Halo Suamiku!

Aku Bukan Istri Sahnya (4)



Aku Bukan Istri Sahnya (4)

Saat itu, Bo Jing menjawab dengan tenang, "Bu, jangan khawatir. Aku dan Josh tentu menginginkannya, kami berdua juga sangat menyukai anak-anak, tetapi hal semacam ini tidak datang dengan tergesa-gesa. Bahkan terkadang justru di saat yang tidak terduga."     

Setelah mendapatkan penegasan dari keduanya, Nyonya An merasa jauh lebih tenang dan akhirnya memberikan tanggapan sambil tersenyum, "Syukurlah, begitu lebih baik."     

Yang terpenting, ia sudah memastikan jika Bo Jing bersedia memiliki keturunan. Kemudian, ia kembali berkata dengan santai, "Kalian berdua sehat-sehat saja, kan? Kalau begitu, lebih cepat lebih baik. Sepertinya Ayah dan Ibu tidak perlu menunggu lama."     

Begitu Nyonya An mengatakan ini, jantung Josh berdebar kencang.     

Senyum lembut di wajahnya pun berubah menjadi agak kaku.     

Tentu hal itu tak luput dari perhatian Bo Jing. Diam-diam, ia menariknya semakin dekat sembari memeluk bahunya dengan lembut. Ketika akhirnya ia kembali berucap, suaranya terkesan tegas meski terdengar sangat tenang, "Ya, tidak perlu menunggu terlalu lama."     

Setelahnya, ia menundukkan kepala untuk mencium kening Josh.     

Sontak, wajah kecil Josh semerah tomat dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Sudah pasti keintiman semacam ini akan berbeda jika dilakukan di depan para tetua.     

Nyonya An sendiri dan putrinya hanya saling memandang dan tersenyum satu sama lain.     

Cinta antara keduanya tidak lagi bisa disangkal. Tanpa perlu mengatakannya pun, semua orang bisa melihat perasaan yang bersemi di sana. Jadi apa pun yang mereka alami selama bulan madu itu, yang pasti dapat membuat mereka berdua sama-sama melihat hati masing-masing dan membuat keduanya saling mencintai. Ini adalah hal terbaik.     

Sementara itu di lain sisi, Bo Yi terlihat duduk di sofa kulit tepat di sebelah ayahnya. Sejak ia diculik pada usia tiga tahun, kemudian menderita trauma fisik dan mental, ia jadi kurang berkomunikasi dengan keluarganya, apalagi kedua orang tuanya. Sejak saat itu, ia lebih sering menyendiri.     

Meski orang tuanya memberinya lebih banyak perhatian, tetap tidak pernah bisa menebusnya.     

Dan saat ini, Bo Jing berencana pergi lebih dulu dengan istri barunya. Seketika, ayahnya dan Bo Yi bangkit untuk mengantar mereka pergi.     

Alhasil, hanya tersisa Nyonya An dan Xiaoyou yang beristirahat di sofa.     

Dengan manja, Youyou langsung meraih lengan ibunya dan meringkuk di bahunya, seolah ia ingin mencari kenyamanan setelah terhimpit dengan keresahannya selama ini.     

Mendapati itu, Nyonya An sontak menundukkan kepala sembari menyentuh wajah putrinya dan berkata dengan suara lembut, "Bagaimana kabar bayi perempuanku ini sekarang? Aku dengar kamu pergi ke Jerman bersamanya. Ada apa? Apa semuanya baik-baik saja?"     

"Dia" yang dimaksud Nyonya An sudah jelas adalah Jun Hang.     

Youyou seketika mendongak dengan senyum manis yang menenangkan, "Tentu saja, Bu, jangan khawatir. Kami baik-baik saja."     

"Kamu memang sangat keras kepala sejak kecil. Bahkan sekarang, kamu jauh dari orang tua dan harus mengejar cinta sejatimu. Ibu dan Ayah tidak bisa mengatakan apa-apa selain memberikan restu dan doa. Hanya saja, ingatlah, kamu seorang gadis, kamu perlu tahu bahwa rumahmu akan selalu menjadi milikmu. Rumahmu, rumah kita, akan selalu menjadi pelabuhan atas semua kesulitan dan keluhan apa pun yang telah kamu derita. Ketika saatnya untuk kembali, kamu harus kembali, mengerti?" ucap Nyonya An seraya turut tersenyum sambil menganggukkan kepala,      

Youyou yang bersandar di bahu Nyonya An saat ini kemudian berpikir tentang apa yang terjadi di Jerman setelah mendengar semua kata-kata ibunya. Entah kenapa, hidungnya tiba-tiba tersumbat dan air matanya ingin meronta keluar.     

Tapi ia mencoba yang terbaik untuk menahannya. Jadi, mau tak mau, ia tersenyum sambil mengusap bahu ibunya dan mengangguk.     

Namun saat ini, karena Youyou tidak datang bersama dengan Jun Hang dan ia takut ibunya akan curiga, jadi Youyou lebih dulu memberikan alasan, "Bu, dia harus pergi menemui orang tuanya sekarang. Jadi, aku pun juga jarang menemuinya di sini."     

Orang tua yang dimaksud tentu orang tua angkat Jun Hang, yaitu Ayah dan Ibu Rong Zhan.     

Tapi tanpa diduga, sesaat setelah ia mengatakan ini, ibunya menepuk pelan punggung tangannya, "Tidak apa-apa. Jun Hang sudah datang ke sini sebelumnya—-"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.