Ingin Pergi {4}
Ingin Pergi {4}
"Anqier, apa kau telah bangun?" Lee Huanran yang datang sambil membawa nampan yang berisikan makann di dalam mangkuk itu pun datang, kemudian dia menaruh mangkuk itu di bawah dan membantu Liu Anqier untuk duduk.
"Ya, dan kepalaku masih sangat sakit, Huanran. sepertinya aku sedang mengalami sakit parah, tubuhku benar-benar begitu lemah,"
Huanran tampak memeriksa nadi Liu Anqier yang sangat lemah, kemudian dia memeriksa kening Liu Anqier. dia tidak mau kalau sampai sahabatnya itu sakit parah atau apa pun.
"Ini, aku bawakan kau sup gingseng merah. Minumlah, agar tenagamu bisa kembali sembuh. Kau tahu sup gingseng merah sangat baik untukmu sekarang,"
"Dan kau dapat dari mana gingseng merah yang langka ini, Huanran? bukankah di sini hanya kalangan petinggi kerajaan yang bisa memakannya?" selidik Liu Anqier.
Lee Huanran tampak terkekeh, kemudian dia menepuk bahu Liu Anqier pelan. Dia memandang Liu Anqier dengan tatapan tajamnya itu.
"Percayalah kau harus meminumnya, dan jangan pernah berpikir yang macam-macam."
Lee Huanran pun langsung menyuapi Liu Anqier, membuat Liu Anqier tak bisa protes juga. dia terus memandang Lee Huanran dengan tatapan ingin tahunya.
Ya, bagaimana tidak. Dia sangat penasaran dengan sosok msiterius yang telah dia anggap sebagai sahabat itu. sosok yang sering sekali membawa keajaiban dan ketidak mungkinan itu menjadi nyata.
"Huanran, sebentar…," kata Liu Anqier. dia langsung berusaha bangkit dari duduknya kemudian dia memuntahkan apa yang baru saja masuk ke dalam perutnya. Lee Huanran kini mencoba untuk membantu Liu Anqier, kemudian dia menepuk punggung Liu Anqier dengan lembut. "Perutku sepertinya sedang bermasalah,"
"Tidak, Anqier… tidak. Ada hal lain sepertinya yang aku lihat darimu,"
"Apa?"
"Sudah berapa lama kamu terlambat datang bulan?" tanya Lee Huanran. Liu Anqier terdiam, kemudian dia menutup mulutnya dengan sempurna.
*****
Lee Huanran tampak berlari sekuat tenaga, dia mencoba secepat mungkin menemui Chen Liao Xuan. Namun, apa yang terjadi. dia bahkan sudah mengejar Chen Liao Xuan sampai ke gerbang istana. Namun rajanya itu telah pergi bersama dengan penasihatnya pergi keluar istana sambil membawa seekor kuda.
Lee Huanran pun kini membungkukkan tubuhnya, ini adalah hal paling mustahil untuk mengejar. Terlebih begitu banyak prajurit istana yang ada di sana. Pasti para prajurit itu akan menghunuskan pedang tan tombak mereka untuk menghadang Lee Huanran sekarang.
"Dayang Lee, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau berada di dapur istana untuk memberikan makanan yang pantas untuk para petinggi kerajaan?" Jiang Kang Hua pun bertanya.
Lee Huanran tampak menolek, matanya tampak berkaca-kaca. Dia kemudian memandang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah seriusnya.
"Panglima Jiang, hamba ingin—"
"Dayang Lee, kenapa kamu ada di sini?"
Lee Huanran, dan Jiang Kang Hua langsung menoleh, melihat Zhang Hana mendekati keduanya.
Lee Huanran langsung menundukkan wajahnya dalam-dalam, kemudian dia membungkukkan tubuhnya.
"Kepala Dayang Zhang, hamba hanya ingin bertemu dengan Emo Shao Ye. Tapi rupanya, Emo Shao Ye telah pergi dari sini," jawab Lee Huanran.
"Untuk apa kau ingin bertemu dengan Emo Shao Ye?" tanya Zhang Hana lagi.
Lee Huanran tampak memandang Zhang Hana dan Jiang Kang Hua dengan tatapan bingungnya. Apakah dia pantas mengatakan hal ini?
"Lantas, kenapa Kepala Dayang Zhang datang kesini?" tanya Lee Huanran membalikkan pertanyaan.
Zhang Hana kini memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan seriusnya, kemudian dia menelan ludahnya dengan susah. Dia ingin mengatakan hal ini langsung kepada Chen Liao Xuan, tapi dia agaknya terlambat.
"Panglima Jiang, ke mana Yang Mulia Raja akan pergi? Apakah untuk waktu yang cukup lama?" tanya Zhang Hana.
Bagaimana dia tidak bertanya seperti itu. Biasanya, Chen Liao Xuan akan pergi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan jika dia sudah melewati gerbang kerajaan itu.
"Yang Mulia Raja hanya ingin berlatih berburu dengan Penasihat Li di hutan yang tak jauh dari istana, Kepala Dayang Zhang. Jadi kemungkinan nanti malam atau lusa sudah pulang. Namun seperti itu, kabarnya dalam waktu dekat, Yang Mulia Raja dan Penasihat Li telah memutuskan untuk pergi ke instana laut karena ingin bertemu dengan Raja Laut. Kemungkinan Yang Mulia Raja akan menghabiskan waktu kira-kira sebulan lagi," jelas Jiang Kang Hua.
Zhang Hana dan Lee Huanran tampak saling diam, jika benar seperti itu, maka semuanya akan menjadi lebih buruk kalau mereka sampai telat memberitahukan hal yang terjadi sekarang.
"Jadi, kalian ini hendak mengatakan apa kepada Yang Mulia Raja? Katakanlah kepadaku, aku akan menyampaikannya kepada Yang Mulia Raja," kata Jiang Kang Hua lagi. Dia benar-benar merasa aneh, bagaimana bisa dua Dayang ini ada di sini. Terlebih Lee Huanran, dia hanyalah Dayang dapur istana yang tak mungkin sekali bisa diperbolehkan untuk bertemu langsung dengan Chen Liao Xuan kalau tidak dalam keadaan kebetulan atau apa pun itu. dan kenapa sekarang keduanya malah mencari Chen Liao Xuan.
"Biar Kepala Dayang Zhang yang menjawab terlebih dahulu, Panglima Jiang. Sebab hamba hanyalah Dayang dapur ustana biasa," kata Lee Huanran pada akhirnya.
Zhang Hana pun menoleh, dia agaknya bingung harus mengatakan kepada Jiang Kang Hua ini seperti apa.
"Sebenarnya ini adalah hal yang sangat tidak tepat untuk hamba katakana di sini. Sebab seperti apa permintaan dari Yang Mulia Raja. Namun ini adalah kabar yang sangat penting," kata Zhang Hana. Dia jadi bingung, karena biar bagaimanapun, Lim Ming Yu sudah mengatakan kepadanya jika hanya jika Chen Liao Xuan sendiri, dan hanya Chen Liao Xuan yang bisa mendengar berita ini secara langsung tanpa ada orang lain di sekitarnya.
"Apa kau tak percaya denganku, Kepala Dayang Zhang?" tanya Jiang Kang Hua lagi. Zhang Hana kini memandang Jiang Kang Hua dengan tatapan bingungnya.
"Sebenarnya ini adalah hal yang sangat rahasia, Panglima Jiang. Sebab Selir Lim menyuruh hamba untuk merahasiakan berita ini dari siapa pun, termasuk itu Panglima Jiang dan Penasihat Li. Hanya Yang Mulia Raja yang boleh mendengar berita ini."
"Jika itu Penasihat Li, jangan kau katakan apa pun kepadanya yang merupakan rahasia dari Selir Lim dan juga Yang Mulia Raja."
"Apa maksud Panglima Jiang mangatakan hal itu?" tanya Zhang Hana kemudian. Jiang Kang Hua hanya diam, dia tak membalas ucapan itu.