Aku Bukan Istri Sahnya (8)
Aku Bukan Istri Sahnya (8)
Namun, ia tetap acuh tak acuh.
Lagi-lagi Jun Hang tidak menyerah, bahkan kali ini ia semakin mendekat. Tubuhnya kini tepat di belakangnya, lalu ia meraih lengannya dan ingin membalikkan tubuhnya.
Namun reaksi Youyou sungguh sangat tidak terduga. Seketika, ia menepis tangan Jun Hang dengan kuat sembari berteriak, "Jangan sentuh aku!"
Meski tersentak.
Tapi Jun Hang tetap tidak menyerah. Setelah ditepis, ia tetap mengulurkan tangan dari belakang untuk memeluknya.
Tentu Youyou juga tidak mudah luluh. Ia terus berjuang keras, menepuk-nepuk tangannya, dan terus berteriak. Bahkan suaranya kini mulai serak, "Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku, aku tidak ingin kamu menyentuhku..."
Jun Hang tetap memeluknya erat-erat, tidak peduli seberapa keras ia meronta.
Meski kenyataannya.
Mata Youyou sudah memerah dan entah kapan air mata telah mengaliri seluruh wajahnya. Saat ini, ia terus menyingkirkan tangan Jun Hang dan mencoba menghindarinya. Suaranya yang serak dan terisak pun terdengar begitu menyedihkan, "Brengsek, brengsek, dasar pembohong, aku tidak ingin kamu menyentuhku. Jika kamu sudah menyentuh wanita itu, jangan sentuh aku lagi. Kamu kotor. Kamu bukan lagi pria yang kuidamkan. Aku benci padamu... Pergi... Aku benci kamu, aku benci kamu..."
Namun, Jun Hang tetap memeluknya erat-erat, bahkan semakin menekan lengannya yang meronta, dan dengan kuat membuka mulutnya tepat di telinga Youyou, "Tidak, aku sama sekali tidak melakukannya!"
"Tidak, aku tidak percaya...! Kamu pembohong. Aku melihat wanita yang mereka izinkan untuk kamu nikahi memasuki kamarmu... Bahkan tetap di kamarmu sepanjang malam... Kamu pembohong... Kamu pembohong… Lepaskan aku..."
Pada akhirnya, mata Youyou yang membengkak dan suaranya yang tercekat menciptakan kebisuan. Rasa sakit dan tekanan yang ia rasakan selama lebih dari seminggu ini benar-benar pecah ketika ia tidak bisa menghindari Jun Hang malam ini.
Tapi karena ia tidak berani mengeluarkan suara keras, alhasil, ia hanya bisa menangis dalam depresi dan kesakitan.
Sementara tubuh Jun Hang membeku di tempat, tetapi ia tetap tidak berani melepaskannya.
Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya ia baru mengeluarkan suara perlahan, "Youyou, sebelum kita ke sana, kita sudah sepakat untuk menghadapi semuanya bersama... Kamu berkata bahwa kamu akan selalu bersamaku... Kamu juga mengatakan bahwa kita harus percaya pada cinta satu sama lain, dan tidak ada dari kita yang boleh menyerah."
Ketika mengatakan ini, Jun Hang mencoba perlahan melepaskan tangan yang memegang tubuh Youyou dan membalikkannya.
Tampaknya, tangisan itu belum reda. Ia juga masih menolaknya dan sedetik pun enggan menatap ke arahnya.
Sampai akhirnya, Jun Hang memegang dagunya untuk memaksa Youyou melihat ke arahnya, "Youyou, apa kamu lupa semua kata-kata itu?"
Tapi Youyou masih terus meronta-ronta dan hanya bisa menyindir dengan berlinang air mata, "Bagaimana aku bisa lupa? Beraninya aku lupa?! Tapi ketika fakta ada di depanku dan orang lain mengatakan itu langsung padaku, apa lagi yang bisa aku pikirkan…? Masih bisakah… aku percaya padamu?"
Ketika Youyou mengatakan ini, tiba-tiba ia menyeka air matanya, seolah ia tidak ingin terlalu mempermalukan dirinya sendiri. Kemudian, ia tersenyum sinis dengan matanya yang memerah dan ia mengatakan apa yang tampaknya sangat rasional, "... Semua orang mengatakan padaku bahwa segala sesuatu tentangku tidak layak untukmu... Ya ... Jika aku tidak pergi ke sana, aku tidak akan pernah tahu bahwa pamannya-lah yang telah menyembuhkan kakimu... Jika aku tidak pergi ke sana, aku tidak akan pernah tahu bahwa sudah ada seorang putri yang telah menunggumu... sedangkan aku? Apa aku? Paling-paling aku hanyalah salah satu kekasihmu. Bahkan aku melihatnya datang ke kamarmu! Sebelum kamu kembali, itu berlalu lama sekali. Jadi apa yang terjadi padamu di sini..."
Wajah dingin Jun Hang akhirnya tampak suram dan matanya yang sangat dalam bersorot penuh kerumitan, "Youyou."
Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak melontarkan satu kata itu.
Nama Youyou.