Halo Suamiku!

Rong Zhan Cemburu dan Sakit Hati (1) 



Rong Zhan Cemburu dan Sakit Hati (1) 

Sebenarnya masalahnya tidak terlalu besar.      

Hanya saja, Rong Zhan sedang dalam suasana hati yang tidak terlalu baik.      

Jadi ia menunggu istrinya kembali ke villa dan sama sekali tidak melangkahkan kakinya masuk ke rumah.      

Saat ini, ia bersandar di jendela, memegang rokok elektrik di tangannya, dan menunggu dengan sabar.     

Dari kejauhan, awalnya ia mendengar tawa sekaligus tangisan bayi. Begitu mendengarnya, telinga Rong Zhan langsung berdiri dan ia bergegas berlari untuk menemui kedua bayi kecilnya dan istrinya.     

Namun, suasana hati yang bahagia ini seolah direnggut paksa ketika ia melihat beberapa sosok datang menuju vila, yang membuat langkah kaki Rong Zhan tiba-tiba membeku.     

Bahkan jantungnya serasa seperti dipukul keras.     

Dua kereta bayi muncul lebih dulu dalam pandangannya. Satu diantaranya didorong oleh istrinya, sementara yang lainnya didorong oleh sosok ramping dan tinggi.     

Dan siapa lagi orang ini jika bukan Bo Yi yang telah kembali dari Afrika?     

Lalu beberapa pengawal mengikuti di belakang.     

Dua orang itu berjalan menuju ke villa sembari berbincang dan tertawa bersama. Keduanya tampak menawan, ditambah lagi dengan masing-masing anak di tangan mereka. Tak pelak lagi, mereka seperti sebuah keluarga sempurna.     

Tentu saja, Rong Zhan yang sedang memiliki perasaan sensitif seketika ingin menambahkan drama batin pada dirinya sendiri.     

Jadi pada saat itu, Rong Zhan merasa seolah-olah ia berdiri di sana seperti orang luar.     

Angin sejuk yang berhembus juga berhasil menciptakan suasana yang semakin muram bagi hati Rong Zhan.      

Namun semua belum berakhir sampai di situ. Mata Rong Zhan masih diharuskan untuk menyaksikan mereka yang sedang saling memandang, melihat istirnya tersenyum manis pada Bo Yi, yang tentu membuat hati Rong Zhan seperti dihujani ribuan anak panah. Napasnya terhenti dan perasaan kalut seketika menyusup di hatinya.     

Di tempatnya, Rong Zhang sama sekali tidak mampu bergerak, bahkan hanya sekadar melangkahkan kakinya. Jadi ia hanya bergeming di sana dengan keras kepala, memperhatikan apa yang ia dilihat, hingga kehadiran sosoknya disadari oleh istrinya.     

Begitu Rong Zhan berpikir demikian, dari jauh Sang Xia menatap ke arahnya.      

Saat ini, Rong Zhan mengenakan kemeja hitam, lengannya sedikit digulung, kancing kemeja di lehernya sedikit terbuka, dan tentu saja itu membuat tampilannya tampak kasual sekaligus seksi. Ditambah lagi dengan aura kesepian yang menyelimutinya. Ia berdiri di sana sendirian dan hanya melihat ke arah Sang Xia. Pesona yang terpancar di diri Rong Zhan saat ini pasti berhasil membuat siapa pun merasa simpati.      

Melihat itu, Sang Xia mengangkat alisnya sedikit.     

Tanpa menghentikan langkahnya, ia terus berjalan bersama dengan Bo Yi.     

Sementara Bo Yi yang mendapati Rong Zhan berdiri di sana, bibirnya yang tipis mengerucut dengan lembut, seolah menunjukkan jika ia tidak terlalu senang. Lalu, ia memandang Sang Xia sembari berucap, "Sepertinya Rong Zhan tidak terlalu senang?"     

Bibir Sang Xia sedikit tertarik, "Dia memang seperti itu. Dia bajingan dan sombong. Bahkan dia memiliki keinginan yang kuat untuk memiliki. Meski tidak melihatmu saat ini, dia pasti akan menunjukkan wajahnya di depanmu. Karena itu, jangan pedulikan dia."     

Bo Yi tidak menyangka Sang Xia akan mengatakan seperti itu. Sepertinya ia tampak tidak peduli sama sekali.     

Tapi sebenarnya.     

Saat Bo Yi baru saja memikirkannya, Sang Xia sudah lebih dulu melangkah maju sembari mengambil alih kereta dorong Xiao Meibao, "Sudah berapa lama kamu menunggu di sini? Aku tidak tahu jika kamu hendak menjemput kami. Baru saja aku melihat Bo Yi datang berkunjung ke rumah kita dan dia membantu mendorong salah satu anak kita."     

Setelah selesai mengatakannya, Sang Xia beralih menatap Xiao Ba Wanghua.     

Sementara itu, Rong Zhan memegang pegangan kereta dorong anaknya sambil mendengarkan penjelasan santai dari Sang Xia. Meskipun ia sangat tahu itu, tapi ia tetap tidak bisa menahan perasaan tidak nyaman yang bersarang di hatinya.     

Saat melihat putrinya, bayi kecil itu tampak mengulurkan tangan kecilnya ke arah Rong Zhan. Tanpa membuang waktu, ia mengambilnya, menggendongnya dengan hati-hati dan lembut, baru kemudian masuk ke dalam vila.     

Sambil berjalan, ia melewati Sang Xia. Kali ini, ia berkata dengan nada sangat sedih dan sedikit marah, "Lebih baik berjalan dengan putriku karena dia tidak akan pernah melarikan diri dengan orang lain."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.