Mewujudkan Impian, Pernikahan (8)
Mewujudkan Impian, Pernikahan (8)
Mau tak mau, Sang Xia menutupi wajahnya entah karena apa. Melihat itu, Rong Zhan tiba-tiba maju selangkah, tetapi Sang Xia justru mundur setengah langkah. Kini, Sang Xia menatapnya dengan mata merah dan air mata yang mengalir.
Sepertinya ia hampir tidak bisa berdiri dengan kakinya sendiri.
Dan semua ini disebabkan oleh fakta bahwa Sang Xia telah mendapat pemahaman selama sesaat sebelumnya.
Setelah satu hal terungkap, begitu banyak hal yang membuatnya merasa bingung akhirnya satu per satu semakin jelas di benaknya.
Saat itu, Su Li secara mendadak kembali dari luar negeri karena akan menghadiri pernikahan seorang teman baik. Bahkan sahabatnya itu juga bersikeras untuk melibatkan dirinya…
Rong Zhan sendiri juga sangat aneh. Padahal selama ini, ia sangat benci jika sosok Sang Xia seringkali tidak berada di dekatnya, namun saat itu, ia terlihat baik-baik saja dan tidak mengatakan apa-apa.
Ia juga menarik kesimpulan jika Sang Xia cemburu karena Su Li begitu terobsesi dengan "teman baiknya" dan bahkan perubahan Rong Zhan yang penuh perhatian tentang itu. Sekarang, semua hal ini telah terpecahkan.
Hanya karena—-
Sebuah pesta pernikahan, di mana Rong Zhan adalah mempelai prianya.
Bahkan Rong Zhan sendiri-lah yang secara pribadi merancang gaun pengantin unik itu.
Dan gaun pengantin ini sekarang melekat pada tubuhnya.
Jadi…
Ia-lah yang menjadi mempelai wanita.
Tapi sungguh, pernikahan yang sempurna ini benar-benar tidak berani Sang Xia pikirkan. Itu semua hanyalah seperti mimpi. Namun kenyataannya, semua ini telah berdiri megah di hadapannya.
Kali ini, karena menahan tangis, sekuat tenaga Sang Xia menggigit bibirnya kuat-kuat. Hanya saja, begitu bulu matanya bergerak perlahan, air mata itu tak lagi bisa diam di pelupuk mata.
Ia sama sekali tidak bisa mengendalikannya.
Alhasil, Rong Zhan mendekat lagi dan langsung menariknya ke dalam pelukan, seolah berusaha menjadi tegar tanpa kehilangan kelembutan.
"Sayang, jangan menangis. Hatiku ikut merasa sakit melihat air matamu."
Sembari memeluknya erat-erat, Rong Zhan menciumnya dan berbisik di dahinya.
Namun tak bisa disangkal, kalimat itu justru semakin memancing air mata Sang Xia untuk semakin deras mengalir.
"Aku mencintaimu ..." bisik Rong Zhan seraya ia mencium matanya yang memerah.
Sang Xia benar-benar tenggelam dalam kenyataan yang tidak pernah ia duga, hingga membuatnya tidak bisa melepaskan diri. Bahkan kesadarannya baru dipulihkan setelah ia merasakan kakinya dipeluk oleh seseorang dan suara kecil yang sedikit samar terdengar.
"Ibu, Ibu… jangan menangis, jangan menangis."
Entah kenapa, tiap kali melihat Ibu-nya menangis, Xiao Ba Wanghua merasa takut. Ia juga turut merasa sedih sekaligus bingung.
Dan begitu Sang Xia teringat akan Xiao Ba Wanghua, seketika ia sepenuhnya disadarkan. Saat itulah ia langsung bertanya kepada Rong Zhan dengan suara serak, "Aku tidak peduli tentang hal lain, tetapi cedera putramu ..."
Jelas, ada keraguan sama-samar di hati Sang Xia.
Namun, ia sama sekali tidak menatap ke arah Xiao Ba Wanghua sekarang.
Setelah pertanyaan ini terlontar, Rong Zhan segera mengelak dan terbatuk, "Yah... Itu ... Jatuh, bagaimanapun juga, dia laki-laki..."
Sebelum Rong Zhan mampu menyelesaikan kalimatnya, Sang Xia lebih dulu memukul dadanya hingga terdengar bunyi gedebuk, yang membuatnya mengeluh tanpa henti. Tentu saja, tidak ada kepura-puraan lagi yang bisa ia tutupi.
Sementara Xiao Ba Wanghua yang sebelumnya hendak menangis sontak menatap kedua orang tuanya dengan mata terbelalak. Ia benar-benar terkejut. Saat itu, ia mengira ayahnya telah berkelahi dengan ibu. Tapi detik berikutnya, ia melihat ayah memeluk ibunya erat-erat, meski ibu masih memukuli ayah dengan diiringi oleh isak tangis dan suara serak, "Kamu bajingan! Benar-benar bajingan!"
Kali ini, Xiao Ba Wanghua ketakutan saat melihat apa yang ada di hadapannya. Melihat ibu menangis dengan begitu menyakitkan, ia mengerucutkan mulut kecilnya dan tiba-tiba mendorong Rong Zhan dengan tubuhnya yang bulat. Tapi tanpa diduga, dorongannya sama sekali tidak berpengaruh apa pun, justru tubuh bulatnya yang berjongkok di tanah hampir terbalik dan terguling.
Adegan itu benar-benar menciptakan gelak tawa yang melihat.