Ye Zi, Aku, Menunggumu
Ye Zi, Aku, Menunggumu
Benar...
Karena beberapa orang tidak bisa melakukan hal itu, jadi dirinyalah yang harus bertindak.
Dan dilihat dari temperamen Su Xun, jika dia ingin kembali kali ini, apa yang akan terjadi di masa depan?
Su Xun pasti tidak bisa menahan godaan lagi.
Setelahnya, saat Ye Zi berencana untuk pergi, mau tak mau An Yan harus mengantarnya. Namun tak lama setelah mereka tiba, An Yan memanggilnya.
"Huh?"
Ye Zi menoleh ke belakang.
Sosok An Yan bertubuh tinggi tegap dan anggun. Saat ini, tubuhnya dibalut dengan setelan jas yang terlihat elegan.
Pada saat Ye Zi kembali menatapnya, dia berpikir dalam hatinya bahwa dia lebih tua, lebih pengertian dan lebih dewasa.
Bukankah hanya pria seperti itu yang bisa membuat wanita menjalani kehidupan yang tenang dan bahagia tanpa merasa lelah?
Saat ini, An Yan menatap Ye Zi lalu perlahan berjalan mendekat ke arahnya. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh rambut pendek lembutnya. Tak lupa, senyuman lembut juga muncul di sudut bibirnya, lalu terlontar kalimat, "Kamu bilang kamu akan mengundangku makan malam lain kali... aku, akan menunggumu."
Aku, akan menunggumu.
Ye Zi segera mengangkat kepalanya dan menatapnya sambil tersenyum. Meski matanya yang besar masih agak memerah, tapi dia tetap berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, kamu telah membantuku hari ini. Aku telah bebas, tapi Tuan An Yan, kamu orang yang sibuk. Selama kamu punya waktu, aku bisa mentraktirmu makan besar kapan saja. Roma punya banyak makanan istimewa."
Sementara An Yan terus menatapnya dalam. Kali ini, tatapannya menjadi lebih akrab, tetapi nadanya terdengar sangat serius, "Oke, kalau begitu..."
"Huh?"
"Aku baru akan kembali ke Roma minggu depan untuk membicarakan bisnis. Jadi aku akan menghubungimu di waktu luang selama itu tidak mengganggumu."
Mendengar hal ini, Ye Zi segera melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Bagaimana mungkin! Tuan An Yan, kamu bisa sangat yakin bahwa kamu bisa melakukanya. Aku tidak akan mengingkari kata-kata tentang apa yang telah aku janjikan."
Sesaat setelah mengatakannya, telepon berdering di saku Ye Zi. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan melihat ke arah layar. Lalu dia melambai pada An Yan, "Aku akan naik dulu. Selamat tinggal, Tuan An Yan."
Setelah berpamitan dengan An Yan, Ye Zi naik ke gedung markas sembari mengangkat panggilan itu.
Sementara An Yan yang melihat bayangan sosok Ye Zi yang semakin menjauh, matanya memunculkan sentuhan kelembutan.
Sampai dia melihat sosok itu menghilang, dia perlahan menarik matanya dan melangkah pergi.
Dan adegan itu tak luput dari pandangan seseorang yang berada di dalam mobil tak jauh dari sana. Hanya dengan melihatnya saja dia bisa mengerti.
Dari komunikasi mereka saat berpisah, jelas artinya mereka akan bertemu lagi di masa depan. Itu berarti, pandangan pria itu pada Ye Zi tidak biasa. Su Xun terlalu jelas mengetahuinya. Begitulah seharusnya pria memandang wanita.
Secara fisik, itu seperti ketertarikan heteroseksual. Secara emosional, pria itulah yang tertarik padanya
Saat ini, Su Xun.
Dia sudah meletakkan teropong berkekuatan tinggi itu dan meletakkan benda itu tanpa daya di sisinya.
Dia bersandar di punggung kursinya, kepalanya terangkat, sedangkan lengannya yang lain di atas matanya.
Apa yang sebenarnya telah dia lakukan.
Apa yang sebenarnya telah dia lakukan.
Mengapa hatinya sangat sedih? Rasanya seperti dia ditarik oleh seseorang. Rasanya seperti dia dicabik dengan paksa.
Dia merasa seperti ada sesuatu yang jelas miliknya sedang berusaha dirampas oleh orang lain. Dia takut dan khawatir, tetapi tampaknya semua itu sudah terlambat.
Hati Su Xun sangat sakit hingga bahkan mampu membuat ujung jarinya gemetar.
Akhirnya, dia keluar dari mobil.
Dan berjalan masuk ke dalam markas--