Halo Suamiku!

Pemulihan Sang Xia dari Amnesia Wajah (1) 



Pemulihan Sang Xia dari Amnesia Wajah (1) 

Sang Xia benar-benar menyayanginya dari lubuk hatinya yang terdalam.      

Jadi Rong Zhan tidak akan menyalahkan Sang Xia. Yang jelas, sekarang semuanya sudah baik-baik saja.     

Untungnya, ada salah satu kata yang paling membahagiakan di dunia ini, yang disebut tanda bahaya palsu.     

Setelahnya, mereka bergegas kembali ke rumah sakit. Dokter segera memeriksa apakah ada sesuatu yang terjadi dengan gadis kecil itu. Ia tidak terluka. Semuanya baik-baik saja dan tidak ada trauma fisik yang dialami bayi itu.     

Saat dokter mengucapkan kata-kata ini, Sang Xia benar-benar merasa lega.     

Namun, ia masih merasakan sesuatu yang salah dengan tubuhnya. Tak berselang lama dari itu, ia mulai mengalami sakit kepala dari waktu ke waktu. Dalam benaknya, perkelahian dan pembunuhan di dekat kontainer dermaga dan adegan-adegan penembakan pria itu berkecamuk di kepalanya.     

Dan semua gambaran seperti itu membuatnya gelisah tak menentu. Kepalanya terasa sakit. Kali ini, Sang Xia seperti mencoba yang terbaik untuk mengenali wajah seseorang.     

Akhirnya, mau tidak mau Sang Xia bertanya pada Rong Zhan, "Rong Zhan, siapa pria itu, dan apakah dia..."     

Bukankah… siapa lagi? Pasti Rong Zhan tahu siapa yang dimaksud Sang Xia.      

Seketika pikiran Rong Zhan melayang saat ia merobek topeng kulit manusia yang melekat di wajah pria itu. Dengan suara berat akhirnya Rong Zhan berkata, "Jika aku mengatakannya, apa kamu akan percaya?"     

Begitu Sang Xia mendengarnya, tubuh Sang Xia sontak membeku.      

"... Awalnya aku juga mengira orang itu adalah Harlan, tapi ini mungkin penggantinya, dan dia dengan cerdik meniruku. Meski begitu, itu bukan Harlan. Harus kuakui bahwa cara itu benar-benar sangat licik."     

Rong Zhan mengatakannya dengan wajah bermartabat.     

Ketika Sang Xia mendengar ini, ia menjadi lebih ketakutan dan gelisah.     

Lalu, Rong Zhan memeluknya dengan erat, "Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa. Dia telah berhasil melarikan diri sekarang, dan aku yakin dia pasti akan muncul lagi di sini. Memanfaatkan kesempatan itu, aku akan mengirim seseorang untuk memburunya sepanjang waktu dan tidak akan memberinya kesempatan untuk bernapas!"     

Sembari mengatakannya, Rong Zhan menyandarkan kepala Sang Xia di dadanya, lalu dengan lembut mencium dahinya. Suara lembutnya membuat Sang Xia mau tak mau mendongak untuk menatapnya, "Sayang, jangan takut, aku akan selalu ada di sini."     

Ketika Sang Xia mendengar pernyataan Rong Zhan, matanya berangsur-angsur dikaburkan dengan air mata, juga diiringi dengan suara sengau yang tebal. Kali ini ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun dan hanya bisa mengangguk dengan penekanan tegas.     

Setelah "bencana" yang dialami oleh Xiao Meibao, tampaknya bayi kecil itu tidak menampakkan perubahan sikap apa pun. Lagi pula, ia masih terlalu kecil untuk mengingat betapa berbahayanya yang ia alami.     

Begini lebih baik.      

Saat ini, Sang Xia sengaja tidak segera meninggalkan rumah sakit karena ayahnya juga sedang dirawat di sana akibat dari tikaman Harlan. Untungnya Rong Zhan bergegas menyelamatkan ayahnya secepat yang ia bisa.      

An Baisen ditikam oleh Harlan di rumahnya sendiri. Tidak ada yang tahu apa yang ingin dilakukan An Baisen saat itu, tetapi jika ia tidak memiliki sikap yang menunjukkan tanda bahaya terhadap Harlan, bagaimana mungkin Harlan terpaksa mengambil pisau secara langsung untuk menikamnya.     

Dan sekarang, ayahnya telah dikirim ke rumah sakit untuk pertolongan pertama, sementara Rong Zhan tidak pernah berani memberitahu Sang Xia bahwa ayahnya terluka parah.     

Nyatanya, ia ditikam secara brutal empat atau lima kali, dan nyawanya berada di ambang batas.     

Terlebih lagi, ini dilakukan oleh orang yang tidak bisa An Baisen percayai mampu melakukannya. Ia telah menyaksikan orang itu tumbuh selama bertahun-tahun dan merawatnya dengan setulus hati. Sulit membayangkan bahwa suatu saat orang itu akan menikamnya hidup-hidup untuk melarikan diri.     

Serangan ganas seperti itu tidak hanya akan membawa kerusakan fisik dan psikologis, tetapi juga kerusakan yang mengejutkan di lubuk hati An Baisen.     

Satu dua tusukan sudah cukup untuk melarikan diri, tetapi empat atau lima tusukan, itu gila. Kali ini, kekejaman Harlan benar-benar tak terbayangkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.