Halo Suamiku!

Aku Bukan Istri Sahnya (1)



Aku Bukan Istri Sahnya (1)

Tapi Rong Zhan memiliki kepekaan yang cukup kuat untuk mengetahui bahwa Bo Yi masih memiliki perasaan yang dalam untuk istrinya. Lagi pula, bagaimana mungkin ia tidak tahu jika Bo Yi sudah memiliki kekasih?     

Tidak. Bo Yi sama sekali belum memilikinya.     

Kini, kedua pria itu saling menatap. Meski Bo Yi tidak membuka suaranya lagi, tetapi lubuk hatinya menjawab tepat di saat itu, "Rong Zhan adalah belahan jiwa Sang Xia dan dia baik-baik saja. Selama Sang Xia baik-baik saja, Rong Zhan juga akan demikian. Jadi mereka baik-baik saja dan hubungan keduanya sangat baik."     

Satu sama lain terlihat bahagia.     

Hanya saja, Bo Yi tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa mengatakannya.     

Sementara Rong Zhan yang menatapnya dalam-dalam juga tidak berusaha untuk memaksa. Justru sebuah senyum kecil muncul di bagian bawah matanya yang sipit. Akhirnya, keadaan ini benar-benar menjadi berkat yang nyata, "Aku sangat berharap sahabatku yang baik bisa selalu bahagia."     

Tahun itu, ia-lah yang lebih dulu jatuh cinta pada Sang Xia pada pandangan pertama.     

Tapi di tahun yang sama, Bo Yi justru bergerak lebih dulu.     

Alhasil, selama beberapa tahun itu, Rong Zhan hidup dalam penderitaan yang panjang dan menyakitkan. Ia sangat ingin melarikan diri, tetapi hatinya justru jatuh lebih dalam dan semakin dalam.     

Namun, ia bukanlah pria bajingan yang akan merampas milik orang lain. Dengan sabar, ia terus menunggu sampai mereka berpisah.     

Selain itu, ia juga memikirkan hubungannya dengan mereka berdua, tetapi ia benar-benar ingin memberi dirinya sendiri kesempatan. Bagaimanapun, ia-lah yang pertama kali bertemu dengan Sang Xia dan takdir datang darinya, bukan? Karena itulah ia jatuh lebih dalam dan semakin dalam lagi untuknya. Satu hal lagi yang perlu diingat, ia tidak akan pernah mau menyerah.     

Tentu saja, ia juga berharap Bo Yi dapat menemukan kembali kebahagiaannya sendiri.     

Apalagi, ia tidak ingin dituduh telah merebut kekasihnya.     

Padahal ia sama sekali tidak melakukan itu. Bahkan jika bukan karena dirinya, Bo Yi dan Sang Xia tentu tidak akan pernah bisa bersama.     

Tapi seringkali, orang lain tidak bisa benar-benar memahami semuanya, apalagi mengerti.     

Jadi, baik di depan umum maupun secara pribadi, ia sangat berharap Bo Yi bisa bahagia.     

Sampai akhirnya, Bo Yi balas tersenyum, "Ya, jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."     

Sesaat setelahnya, dua anak Sang Xia dan Rong Zhan berlari mendekat, "Ayah, Ibu..."     

Tak bisa disangkal, saat Bo Yi memandangi dua bayi itu, sorot matanya masih menyiratkan kesedihan. Terlebih lagi, saat ia kembali teringat akan apa yang terjadi pada mereka beberapa saat yang lalu.      

Anak-anak Sang Xia memang benar-benar pintar.      

Tampaknya, ia juga baru menyadari bahwa kebahagiaan yang tidak bisa ia berikan untuk Sang Xia telah diberikan oleh orang lain. Meskipun menyesal, tapi ia lebih bersyukur.     

Siapa pun yang mencintai Sang Xia.     

Bo Yi berharap wanita itu akan tetap bahagia.     

 **     

Pukul 8 malam itu, kembang api akan dinyalakan di vila besar milik Rong Zhan.     

Semua orang telah membungkus diri mereka masing-masing dengan menggunakan mantel dan pergi ke luar untuk menonton kembang api setelah sesi makan selesai.     

Beberapa pria telah berdiri di luar dan bersiap untuk menaruh kembang api di sana. Masing-masing dari sosok mereka terlihat tinggi dan ramping. Melihat para pria berdiri di atas salju dengan mantelnya, sungguh sangat menyenangkan mata, apalagi di bawah cahaya lampu villa yang terang benderang.     

Karena Rong Zhan telah berhenti merokok, begitu pun dengan Su Xun yang juga telah melakukannya karena kehamilan Ye Zi, alhasil sebagai gantinya, Jun Hang mengeluarkan sebatang rokok dan memasukkannya ke dalam lipatan bibirnya. Setelah ia menyalakan korek, api biru itu di ujung korek itu tampak berkedip-kedip. Dengan wajah dingin dan terasing, ia menyalakan puntung rokok dengan santai.     

Setelah rokok dinyalakan, api merah turut memeriahkan malam itu.     

Kemudian, ia berjalan ke arah kembang api dan perlahan menyalakan sumbunya.     

Entah apa yang Su Li sadari, tapi tiba-tiba ia berbalik untuk berbicara dengan Xiaoyou. Hanya saja, ia mendapati sosok Xiaoyou yang telah menyeka wajahnya sembari bersandar di tepi pagar. Dari belakang, punggungnya tampak sangat kesepian dan lelah.     

Seketika itu juga Su Li terpana.     

Tampilan ini sontak mengingatkan Su Li pada kejadian beberapa saat lalu.     

Saat itu, Youyou tampak tersenyum bahagia dan terlihat manis di depan semua orang, dan bahkan ia menerima buket pengantin dengan ceria     

Tapi sekarang, kenapa…     

Tunggu.     

Mau tak mau, Su Li memikirkan bahwa setelah pernikahan di gereja siang tadi, Xiaoye dan Su Xun menuju ke villa bersama, begitu pun dengan Bo Jing dan Kimi. Hampir semua orang bersama keluarga dan kekasihnya, tetapi kini ia baru menyadari bahwa hanya Youyou-lah yang mengikuti di belakangnya tanpa seorang pria.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.