Halo Suamiku!

Memberi Pelajaran untuk Istri (3)



Memberi Pelajaran untuk Istri (3)

Kini, wajahnya tampak muram dan acuh tak acuh. Apalagi ketika sampai di depan pintu kamar mandi, ia langsung membukanya tanpa mengetuk.     

Bagaimanapun, ia harus menanyakan apa maksud dari ucapan Josh beberapa saat lalu.     

Tetapi karena Josh tidak mau menjawab dengan baik, alhasil Bo Jing harus memaksanya untuk mengatakannya dengan cara lain.     

Sementara Josh yang ada di dalam sekeras mungkin menghapus jejak kotor dari luar.     

Berdiri di bawah pancuran, ia ingin menyadarkan dirinya sendiri agar tidak lagi dikendalikan oleh kecemburuan dan kemarahan.     

Kemudian, ia memiringkan kepala sembari menutup mata. Dengan begitu, ia membiarkan titik demi titik air mengalir di kulitnya yang putih, lembut, dan halus.     

Sedangkan rambutnya yang hitam kelam telah basah kuyup, yang justru menambah kecantikan dari dirinya.     

Belum lagi, dua buah dada besar yang melengkung memesona.     

Namun, tepat di detik ketika Josh baru menikmati ketenangan itu, pintu tiba-tiba terbuka.     

Sedangkan Josh sama sekali tidak memerhatikan dan tidak memikirkan apa pun. Ia pikir dirinya sudah terisolasi dari dunia luar.     

Padahal pada kenyataannya tidak demikian.     

Saat ini, terlihat sosok Bo Jing yang sedang memandangnya berdiri di bawah pancuran. Semakin lama, matanya semakin dalam, dan ia berjalan maju dengan yakin, kemudian memeluk tubuh Josh dari belakang.     

Sontak, Josh berteriak ketakutan sembari menundukkan kepalanya untuk menghentikan aksi Bo Jing.     

 ...     

Di ruang tertutup itu, kabut air mulai menyelimuti.     

Dan bayang-bayang tubuh keduanya berebut untuk memenuhi ruangan.     

Tak lama berselang, Bo Jing membuka suara yang telah berubah pelan dan lebih lembut.     

"Katakan kenapa kamu marah padaku? Selama ini, kita tidak pernah bisa bergaul dengan baik! Apa kamu harus selalu membuat masalah?"     

Ucap Bo Jing seraya menggosok telinga Josh dengan lembut dan menggigit bahunya samar di waktu yang bersamaan.     

Sementara Josh hanya mampu mematung di tempat tanpa bisa membuka mulutnya sedikit pun.     

Tanpa diduga, Bo Jing mengulangi lagi dengan nada dan kekuatan yang lebih berat.     

Dan entah berapa lama kemudian, Josh baru menjawab dengan lemah, "Walaupun kita adalah suami dan istri… bukankah kamu selalu bersikap kasar padaku dan mengabaikan keinginanku?"     

Begitu kalimat ini terlontar.     

Waktu seolah berhenti sejenak.     

Kata-kata ini serasa memukul Bo Jing lebih dari sebelumnya dan membuatnya tidak berdaya dalam sekejap.     

Hingga entah berapa lama waktu berlalu.     

Kali ini.     

Bo Jing tidak lagi mudah tersinggung dan marah seperti sebelumnya, justru ia akhirnya mulai berkompromi.     

"Josh... bisakah kamu melihat hal-hal lain yang telah aku lakukan untukmu? Sudahkah kamu melihatnya?"     

Saat Bo Jing memegang tangannya, perlahan ia menggenggamnya dengan sepuluh jari, mencium keningnya dengan lembut, kemudian berbisik pelan, "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku? Kenapa kamu selalu menyakitiku...? Saat kamu begitu dekat dengan pria lain, pernahkah kamu memikirkanku?"     

Seketika itu juga mata Josh terasa panas dan ia sekuat tenaga menggigit bibirnya erat-erat.     

Sedang Bo Jing mencium akar telinganya dan menggosoknya di sana. Posisi intimnya saat ini layaknya kekasih yang penuh kasih.     

Harus diakui jika Bo Jing memang benar-benar berkompromi kali ini.     

"Aku benar-benar lelah. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Meski aku tahu kamu tidak menyukaiku... tapi bisakah kamu berhenti menyakitiku lagi dan lagi...? Aku juga manusia dan aku bisa terluka."     

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Bo Jing membenamkan kepalanya di sela leher Josh dengan diiringi suara serak.     

Dengan yakin, ia telah mengambil inisiatif untuk meletakkan semua harga dirinya, meski taruhannya adalah ia tidak akan lagi memiliki martabat di depan Josh setelah ini, bahkan jika Josh akan menertawakannya.     

Namun pada kenyataannya, meski semua kata-kata itu sangat ringan, tapi berhasil memukul hati Josh dengan telak, juga menghancurkan cangkang kerasnya sedikit demi sedikit.     

Tetapi akankah Bo Jing benar-benar memahami apa yang ada di hati Josh jika ia mengatakannya? Bukankah Bo Jing akan berpikir bahwa ia tidak masuk akal?     

Hingga, hati Josh melunak pada akhirnya.     

"Bo Jing, meski kamu mencintaiku, tetapi apakah kamu hanya mencintaiku?" tanya Josh dengan suara serak.     

"Bagaimana kamu bisa menanyakan hal seperti itu? Aku hanya akan menikahi orang yang aku cintai!"     

Bagaimana mungkin ia akan bermain-main dengan pernikahan? Ini adalah tanggung jawab seumur hidup.      

Tak bisa disangkal, bulu mata Josh tampak mulai bergerak samar ketika mendengar pernyataan itu. Kemudian, ia menarik ingus dari hidung kecilnya yang merah, "Kalau begitu, jika kamu masih ingin bersamaku, jangan lagi berhubungan dengan wanita itu, Linda!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.