Sebuah Jawaban -Part 3
Sebuah Jawaban -Part 3
"Anqier, apakah kau baik-baik saja?" tanya Chen Liao Xuan kemudian. Liu Anqier tampak sangat kesakitan, tangannya bergetar hebat mencengkeram ujung jubah milik Chen Liao Xuan.
"Apa yang harus aku lakukan, Yang Mulia? Dadaku terasa sangat sakit dan ngilu," katanya.
"Aku akan membantumu meredakan rasa sakit itu. Maka pertama-tama aku akan melepaskan pakaianmu,"
Liu Anqier hanya bisa pasrah, saat Chen Liao Xuan melepas pakaiannya. Dan betapa kaget Chen Liao Xuan saat melihat keadaan dada Liu Anqier. Tampak bengkak dan berwarna merah. Dia bahkan tidak tahu kenapa dia tergoda dengan ucapan dari Tabib istana sialan itu, sehingga membuat dada gadisnya jadi seperti ini. Padahal bentuk dan ukuran dada Liu Anqier sudah benar-benar sempurna di mata siapa pun di dunia ini.
Pelan, Chen Liao Xuan mengompres dua belah dada milik Liu Anqier. Membuat Liu Anqier tampak meringis kesakitan. Namun untuk kemudian, ringisan itu tak seperti tadi. Dia mencoba untuk memijat dada itu, bagian putingnya benar-benar tampak keras. Chen Liao Xuan yakin jika mungkin sebentar lagi puting ini akan mengeluarkan darah segar karenanya.
Chen Liao Xuan memandang Liu Anqier. Meski dia telah sering melakukannya entah kenapa dia merasa sangat sungkan. Dia memandang Liu Anqier lagi seolah ingin meminta izin.
"Anqier, boleh aku melakukannya?" tanyanya. Liu Anqier mengangguk lemah. Pelan, Chen Liao Xuan langsung mengulum puting milik Liu Anqier kemudian menyesapnya. Liu Anqier menjerit histeris. Darah segar keluar dari putting itu dengans sangat nyata. Chen Liao Xuan tahu bagaimana rasa sakit dari Liu Anqier sekarang. Dia pun menyesap dan memberikan pijatan pelan. Hingga pada akhirnya teriakan itu hilang dan menjadi rileks kembali. Chen Liao Xuan memandang Liu Anqier yang memejamkan matanya, dia benar-benar tak menyangka jika gadisnya akan kesakitan sampai seperti ini. Putingnya robek, dan hal itu pastik sangat menyakitkan bagi Liu Anqier sekarang.
"Apa kau baik-baik saja? Apa ini menyakitkan?"
"Jauh lebih baik sebelum kau melakukannya, Tao. Terimakasih," ucap Liu Anqier lemah.
Dia telah kehilangan tenaganya. Dia merasa menyesal karena telah mau saja memakai ramuan sialan itu.
"Maafkan aku, karena akulah yang menyebabkan kau seperti ini, Anqier."
"Tidak masalah, tapi aku mohon tetap lalukan lagi sampai aku merasa baik-baik saja," pinta Liu Anqier pada akhirnya.
"Tapi, jika hanya membuai dadamu tidak akan terasa nikmat, Anqier. Aku juga ingin sekalian membuai semua tubuhmu," bisik Chen Liao Xuan pada akhirnya. Malu-malu Liu Anqier pun mengangguk, membuat Chen Liao Xuan tampak bersemangat setengah mati. Bagaimana tidak, dia akhirnya telah menunggu ini sedari lama, dan menahan semuanya dengan cara tak terkendali. Apa yang menjadi gerak-gerik dari Liu Anqier. Begitu menggodanya setengah mati. Jadi bagaimana bisa Chen Liao Xuan tidak tergoda dengan sosok yanga ada dalam rengkuhannya ini.
Di sisi lain, Jiang Kang Hua tampak duduk bersama dengan Li Zheng Xi. Keduanya sedang memandang kolam ikan yang ada di depan. Sesekali, Jiang Kang Hua melirik Li Zheng Xi. Agaknya dia bingung, apa yang harus dia lakukan agar Li Zheng Xi mau memakan buah kesemek yang ada di tangannya ini.
"Panglima Jiang, bagaimana dengan prajurit istana yang baru saja mendapatkan pelatihan khusus? Apakah semuanya telah mencapai kemajuan yang cukup meyakinkan sebagai garda depan pertahanan istana?" tanya Li Zheng Xi pada akhirnya. Jiang kang Hua tampak menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menghela napas panjang.
"Para prajurit dalam keadaan baik. Mereka belajar lebih cepat dari pada yang dibayangkan. Sebab mulai dari beberapa waktu yang lalu, bahkan Yang Mulia Raja sendirilah yang memberikan pelatihan khusus kepada mereka. sehingga mereka sangat antusias untuk mendapatkan ilmu seni bela diri dan sekarang malah mengungguli para prajurit lama yang telah berkali-kali ikut berperang. Sepertinya aura Yang Mulia Raja cukup mempesona untuk mereka,"
"Lantas sekarang apa yang dilakukan oleh Yang Mulia Raja, Panglima Jiang?"
Mendengar brondongan pertanyaan seperti itu, Jiang Kang Hua agaknya bingung. Bagaimana tidak, baru kali ini Li Zheng Xi sangat cerewet seperti ini. banyak bertanya dan ingin tahu apa pun tentang Raja.
"Bukankah seharusnya yang lebih tahu itu kamu, Penasihat Li? Pekerjaanku adalah melatih para prajurit. Sedangkan pekerjaanmu berada di sisi Yang Mulia Raja. Jadi bagaimana bisa kau tanya aku tentang kegiatan Yang Mulia Raja. Bukankah itu adalah perkara yang sangat lucu?"
Li Zheng Xi kembali terkekeh kemudian dia menepuk bahu Jiang Kang Hua dengan mantab.
"Bukannya seperti itu, panglima Jiang. Hanya saja sedari tadi aku diberi tugas oleh Yang Mulia Raja untuk menyalin ratusan lembar pekerjaan yang belum kuselesaikan. Jadi hari ini aku bahkan tidak sempat sama sekali untuk nemenani Yangb Mulia Raja. Dan aku lihat kau baru saja keluar dari kediaman Dayang Liu. Aku pikir jika Yang Mulia Raja ada di sana."
"Kesemek? Makanlah sembari berbincang. Buah ini sangat manis, aku mendapatkannya dari dunia manusia," Jiang Kang Hua langsung menawari kesemek itu kepada Li Zheng Xi, kemudian dia memakan satu kesemek itu agar Li Zheng Xi tidak curiga kepadanya. Untuk kemudian, dia melirik Li Zheng Xi dengan tatapan menyelidik. "Iya Yang Mulia Raja ada di kediaman Dayang Liu, karena kondisi Dayang Liu sedang dalam keadaan tidak sehat."
"Kenapa dengan manusia satu itu? Kenapa sering sekali dia tidak sehat. Apakah dia sudah mulai sakit-sakitan? Jika seperti itu kau harus segera membawanya pergi dari sini, Panglima Jiang."
"Bukan karena hal itu, Penasihat Li. Tapi dia kesakitan karena dadanya bengkak. Buah dadanya," ralat Jiang Kang Hua.
Li Zheng Xi tampak memakan buah kesemek itu dan berhasil membuat Jiang Kang Hua senang bukan main.
"Buah dadanya bengkak? Kenapa bisa sampai seperti itu, Panglima Jiang?"
"Entahlah, itu sepertinya ulah dari Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee yang salah kaprah. Jadi sekarang Yang Mulia Raja membantu mengompres dan merawat Dayang Liu agar cepat sembuh."
"Bukankah Dayang Liu bisa menyembuhkan dirinya sendiri?" selidik Li Zheng Xi lagi. Jiang Kang Hua kini tampak terdiam.
"Beberapa akhir ini kekuatannya tidak berfungsi dengan baik, Penasihat Li. Sudahlah, aku masih punya banyak pekerjaan. Jadi aku pamit dulu kepadamu,"
Jiang Kang Hua pun berdiri, dia memandang Li Zheng Xi dengan tatapan penasarannya. Li Zheng Xi pun tampak sibuk memakan buah kesemek itu hingga akhirnya sebuah cahaya muncul dan membuat Jiang Kang Hua kaget bukan main.
Sekumpulan cahaya putih dari tubuh Li Zheng Xi yang menandakan jika dia adakah seorang… Dewa.