~Teka-Teki~
~Teka-Teki~
Zhao Mimi langsung menyenggol lengan Lee Huanran saat Lee Huanran mengatakan hal itu. Sebuah hal yang sangat tabu yang bahkan hal itu sangat diperhatikan dengan begitu cermat oleh Jiang Kang Hua agar dia tidak melewati batasannya itu.
Wajah Jiang Kang Hua tampak memerah, kemudian dia menundukkan wajahnya dalam-dalam. Liu Anqier langsung melototi Lee Huanran karena hal itu.
"Apa yang kau katakan itu, Dayang Lee? Jangan membual di siang bolong seperti ini. Panglima Jiang adalah Panglima yang agung, bagaimana bisa Panglima Jiang melakukan hal itu," Liu Anqier mencoba untuk menengahi masalah ini. Karena pun dia tidak ingin membuat hubungan baik antara Jiang Kang Hua dan Chen Liao Xuan menjadi berantakan.
"Apa yang dikatakan oleh Dayang Liu memang benar, bagaimana bisa hamba berani untuk jatuh hati kepada Dayang kesayangan Yang Mulia Raja. Dayang Lee sepertinya ada yang tidak beres dengan otakmu,"
Mendengar hal itu, Zhao Mimi pun terkekeh juga. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya seorang Jiang Kang Hua berusaha sekuat tenaga untuk membantahh suatu hal. Padahal biasanya, dia cenderung tidak peduli dengan ha-hal yang bersifat seperti itu. Apa pun anggapan orang kepadanya, apa pun yang dikatakan orang kepadanya, dia tidak akan pernah peduli sama sekali sampai kapan pun itu.
"Maafkan kami, Yang Mulia. Kami telah sangat lancang. Kalau seperti itu kami pamit undur diri dulu," Zhao Mimi pun langsung menarik lengan Lee Huanran untuk diajaknya pergi. Sementara Liu Anqier hendak ikut pergi tapi ditahan oleh Chen Liao Xuan.
"Kau mau ke mana, Dayang Liu? Bukankah kau seharusnya masih ada di sini?" tanya Chen Liao Xuan.
Bukan tidak apa-apa, hanya saja Liu Anqier bingung harus bagaimana. Dia benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi nanti jika sampai Chen Liao Xuan Tahu tentang masalah yang telah dilakukan Cheng Wan Nian.
"Hamba… hamba…," kata Liu Anqier tergagap. Dia takut, takut sekali. Chen Liao Xuan menarik sebelah alisnya, tangannya menggenggam erat tangan Liu Anqier. Matanya menembus mata Liu Anqier, dan kilasan-kilasan yang Liu Anqier lihat seolah menembus secara transparan kepadanya. Rahang Chen Liao Xuan mengeras, melihat apa yang dilakukan oleh Li Zheng Xi beserta Cheng Wan Nian yang bahkan sampai detik ini belum juga selesai. "Hamba, hamba ingin kembali ke kediaman hamba. Sepertinya, hamba sedang tidak enak badan, Yang Mulia," kata Liu Anqier.
Chen Liao Xuan hanya bisa apa, selain dia melepaskan Liu Anqier. Dia tidak mau kalau sampai Liu Anqier merasa bersalah kepadanya, hanya karena Liu Anqier memendam apa yang dia lihat dan tidak jujur kepadanya.
"Baiklah, istirahatlah. Mulai malam nanti pekerjaanmu sebagai penyicip hidanganku akan kembali dimulai. Kau akan bekerja seperti biasanya, Dayang Liu."
"Baik, Yang Mulia. Hamba akan mengingat setiap perintah yang Yang Mulia berikan kepada hamba," kata Liu Anqier lagi. Liu Anqier langsung pergi, membuat Jiang Kang Hua memandang kepergian Liu Anqier dalam diam.
Untuk kemudian dia berjalan mendekati rajanya, yang kini menundukkan wajahnya dalam-dalam. Andai Liu Anqier tahu, jika Cheng Wan Nian sama sekali tak berarti baginya. Hanya rasa kecewa kepada dua orang yang dipercayai saja yang membuat Chen Liao Xuan kesal bukan main.
"Yang Mulia, kenapa Anda membiarkan Dayang Liu pergi? Bukankah Yang Mulia Raja datang kesini untuk bertemu dan melepas rindu dengan Dayang Liu?" tanya Jiang Kang Hua.
Chen Liao Xuan berjalan menuju taman istana, membuat Jiang Kang Hua mengikutinya dengan begitu patuh. Sejenak Chen Liao Xuan menahan napasnya kemudian dia mengembuskannya secara perlahan.
"Karena Dayang Liu dan mungkin kedua Dayang lainnya itu tahu apa yang terjadi pada Penasihat Li dan Selir Cheng."
"A… apa? Kenapa bisa?" tanya Jiang Kang Hua kaget bukan main.
"Entahlah, mungkin Penasihat Li dan Selir Cheng merasa tidak ada hari lain sehingga mereka sampai detik ini masih melakukan hal menjijikkan itu," kata Chen Liao Xuan. Dia kembali melangkah menyusuri jalanan setapak yang ada di taman. Pergi ke mana pun dia tidak tahu. Dia merasa kecewa dengan Li Zheng Xi. Bagaimana, penasihatnya yang selama ini bahkan ada di alam langit kini berlaku seperti itu. Lantas apa yang sebenarnya terjadi dengan ini semuanya?
"Yang Mulia, sebenarnya lusa hamba ingin meminta izin kepada Anda. Hamba ingin ke perbatasan untuk menemui Guru hamba," kata Jiang Kang Hua pada akhirnya. Dia sudah menimbang-nimbang hal ini dengan sangat matang, dan dia juga tidak mungkin sama sekali untuk membohongi rajanya. Meski tujuannya bertemu dengan gurunya di sana ada hal lainnya lagi yang lebih penting.
"Untuk apa kau menemui gurumu? Sepertinya, sudah beberapa puluh purnama berlalu dan kau baru ingin menemui gurumu," tanya Chen Liao Xuan. Bukan apa-apa, dia masih ingin bersama dengan Jiang Kang Hua. Sepertinya dia masih merasa belum siap untuk bertemu dengan Li Zheng Xi secara langsung untuk saat ini. Atau apakah dia harus berdoa kepada langit agar Dewa Li turun? Dia ingin bertanya banyak, dan lebih dari itu dia ingin melepas rindu kepada Dewa Agung itu.
"Karena ada hal yang ingin hamba pastikan, Yang Mulia. Yang Mulia tahu, bukan. Tangan kanan hamba sekarang mudah sekali untuk bergetar sendiri. Hamba ingin bertanya kepada Guru hamba, kenapa sampai tangan hamba seperti ini, Yang Mulia."
"Baiklah, maka kau harus segera kembali. Aku masih merasa sangat aneh jika harus bertemu dengan Penasihat Li berdua saja. Jika ada kau setidaknya aku memiliki obrolan untuk bisa kubicatakan, dan Penasihat Li mungkin bisa kau ajak bicara."
"Hamba tahu, Yang Mulia. Karena Yang Mulia tipikal sosok yang ketika sudah tahu kebusukan seseorang Yang Mulia enggan untuk pura-pura bersikap baik di depannya."
Chen Liao Xuan kembali tersenyum, kemudian dia menghela napas panjang. Memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan dalamnya.
"Kau memang paling mengerti aku, Panglima Jiang,"
Jiang Kang Hua kini tersenyum ramah, keduanya kembali berjalan menyusuri taman istana. Memandang sekilas Chen Liao Xuan yang kini tampak murung. Tidak… Jiang Kang Hua tahu, siapa yang membuat Chen Liao Xuan sampai seperti itu. Rajanya tidak akan pernah merasa sedih kalau ini perkara Cheng Wan Nian. Mungkin dia sangat terpukul karena pengkhianatan dari Li Zheng Xi, yang benar-benar apa yang dia lakukan berada di luar nalar batas kesabaran dari Chen Liao Xuan itu sendiri. Jiang Kang Hua benar-benar tak habis pikir, bahkan selama ini dia merasa jauh di bawah Li Zheng Xi untuk ukuran kesetiaan. Namun nyatanya semuanya berbeda.