Pertemuan
Pertemuan
Orang-orang di sekitar secara refleks menjadi gempar ketika mereka melihat Xiao Yan memberikan pelajaran kepada wanita berbaju biru itu dengan sikap yang tanpa basa-basi seperti itu. Tatapan mata mereka seketika tertegun saat mereka memandang orang yang bernyali itu. Jumlah orang yang layak memberikan pendapat kepada wanita itu tidak lebih dari lima orang. Terlebih lagi, kelima orang ini sebagian besar adalah para Tetua dari Departemen Ahli Kimia. Pemuda berjubah hitam ini, yang tampak cukup muda, jelas tidak berada di antara mereka.
Wanita berbaju biru di panggung juga tertegun karena kata-kata Xiao Yan. Meskipun ia samar-samar merasakan kualitas obat itu mungkin memang akan lebih baik jika ia melakukan apa yang dikatakan Xiao Yan, ia masih bersifat agak dingin dan angkuh. Jika orang itu adalah seorang tetua dari Departemen Ahli Kimia, ia mungkin mau mendengarkan dan belajar dengan cermat. Namun, umur Xiao Yan jelas tampak sama dengannya. Oleh karena itu, sulit baginya untuk menerima saran Xiao Yan. Raut wajah cantiknya juga berubah menjadi agak buruk, "Siapa kau?"
"Apakah berkata secara acak hanya boleh dilakukan jika orang itu hebat? Jika kau merasa bahwa yang baru saja aku katakan itu salah, kau bisa abaikan saja." Xiao Yan tersenyum tipis dan menjawab dengan santai.
Xin Lan sejenak kebingungan setelah mendengar kata-kata tenang Xiao Yan itu. Ia jelas terpaku. Ada sangat sedikit orang di Akademi Dalam yang akan berbicara kepadanya seperti ini. Ia seketika menggertakkan giginya sedikit dan berkata, "Ini adalah markas dari 'Gerbang Pan'. Hanya para anggota Gerbang Pan yang diperbolehkan masuk. Kau bahkan berjalan-jalan secara asal tanpa mengenakan sebuah lencana. Ini melanggar aturan. Kau dari bagian dari faksi mana?"
Setelah mendengar kata-kata Xin Lan, para anggota Gerbang Pan di sekitar juga menyadari bahwa Xiao Yan tidak mengenakan sebuah lencana. Tatapan mata mereka seketika menjadi jauh lebih waspada. Gerbang Pan memiliki peraturan tegas bahwa mereka yang berjalan di dalam harus mengenakan sebuah lencana. Peraturan ini adalah sesuatu yang diketahui oleh semua anggota Gerbang Pan. Jadi, jarang ada masalah yang mirip dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Lagipula, 'Gerbang Pan' tidak lagi selonggar kala itu.
"Aku datang untuk mencari seseorang." Xiao Yan agak tak berdaya saat ia merasakan tatapan waspada itu. Karena sudah tidak kembali ke Akademi Dalam selama dua tahun, ia tidak menduga ia sungguh dihadapkan dengan interogasi memalukan semacam itu.
"Mencari seseorang? Jika orang asing memasuki Gerbang Pan untuk mencari seseorang, harus ada seseorang yang mengantarnya. Secara acak masuk ke sini tidak akan berakhir dengan baik." Xin Lan berjalan menuruni panggung tinggi, dan seketika membawa sebuah aroma tenang yang samar, saat ia muncul di depan Xiao Yan. Matanya menatap wajah Xiao Yan. Perasaan tak asing itu menjadi lebih pekat lagi. Bahkan, nadanya yang semula dingin telah sedikit menjadi lebih hangat. "Kau sebaiknya berhati-hati lain kali. Siapa yang kau cari?"
"Hu Jia dan Wu Hao. Minta mereka datang dan menemuiku." Xiao Yan mengusap kepalanya dan tersenyum saat ia menjawab.
Wajah Xin Lan dan orang-orang di sekitar secara refleks menjadi agak aneh setelah mendengar kata-kata ini. Saat ini, posisi Wu Hao dan Hu Jia di dalam Akademi Dalam luar biasa. Bahkan para anggota 'Gerbang Pan' jarang melihat mereka. Namun, pemuda berjubah hitam ini ternyata membuka mulutnya dan meminta mereka berdua keluar dan menemuinya?"
"Senior Hu Jia dan Senior Wu Hao biasanya sangat sibuk. Tidak mudah untuk menemui mereka. Terlebih lagi, kau bukanlah satu-satunya di Akademi Dalam yang ingin bertemu mereka." Xin Lan menggelengkan kepalanya. Tangan lembutnya memisah rambut hitam di depan keningnya saat ia berbicara dengan nada yang tenang. Ia saat ini memperlakukan Xiao Yan sebagai murid biasa yang diam-diam telah menyelinap ke Gerbang Pan. Ini bukanlah pertama kalinya orang semacam itu muncul.
Xiao Yan tertawa kecut saat mendengar kata-kata dari Xin Lan. Ia seketika mengangkat kakinya dan berjalan menuju kerumunan. Orang-orang memberi jalan saat ia bergerak, dan seorang wanita muda yang mengenakan gaun berwarna merah berdiri dengan sikap yang terpaku. Sepasang mata besar menatap dengan saksama ke pemuda berjubah hitam yang sedang berjalan mendekat.
Wanita yang sedang mengenakan sebuah gaun merah itu tidak tinggi, tetapi, hal itu membuat orang merasa bahwa ia imut dan cantik. Tentu saja, meskipun dengan ukuran wanita muda itu, yang tampak kecil dan menawan, dadanya yang besar jarang terlihat. Wajahnya yang indah memancarkan jejak pesona memikat di tengah-tengah kemurniannya. Kecantikan ini tidak kalah dari wanita berbaju biru tadi. Ini bisa dilihat dari tampang-tampang kagum yang berulangkali melesat ke arahnya.
Langkah kaki Xiao Yan berhenti di depan wanita muda bergaun merah itu. Ia memandang wajahnya yang menjadi terpaku setelah melihat Xiao Yan dan secara refleks tersenyum. Seketika, ia menjulurkan tangannya dan menepuk kepala wanita itu di hadapan tatapan mata tertegun semua orang, sebelum berbicara dengan sebuah senyuman, "Kau sudah agak tumbuh dalam dua tahun kita tidak bertemu."
Wanita itu mendadak terbangun oleh tindakan Xiao Yan yang agak penuh kasih sayang itu. Ia memandang senyum hangat di wajah Xiao Yan dan kelembaban seketika bergejolak di mata besarnya. Dua tetes air mata sejernih kristal mengalir turun dari wajahnya dan terjatuh. Semenjak masalah kala itu, orang di depannya sepertinya tidak pernah menunjukkan tindakan penuh kasih sayang semacam itu terhadapnya…
Wanita muda yang matanya mendadak menjadi lembab itu, seketika menyebabkan amarah dari orang-orang di sekitar. Banyak tatapan mata murka dengan cepat dilayangkan kepada Xiao Yan.
"Xiao Mei, apa yang terjadi padamu? Apakah kau baik-baik saja?" Sesosok berwarna biru dengan cepat muncul di sebelah wanita muda yang mengenakan gaun merah itu. Ia bergegas bertanya setelah melihat mata 'pir'-nya mekar dan basah seperti hujan. Di saat yang bersamaan, ia menatap Xiao Yan sembari alis matanya menjadi tegak lurus. Ia baru saja hendak menegur, ketika ia ditahan oleh Xiao Mei. Sebuah suara yang malu seketika terpancar dari belakangnya.
"Xiao… Xiao Yan. Ini benar-benar dirimu?"
Xin Lan langsung mengernyitkan alis matanya setelah ditahan oleh Xiao Mei. Ia baru saja hendak berbicara ketika raut wajahnya perlahan menjadi kaku. Mata cantiknya melebar saat ia memandang pemuda berjubah hitam di depannya dengan tertegun, "Xiao… Xiao Yan?"
Sepupu Xiao Yan?
Semua orang yang hadir tahu bahwa Xiao Mei adalah saudari sepupu dari pendiri 'Gerbang Pan'. Siapa yang bisa dipanggil sebagai saudara sepupu olehnya dan memiliki nama Xiao Yan… siapa lagi selain pendiri 'Gerbang Pan,' yang memiliki reputasi tak tertandingi di dalam Akademi Jia Nan?
Lapangan terbuka yang bising itu mendadak menjadi hening. Sinar matahari berhamburan turun dari langit dan menyinari banyak wajah-wajah yang tertegun. Pada saat ini, sejenis perasaan tidak percaya bangkit di hati semua orang.
Pendiri 'Gerbang Pan,' yang hanya ada di legenda, baru saja muncul di depan mereka entah dari mana?
Saat mereka memandang wajah yang menunjukkan senyum itu, semua orang tahu bahwa 'Gerbang Pan' kemungkin akan membara karena hal ini…
…
Suasana di dalam aula yang luas dan terang itu pun menjadi panas dan bersemangat. Beberapa tatapan mata yang mengandung berbagai macam emosi terkumpul pada pemuda berjubah hitam yang duduk di atas sebuah kursi di aula itu.
Tidak banyak orang di dalam aula. Hanya ada beberapa orang yang bisa dihitung dengan jari yang hadir. Terlebih lagi, mereka semua bukanlah orang-orang asing. Selain Xiao Mei dan Xin Lan, beberapa sisanya adalah teman lama yang telah masuk ke Akademi Dalam bersamaan dengan Xiao Yan, dan mengikutinya ketika 'Gerbang Pan' didirikan.
Xiao Mei berdiri dengan patuh di sebelah Xiao Yan. Teko teh di tangannya dimiringkan dan segaris air mengalir keluar, dengan cermat mendarat di cangkir teh di depannya. Karena ia sedikit membungkukkan tubuhnya, sebuah warna putih salju yang memikat pun muncul, menarik mata orang-orang.
Xiao Yan memandang ke depan dengan stabil. Baru setelah Xiao Mei selesai menuang teh itu dan menegakkan tubuhnya, tatapan matanya melayang saat ia tersenyum kepada Xiao Mei. Seketika, tatapannya terarah kepada beberapa orang di aula dan dia pun tertawa, "Semuanya, mohon duduklah. Kita adalah teman, mengapa kalian perlu sebegitu sopan?"
"Hee hee, ketua, kami telah menunggu kembalinya dirimu. Regu orang-orang di luar sepertinya telah menjadi menggila…" Seseorang berbadan kekar mengusap kepalanya dan tertawa dengan sikap yang sederhana dan jujur. Xiao Yan mengingatnya, Atai, sebuah nama yang sederhana dan tanpa basa-basi. Kala itu, orang inilah yang semula mendesak dibentuknya 'Gerbang Pan'. Namun, setelah tidak bertemu bertahun-tahun, sikapnya yang sekarang telah menjadi agak formal dan menahan diri di hadapan Xiao Yan. Lagipula, ada cukup banyak rumor mengenai XiaoYan selama beberapa tahun ini. Perbedaan di antara mereka berdua juga diam-diam telah ditarik menjauh. Pertemanan di masa lalu itu juga ditambahkan dengan rasa hormat dan rasa takut.
Xiao Yan tersenyum tipis dan mengeluh jauh di dalam hatinya. Setelah tidak kembali untuk waktu yang begitu lama, ia mulai merasa orang-orangnya telah berubah, meskipun bangunannya tetap sama.
"Kau… kau sungguh adalah ketua?" Xin Lan, yang menunjukkan tatapan mata tidak biasa dalam menatap Xiao Yan, akhirnya tidak bisa menahan untuk bertanya ketika Xiao Yan menghela nafas secara emosional.
"Kenapa? Aku tidak tampak seperti dirinya?" Xiao Yan memandang ahli kimia cantik dari Gerbang Xiao itu dan langsung menggoda.
Wajah Xin Lan menjadi sedikit merah. Tatapan matanya tidak menunjukkan banyak rasa malu, saat ia kembali mengamati Xiao Yan dengan cermat. Ia menjawab dengan anggun, "Kau jauh lebih tampan dibandingkan patungnya. Jadi, aku tidak bisa mengenalimu tadi. Tolong jangan salahkan diriku."
Xiao Yan tidak bisa menahan senyumannya dan menggelengkan kepalanya ketika ia mendengar hal ini. Ia baru saja hendak berbicara, ketika pintu yang tertutup rapat dibanting terbuka. Sebuah dengusan menawan bergema di sekitar aula besar itu.
"Hmm, bocah, kau akhirnya kembali. Kau telah pergi selama dua tahun. Kau benar-benar menikmati menjadi pemilik yang tidak bertanggung jawab, ya?"
Xiao Yan tidak bisa menahan untuk tersenyum ketika ia mendengar suara yang tak asing itu. Ia mendongakkan kepalanya dan hanya bisa melihat sinar matahari menyinari masuk dari luar. Seorang wanita berambut pendek dengan sosok yang menawan berdiri di bawah sinar matahari yang menembus masuk, dan sepasang mata terang yang tegar dengan ganas menatap Xiao Yan. Seorang pria dengan pedang penguasa berat berwarna darah di punggungnya berdiri di sebelah wanita itu. Wajah yang biasanya dingin dan tegas itu saat ini penuh dengan kegembiraan yang datang dari hatinya.
Sebuah senyuman yang mengharukan pun berangsur-angsur muncul di wajah Xiao Yan, saat ia memandang dua sosok familiar di ambang pintu tersebut.