Sayang, Aku Akan Menjemputmu Pulang (1)
Sayang, Aku Akan Menjemputmu Pulang (1)
Anak-anaknya mulai menggeliat gelisah. Rong Zhan yang masih memegang seikat besar bunga segera meletakkannya karena takut anaknya akan jatuh, baru kemudian mengambil salah satu mawar yang paling mencolok dari buket mawar besar itu. Akhirnya, ia hanya menaruhnya secara horizontal di mulut, dan kembali mengambil anak-anaknya dengan satu tangan.
Adegan itu.
Membuat mawar di mulutnya menjadi terlihat sangat cerah dan menawan. Namun, dengan wajah jahat milik Rong Zhan, auranya semakin tak terkatakan. Bahkan orang-orang lebih takjub dengan sosoknya daripada bunga yang ia bawa.
Sang Xia berhenti bernyanyi dan hanya menatapnya yang sedang menggendong dua bayi sambil memegang sekuntum mawar di mulut. Matanya memanas seketika, tapi ia tidak membuka mulutnya sama sekali. Ia takut jika suaranya akan terlalu mengejutkan kedua bayi kecil di gendongan Rong Zhan.
Karena panggungnya sangat tinggi, jadi Sang Xia juga turun dari sana, sehingga ia bisa mengambil alih bunga lebih dulu, dan baru kemudian mengambil alih salah satu anak yang digendong Rong Zhan.
Nyanyian band Sang Xia telah selesai dari klimaks. Di saat yang sama, Rong Zhan telah mendekat dengan bunga di mulutnya, sedangkan Sang Xia segera mengambilnya dan memegang mawar berduri itu dengan kuat di tangannya.
Saat itu, Rong Zhan menatap mata Sang Xia yang berlinang air mata, lalu perlahan-lahan muncul sebuah kalimat yang ditujukan untuknya, "Ini untukmu."
Ini untukmu.
Beberapa patah kata seperti itu saja sudah mampu membuat Sang Xia menggigit lipatan bibir bawahnya dan bagian bawah matanya sedikit lebih panas.
Sang Xia memungut bunga mawar itu dan dalam sorakan yang tiba-tiba menggema dari banyak penggemar, Sang Xia sedikit mendongak. Melihat tampilan ini, ia tertegun dalam sekejap.
Di atas alun-alun dengan 10.000 orang di dalamnya, kelopak mawar halus yang tak terhitung jumlahnya jatuh dari langit dan menari-nari tertiup angin. Di langit malam seperti itu, ditambah dengan pemandangan yang luar biasa indah, orang-orang berteriak dan bersukacita.
Sementara itu, Sang Xia sudah turun, membelai pipi Rong Zhan dengan satu tangan dan menempelkannya di sisi wajahnya.
Bagaimanapun, ini adalah tempat umum. Meskipun ia sudah menjadi seorang ibu, tapi ia masih malu untuk melakukan hal-hal semacam ini, bahkan meski ia sangat merindukan Rong Zhan.
Namun, Rong Zhan tentu saja tidak ingin mengganggu nyanyiannya. Di saat yang bersamaan, mata keduanya saling beradu. Diiringi sorak sorai di belakang mereka, Rong Zhan berbisik, "Aku akan menunggumu setelah konser selesai."
Kemudian, ia hendak kembali ke kursinya dengan dua anak-anak dalam gendongannya.
Namun, ada sesuatu yang terjadi saat ini. Ketika Xiao Ba Wanghua baru saja menyentuh tangan ibunya dan ingin memeluknya, ia sudah akan dibawa pergi. Karena itu ia merasa tidak senang untuk sesaat. Akhirnya, ia menendang-nendangkan kaki bagian bawahnya, mengerucutkan mulutnya, dan tidak bisa menahan tangis.
Meski ibunya sudah ada di sisinya, tapi Rong Zhan tidak membiarkan Sang Xia memeluknya. Seketika, Xiao Ba Wanghua menangis dan Rong Zhan tidak punya pilihan lain.
Kemudian Xiao Ba Wanghua kembali meraih jari Sang Xia dan tidak melepaskannya sedikit pun. Rong Zhan ingin pergi, tapi bayi itu terus memberontak. Ia benar-benar enggan melepaskannya dan telah bersiap untuk mulai menangis lebih kencang.
Melihat ini, Sang Xia tersenyum tak berdaya sembari mengambil alih putranya.
Mata Rong Zhan menunjukkan bahwa ia akan baik-baik saja, tetapi Sang Xia tetap memberikan senyum menenangkan, "Tidak apa-apa. Akan kukembalikan setelah satu lagu selesai."
Sambil mengatakannya, Sang Xia dengan kuat memeluk pantat kecil putranya dan berjalan kembali ke kursi tinggi. Hingga lagu berakhir, Xiao Ba Wanghua tetap setia mendampingi ibunya.
Sembari memegang leher Sang Xia, Xiao Ba Wanghua seperti ingin memamerkan keintiman yang terjalin dengan ibunya. Seketika, orang-orang yang menonton adegan ini merasakan kehangatan di lubuk hati mereka. Sementara Rong Zhan tidak bisa menahan senyum di sudut bibirnya.
Setelah beberapa saat, Sang Xia menutup telinga si kecil dengan penyumbat telinganya untuk mencegah suara nyanyiannya terlalu mengguncang bayi kecil itu. Untungnya, lagu berikutnya yang akan mereka nyanyikan——