TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Sebuah Jawaban -Part 7



Sebuah Jawaban -Part 7

"Aku akan membantumu memenuhi keinginanmu itu, Nian Nian. Menjadikanmu Ratu di istana ini, dan anakmu akan menjadi Putra Mahkota di istana ini. Agar seluruh pengorbananmu tidak menjadi sia-sia. Oleh karena itu, bersabarlah. Kau lakukan dengan caramu dan aku akan melakukan dengan caraku. Kita adalah dari bangsa iblis, baik dan salah itu sudah menjadi tidak penting. Jika menurutmu tubuhmu bisa kau gunakan untuk meraih apa yang kau inginkan, aku akan membiarkannya. Namun aku tidak akan pernah membiarkan pengorbananmu itu sia-sia belaka,"     

Cheng Wan Nian semakin terharu, ternyata apa yang dilakukan tidak sia-sia. Dia mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh ayahnya. Dia adalah Cheng Wan Nian, Selir paling cantik dalam seluruh kehidupan iblis mana pun. Oleh karenanya, akan menjadi hal yang wajar jika dia melakukan hal itu untuk memenuhi ambisinya. Menjadi Ratu, dan duduk di singga sana dengan sangat bangga. Namun jika suaminya tidak memberikan kedudukan itu kepadanya, yang dia lakukan cukup satu. Mengganti Raja agar dia bisa menjadi Ratu dengan cara terhormat.     

Cheng Wan Nian kembali masuk ke dalam kamarnya, di sana Tabib istana tampak mengambil posisi duduk. Bahkan sosok itu masih berada di sini dengan tanpa busana. Cheng Wan Nian tersenyum dengan hal itu.     

"Apakah Kasim Agung Cheng sudah kembali?" tanya tabib istana, Cheng Wan Nian langsung mengangguk. Membuat Tabib Istana melompat dan kembali menjamah tubuh Cheng Wan Nian. Membuka pakaiannya, dan menjilati semua yang ada di sana. Persis seperti anjing yang berhasil menangkap mangsanya.     

"Jadi bagaimana, Tabib Istana. Apakah kau telah memberikan ramuan itu kepada Dayang Liu?"     

"Sudah, Selir Cheng. Dan bahkan sekarang Dayang Liu telah kesakitan karena dia memakai ramuan itu terlalu banyak. Bisa kupastikan, dadanya akan meledak. Minimal putingnya akan robek dan berdarah-darah. Dia pasti akan kesakitan selama beberapa hari, demam tinggi, dan rasanya mau mati. Jika dia ingin menghilangkan rasa sakit itu secara instan jawabannya hanya satu, harus ada laki-laki yang mau membelainya dengan suka rela. Jika kita menyibukkan Yang Mulia Raja selama beberapa hari ini dan dia tidak mendapatkan pertolongan, maka kita mendorong sedikit saja Panglima Jiang masuk ke dalam sana dan tidak tega melihat Dayang Liu menderita, mereka bisa dipastikan akan berakhir di atas ranjang. Hamba jamin itu, Selir Cheng."     

Cheng Wan Nian tampak tersenyum penuh kemenangan, sekarang Lim Jingmi masuk. Bahkan dia tak sungkan, dalam keadaan Tabib Istana sedang melakukan penyatuan dengannya dan tangan Tabib itu meremas dadanya.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng."     

"Katakanlah, Dayang Lim. Kau adalah Dayang yang paling kupercaya. Setelah ini kau bisa layanin Tabib Istana semampumu,"     

"Sebuah kehormatan untuk hamba, Selir Cheng. Hamba mau memberitahu bahwa, istana sedang dalam keadaan genting. Karena Dayang Liu kabarnya tengah sakit dan terus merintih kesakitan di kediamannya. Tidak ada hal yang bisa mengurangi rasa sakitnya, bahkan Yang Mulia Raja kini tampak keluar dari kediamannya."     

Mendengar ucapan itu, Cheng Wan Nian dan Tabib Istana tampak saling pandang, kemudian dia menyuruh Lim Mingyu melepaskan pakaiannya.     

"Baiklah, Tabib Istana. Kita sudahi dulu cumbuan kita. Aku harus menemui Yang Mulia Raja untuk melakukan tugasku sebagai Selir di istana ini. Lanjutkan dengan Dayang Lim. Percayalah, dia mampu memuaskanmu, karena dia bahkan mampu memuaskan Pangeran Wu dengan tubuhnya."     

Cheng Wan Nian melumat bibir Tabib Istana itu sekilas, kemudian dia memakai pakaiannya dan bersiap. Berjalan keluar, dia berhenti sejenak saat melihat Lim Jingmi memekik saat rambutnya dijambak oleh Tabib Istana dan keduanya melakukan hubungan suami istri itu. Cheng Wan Nian tampak tersenyum. Dia berjalan sambil memejamkan matanya, mencapai puncak kenikmatannya dengan jarinya sendiri kemudian dia melangkah pergi.     

"Selir Cheng,"     

"Ikut aku, aku ingin menemui Yang Mulia Raja sekarang," perintahnya kepada Tan Lian.     

"Baik, Selir Cheng."     

Di sisi lain, Chen Liao Xuan kini sedang berada di kediaman Lim Ming Yu. Keduanya tampak sedang duduk sambil meminum teh. Didatangi oleh Chen Liao Xuan di siang hari seperti ini, adalah hal yang sangat istimewa bagi Lim Ming Yu. Bahkan dia merasa menjadi Selir yang paling beruntung sekarang ini. Padahal biasanya, dia harus menunggu dua belas purnama, itu pun belum tentu rajanya itu sudi untuk berkunjung ke dalam kediamannya.     

"Apakah ada yang menganggu Anda Yang Mulia Raja? Bagaimana Anda telah sudi datang ke kediaman hamba di sini?" tanya Lim Ming Yu pada akhirnya. Chen Liao Xuan masih diam, kemudian dia memandang Lim Ming Yu dengan tatapan hangatnya.     

Selirnya ini tidak neko-neko. Meskipun dia adalah iblis namun auranya tampak putih. Chen Liao Xuan sangat merasa bersalah karena telah mengabaikan Selir baik seperti Lim Ming Yu dengan cara yang sangat kejam. Selama ini dia hanya peduli dengan Cheng Wan Nian, dan memandangnya seolah dia adalah Selir satu-satunya di dunia ini. Dia salah… dia telah keliru.     

Terlebih sekarang situasinya benar-benar sulit. Bagaimanapun dia harus kembali ke kerajaan langit dan membawa Liu Anqier ikut serta. Kalau sampai dia masih berada di sini dan meninggalkan singga sana tetap kosong akan menjadi berbahaya. Dia tidak mau itu terjadi, melepas tanggung jawab begitu saja dengan cara yang sangat menyakitkan. Sebab bagaimanapun, separuh jiwanya juga telah ada di sini. Meski bangsa iblis adalah musuh dari bangsa langit, namun menurut Chen Liao Xuan masih banyak sosok yang sangat baik. Selain Lim Ming Yu, bahkan Jiang Kang Hua adalah sosok yang sangat berharga untuknya sekali.     

"Selir Lim, aku ingin mengatakan hal yang sedikit serius kepadamu,"     

"Apa itu Yang Mulia? Apakah hamba akan bisa membantu Yang Mulia?" tanya Lim Ming Yu semangat. Bisa membantu rajanya adalah hal yang sangat menyenangkan untuknya. Itu tandanya jika rajanya kini telah memberikan kepercayaan penuh kepadanya sekarang.     

"Aku ingin seorang anak laki-laki darimu. Calon Putra Mahkota, harus lahir dari rahimmu, Selir Lim,"     

Mendengar hal itu, membuat Lim Ming Yu kaget bukan main. Bagaimana bisa dia mendapatkan kabar seperti ini? Sebuah titah luar biasa dari Chen Liao Xuan yang benar-benar di luar pemikirannya sama sekali. Bahkan dia tidak berani untuk memimpikannya sama sekali.     

"Y… Yang Mulia mempercayakan hal itu kepada hamba? Tapi… tapi kenapa bukan Dayang Liu yang melakukannya, Yang Mulia?" tanya Lim Ming Yu lagi. Sebab dia akan sangat senang jika Liu Anqier melahirkan seorang Putra Mahkota untuk suaminya.     

Chen Liao Xuan kembali diam. Andai dia bisa, dia juga ingin hanya menyentuh Liu Anqier. Dia sangat mencintai Liu Anqier seorang dan tidak ada yang lain. Namun apa daya, dia adalah Raja. Raja yang memiliki tanggung jawab besar atasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.