Sebuah Jawaban -Part 2
Sebuah Jawaban -Part 2
"Kalian pergilah dulu, aku ingin memeriksa tempat kerja Yang Mulia Raja."
"Tapi—"
"Apa kalian suka membantah seorang Selir kesayangan Raja sekarang?!"
"Baik, Yang Mulia."
Para Dayang itu pun pergi dengan patuh, membuat Cheng Wan Nian melangkah masuk. Dengan sekali sentakan Li Zheng Xi menarik tangan Cheng Wan Nian, kemudian dia menghimpit tubuh itu di dinding, menciumi bibirnya dengan penuh nafsu kemudian menciumi lehernya. Dengan cepat Li Zheng Xi melepas tali ikatan dari pakaian dalam milik Cheng Wan Nian, kemudian keduanya bercinta di sana. Cheng Wan Nian benar-benar tak menyangka jika Li Zheng Xi akan seberani ini. Mengajaknya bercinta tepat di ruang kerja dari Raja itu sendiri. Sebuah tindakan yang sangat kotor namun sangat terasa nikmat bagi Cheng Wan Nian.
"Penasihat Li… hm… apa kau tak takut ketahuan oleh Yang Mulia Raja?"
"Tidak akan, Yang Mulia Raja akan pergi menemui Penglima Jiang."
"Ehm," desah Cheng Wan Nian saat Li Zheng Xi telah mencubit putingnya, dia merasa gila dengan apa yang telah dilakukan Li Zheng Xi kepadanya. Dia terus meronta dan merancu tidak jelas, terlebih saat lidah Li Zheng Xi terus memainkan putingnya dengan sangat nyata.
"Penasihat Li,"
"Ayo kita pindah ke tempat lain setelah ini."
"Ke mana pun, aku tak peduli, asalkan kita bisa melakukannya lebih banyak lagi."
Setelah keduanya mencapai klimaks, Li Zheng Xi pun keluar dari pintu belakang. Cheng Wan Nian yang bahkan kini masih berpakaian tak utuh itu pun tampek mengikuti langkah Li Zheng Xi. Keduanya masuk ke dalam kamar Li Zheng Xi membuat Li Zheng Xi langsung melepas semua pakaian Cheng Wan Nian. Seolah melihat sesuatu yang indah Li Zheng Xi begitu takjub dengan tubuh Cheng Wan Nian yang sempurna.
"Kau adalah anjingku bukan?" kata Cheng Wan Nian. Li Zheng Xi hendak menyerbunya, tapi Cheng Wan Nian merapatkan duduknya. "Katakan, apa yang dilakukan Yang Mulia sekarang? Apakah ada sesuatu yang mencurigakan? Apakah ada pembahasan masalah kedudukan Ratu dan mungkin pikiran untuk memberontak ayahku?" tanya Cheng Wan Nian kemudian.
Li Zheng Xi langsung merengku Cheng Wan Nian dari belakang, Cheng Wan Nian menahan napas saat laki-laki itu kembali melakukan penyatuan. Dengan semua hal yang tersisa Cheng Wan Nian masih berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Emo Shao Ye sedang tak marencanakan apa pun, Selir Cheng. Dia hanya sedang menyalin beberapa tugas negara agar bisa dia bubuhi stempel istana. Untuk selebihnya dia hanya ingin melihat-lihat apa yang terjadi di tempat para prajurit berlatih. Seuatu kegiatan harian, karena dia sering berlatih pedang dan memanah di sana."
"Apakah hanya itu?" tanya Cheng Wan Nian. Kini dia tampak membalikkan badannya, memandang Li Zheng Xi dengan tatapan penasarannya yang luar biasa itu. "Apakah kau yakin?"
Li Zheng Xi langsung menggigit bibir bawah Cheng Wan Nian, yang berhasil membuat wanita itu meringis kesakitan. Kemudian dia tersenyum, dan mengangguk pelan.
"Aku yakin, seyakin aku bercinta denganmu saat ini."
Di sisi lain, Chen Liao Xuan masuk kembali ke ruang kerjanya. Dia memungut seutas tali pakaian milik Cheng Wan Nian yang tertinggal. Dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa selirnya dan penasihatnya berlaku menjijikkan seperti ini bahkan di dalam istananya. Ini adalah hal yang sangat keterlaluan dan tak bisa termaafkan. Untung saja Chen Liao Xuan adalah Putra Mahkota Kerajaan langit. Kalau tidak maka dia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini, mungkin dia akan benar-benar terpuruk karena meratapi nasibnya sebagai Raja yang sangat bodoh di dunia ini.
"Yang Mulia Raja!" teriak Jiang Kang Hua yang berhasil membuat Chen Liao Xuan kaget bukan main. Dia kemudian keluar, Jiang Kang Hua tampak memandangnya dengan tatapan paniknya itu. "Yang Mulia, apakah Anda tidak merasakan sesuatu?"
"Sesuatu?" tanya Chen Liao Xuan bingung.
"Biasanya jika Dayang Liu terkena hal atau sedang sakit Yang Mulia akan merasakannya. Kenapa kali ini Yang mulia tidak merasakan apa pun?" tanya Jiang Kang Hua.
Chen Liao Xuan malah semakin panik karena ucapan dari Jiang Kang Hua tersebut. "Apakah Dayang Liu sedang berada dalam masalah? Kenapa aku tak merasakan apa pun?"
"Benar, Yang Mulia. Dayang Liu ada dalam masalah. Dia demam tinggi dan dadanya terasa sakit. Dia benar-benar dalam keadaan tidak baik, Yang Mulia?"
"Apakah dia terkena tenaga dalam atau apa?" tanya Chen Liao Xuan. Kini dia berjalan dengan cepat menuju kediaman Liu Anqier. Dan disusul oleh Jiang Kang Hua.
"Tidak Yang Mulia, bukan dada yang itu. Tapi dada yang lain yang sakit," kata Jiang Kang Hua yang kini berhasil membuat Chen Liao Xuan menghentikan langkahnya. Apa yang dimaksudkan oleh panglimanya itu? Apakah dada itu ada rupa-rupa warnanya?
"Apa yang kau katakana? Apa kau pikir dada itu ada dua?"
"Nah! Benar!" kata Jiang Kang Hua semangat. Chen Liao Xuan tampak mendegus, bersedekap sambil memandang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah kesalnya. "Buah dada Dayang Liu sakit, Yang Mulia."
Chen Liao Xuan tampak tersedak dengan liurnya sendiri. Dan itu berhasil membuat Jiang Kang Hua mencoba untuk menerangkan apa yang dimaksudkan itu.
"Kata Dayang Liu dia diberi ramuan oleh Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee. Katanya ramuan itu untuk memperindah bentuk dadanya. Itulah sebabnya Dayang Lee memaksa memakaikannya. Bahkan sekarang Kepala Dayang Zhao dan Dayang Lee juga merasakan hal yang sama. Karena mereka ikut memakai ramuan itu."
Chen Liao Xuan tahu dan ingat ramuan apa itu. Itu adalah ramuan yang diberikan oleh tabib istana. Yang Chen Liao Xuan tahunya ramuan itu untuk mengencangkan bentuk dada dan dia menyuruh Kepala Dayang Zhao hanya memberikannya kepada Liu Anqier sedikit saja. Karena dia ingin menyaksikan apakah ramuan itu bekerja atau tidak. Meski dia telah merasa bentuk dada dari Liu Anqier sudah sangat sempurna. Namun siapa sangka, mlah berakhir mengerikan seperti ini. Bagaimana bisa Liu Anqier sampai merasakan dada sakit seperti ini.
"Yang Mulia, hamba hanya punya satu cara untuk meredahakn rasa sakit itu."
Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua pun menoleh, memandang Tabib istana yang sudah ada di ujung pandangan mereka.