~Sebuah Jawaban~
~Sebuah Jawaban~
"Di mana Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee berada? Aku harus menyuruhnya untuk mempertanggungkan apa yang telah dia lakukan,"
Jiang kang Hua langsung mengajak Liu Anqier untuk mencari Zhao Mimi juga Lee Huanran. Dia benar-benar ingin tahu, setan apa yang merasuki keduanya hingga memberikan ramuan aneh itu kepada Liu Anqier hingga berdampak seperti ini.
"Kepala Dayang Zhang, apa kau melihat di mana Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee berada?" tanya Jiang Kang Hua saat dia melihat Zhang Hana tampak berlari dengan mimik wajah resahnya. Meihat ada Jiang Kang Hua, Zhang Hana pun langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah dia resah dengan sesuatu.
"Maafkan hamba, Panglima Jiang. Hanya saja hamba haru melakukan sesuatu. Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee sedang dalam keadaan tidak baik sekarang. Keduanya demam tinggi, dada mereka terasa sakit. Dia benar-benar dalam keadaan bahaya, Panglima Jiang."
Mendengar penjelasan dari Zhang Hana, Jiang Kang Hua pun langsung menoleh pada Liu Anqier. Gadis itu tampak tersenyum hambar.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi di sini, Dayang Liu?"
"Jadi sebenarnya, kami bertiga telah memakai ramuan itu bersama-sama. Jika hamba mengalami kesakitan, mereka juga pasti akan mengalami hal yang sama. Terlebih juga, mereka menggunakan ramuan itu sama banyaknya dengan yang hamba lakukan, Panglima Jiang."
"Ya Tuhan wanita, apakah mereka tidak punya pekerjaan lain selain memikirkan buah dada yang besar? Apakah buah dada bersar merupakan kebanggan?" kesal Jiang Kang Hua kemudian.
"Faktanya laki-laki menyukai buah dada besar, bukan?" ucap Liu Anqier yang tak mau terima.
"Tidak semua laki-laki itu mesum seperti apa yang kau pikirkan, Dayang Liu. Sama halnya dengan wajah, ketika wanita begitu mendambakan wajah sempurna bak dewi sama sepertimu, pula dengan ukuran buah dada. Laki-laki banyak yang cenderung mencintai seseorang karena sifatnya, kebaikan hatinya. Jadi, jangan pukul rata laki-laki di dunia ini mesum. Jika semua iya, maka tidak aku. Kecuali aku."
"Kau juga mesum, aku yakin kau menyukai buah dada yang besar dan wajah cantik seorang gadis. Benar kan?"
"Bukan!"
"Benar!"
"Jadi, apa yang kalian bahas di sini? Jika tidak penting, hamba akan pergi mencari tabib istana dulu," kata Zhang Hana menengahi. Kemudian Jiang Kang Hua dan Liu Anqier menggaruk tengkuknya yang tak gatal, agaknya mereka malu dengan apa yang mereka bahas ini.
Liu Anqier kembali melengkuh kesakitan, dia langsung nyaris ambruk sampai membuat Jiang Kang Hua menangkapnya.
"Maafkan aku, tapi aku harus menangkapmu. Jika tidak kau akan jatuh…," panik Jiang Kang Hua. Liu Anqier tampak mengangguk paham. "Badanmu semakin demam, Dayang Liu. Apa yang harus dilakukan agar kau bisa sembuh?" gumamnya agaknya kebingungan. Dia langsung ingat satu hal, jika rajanya sakit Liu Anqier bisa mengobati. Bukankah sari pati kehidupan yang ada di dalam tubuh rajanya bisa mengobati Liu Anqier juga? Ya, Jiang Kang Hua akan mencari di mana gerangan rajanya itu berada sekarang. Dan dia akhirnya gagal untuk memberikan buah kesemek itu kepada Liu Anqier. Masih ada lain waktu, itulah yang diyakini oleh Jiang Kang Hua. Dan dia akan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin.
Di sisi lain, Chen Liao Xuan tampak sedang menyalin beberapa buku hukum istana di dalam sebuah kertas, kemudian dia menulis beberapa surat untuk petinggi istana. Dia melirik sekilas saat pintu ruang kerjanya terbuka, kemudian sosok berjubah biru tua itu masuk ke dalam kediamannya. Tanpa sepatah kata, dan tanpa bertanya apa-apa, Chen Liao Xuan melanjutkan kegiatannya. Dia ingin bersikap biasa saja. Tapi hatinya terlanjur kecewa dengan sosok yang ada di sampingnya kini.
"Yang Mulia maafkan hamba, tiga malam hamba tidak kembali ke istana. Hamba hanya ingin memastikan jika Selir Cheng telah menjalankan hukumannya dengan baik atau belum, kemudian hamba kembali," kata Le Zheng Xi mencoba untuk menceritakan apa yang terjadi. Padahal Chen Liao Xuan sudah merasa tahu dengan begitu rinci bagaimana kegiatan menjijikkan itu terus Li Zheng Xi dan Cheng Wan Nian lakukan tanpa henti. Seolah tidak ada lagi esok hari. Dan Chen Liao Xuan tahu, jika yang terjadi itu bukanlah karena khilaf. Akan tetapi nafsu keduanya sama. Keduanya sama-sama ingin memuaskan satu sama lain. Seperti laki-laki dan perempuan pada umumnya.
"Yang Mulia apa yang sedang Anda lakukan?" tanya Li Zheng Xi lagi. Agaknya dia sedikit gugup saat pertanyaannya dan penjelasannya sama sekali tidak dipedulikan oleh Li Zheng Xi.
"Aku sedang menulis sebuah puisi. Kau lebih baik kerjaan pekerjaanmu, aku ingi pergi ke lapangan latihan para prajurit setelah ini."
"Apakah perlu—"
"Kau tidak perlu mengantarku kemana-mana, Penasihat Li. Tugasmu sudah banyak yang menumpuk. Segera selesaikan sebelum para Kasim mencari dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan hanya karena kau tak becus mengurus semua dokumen pemerintahan,"
Chen Liao Xuan langsung berdiri, dia melangkah keluar dan kakinya terhenti saat Cheng Wan Nia nada di depannya. Melihat Cheng Wan Nian, entah kenapa Chen Liao Xuan melihat sosok itu tak memakai busana apa pun, dengan dikelilingi oleh laki-laki hidung belang dan salah satunya adalah Li Zheng Xi. Sungguh dia merasa hina memiliki Selir yang telah dijamah oleh banyak laki-laki seperti ini. Bahkan sekarang ini, ada aura salah satu Kasim istana yang telah tidur dengannya juga.
"Yang Mulia," panggil Cheng Wan Nian, dia hendak menyentuh tangan Chen Liao Xuan, tapi Chen Liao Xuan langsung menarik tangannya. "Yang Mulia—"
"Bukankah kau mendapatkan hukuman dengan naga agung untuk merenungi perbuatanmu? Tapi kenapa aku tak merasakan aura naga agung sama sekali di dalam tubuhmu? Tubuhmu sangat tercium aroma banyak pria. Yang membuatku semakin bingung, sebenarnya apa yang kau lakukan selama ini yang membuat semua aura orang menempel pada tubuhmu,"
Cheng Wan Nian tampak kaget bukan main, bukankah dia telah meminum ramuan penghilang aura laki-laki yang bercinta dengannya? Tapi bagaimana bisa, suaminya itu masih mengetahui perkara ini sekarang?
"Yang Mulia sepertinya kau telah salah besar. Hamba benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan. Benar jika hamba mendapatkan aura ini. Sebab sedari tadi Ayahanda tengah mengajak hamba untuk sekadar menemaninya minum arak bersama para Kasim yang lain. Karena Ayahanda baru mendapatkan arak terbaik dari bangsa manusia. Tentu itu sangat menyenangkan bagi Ayahanda sekarang."
Chen Liao Xuan tampak tersenyum kecut, mencari alasan adalah kepandaian dari Cheng Wan Nian sekarang. Entah kenapa dia merasa menyesal menikahi Selir seperti sosok yang ada di depannya kini.