yue dengan sangat tertekan.
Chun Yao berhenti sejenak. Ia menuangkan teh, lalu berkata dengan nada menyesal, "Kalau kau pergi, Chun Yao pasti rindu padamu."
"Kenapa kau tidak ikut pergi saja denganku? Akan kutebus kau dari sini." Sima You Yue meraih tangan Chun Yao.
"Si Yue …." Chun Yao menatap Sima You Yue dengan berkaca-kaca. Ia menarik tangannya dari genggaman Sima You Yue, lalu menjawab, "Si Yue, kau bisa sangat senang menghabiskan waktu dengan Chun Yao, tetapi … Chun Yao dikontrak mati. Aku tidak bisa ditebus."
"Pasti ada cara lain. Aku akan bicara dengan muncikari," kata Sima You Yue.
"Si Yue, lupakan saja. Tidak mungkin," kata Chun Yao. "Lupakan saja …. Kita punya anggur hari ini, jadi ayo kita nikmati waktu berharga yang kita punya malam ini. Aku tahu tempat yang pemandangan malamnya menakjubkan."
"Kalau begitu, ayo kita pergi!" kata Sima You Yue. "Waktu kita pulang, aku akan menemui muncikari untuk menebusmu."
"Baiklah."
Chun Yao membawa Sima You Yue keluar, menunjuk ke rumah tertinggi di belakang, lalu berkata, "Itu gedung yang tertinggi. Asal kita bisa sampai di puncaknya, kita bisa lihat pemandangan malam Kota Kutukan Abadi."
"Tak kusangka gedung tertinggi ada di sini, di Paviliun Sungai Musim Semi. Pantas saja tak ada orang lain yang tahu ini!" Sima You Yue melihat ke lantai atas dengan penasaran. "Akan kubawa kau ke atas."
"Tidak mungkin, kau hanya bisa melangkah maju sampai di sini. Akan kubawa kau ke sana."
Chun Yao meraih tangan Sima You Yue dan keduanya mulai berjalan dari bawah ke atas. Semakin lama Sima You Yue pergi, ia merasa semakin tidak nyaman, napasnya jadi agak berat.
"Sebenarnya tempat ini bagus untuk berkultivasi, makanya itu kau merasa agak tidak nyaman," jelas Chun Yao.
"Benarkah?" Ada sedikit rasa tidak percaya yang terpendam jauh di dalam lubuk hati Sima You Yue, tetapi melihat senyum Chun Yao, ia menekan perasaan tersebut. "Namun, Chun Yao sama sekali tidak lelah!"
"Aku sering memanjat ini, jadi aku sudah terbiasa," jelas Chun Yao.
Keduanya sampai di lantai yang tertinggi. Sima You Yue mendekat ke jendela dan melihat kalau pemandangannya memang sangat indah.
"Luar biasa! Panorama seluruh kota kelihatan dari sini."
"Ya, kan? Dahulu aku sering datang ke sini waktu aku sedih, waktu aku tak tahan. Melihat pemandangan di bawah, aku merasa lega," kata Chun Yao.
"Chun Yao juga mengalami saat-saat sedih?"
"Yah, wajar kalau orang kadang tidak bahagia, terlebih bagi orang-orang macam aku yang bekerja seperti ini," jawab Chun Yao dengan pilu.
"Banyak sekali alat musik di sini!" Sima You Yue melihat kalau ruangan tersebut dipenuhi dengan berbagai alat musik, seperti seruling, kecapi dan yang lainnya.
"Si Yue, sebenarnya aku paling pandai main seruling. Coba kumainkan sebuah lagu untukmu."
"Baiklah."
Chun Yao pun memainkan sebuah lagu. Sima You Yue terkejut setelah mendengarnya.
"Dengarkan baik-baik!" Butuh waktu lama bagi Sima You Yue untuk kembali menguasai diri. Ia jadi semakin tergila-gila dengan mata Chun Yao.
"Si Yue, aku mau minta kau membantuku sekarang, apa kau bersedia?" tanya Chun Yao.
"Ya! Aku bersedia melakukan apa pun yang kau mau! Walaupun harus kukorbankan hidupku, jiwaku, aku bersedia!" jawab Sima You Yue.
Sudut mulut Chun Yao terangkat membentuk senyuman. Kata-kata itu yang dari tadi ia tunggu!