Ingin Pergi {2}
Ingin Pergi {2}
Liu Anqier pun mengangguk, dia kini melangkah mendekati Lim Ming Yu, berdiri tepat di belakang Lim Ming Yu dan membiarkan Selir itu menyelesaikan lantunan kecapinya. Lim Ming Yu kini menghentikan jemarinya untuk bergerak, hingga sebuah sinar itu putus dan mengoyak ujung jarinya dengan sangat nyata.
"Selir Lim, Anda baik-baik saja?" tanya para Dayang yang ada di sana. Pun dengan Liu Anqier juga.
Lim Ming Yu tampak menggelengkan kepalanya, kemudian dia melihat darahnya yang hitam itu menetes begitu saja di lantai, membuat lantai itu langsung mengeluarkan asap dengan sangat nyata.
"Aku tak bisa membayangkan, jika terluka karena senar kecapi saja bisa sesakit ini, bagaimana dengan luka Yang Mulia Raja yang patah hati. Aku yakin jika lukanya akan berkali-kali lebih menyakitkan dari ini," kata Lim Ming Yu, dia melirik Liu Anqier yang hanya diam, menelan ludahnya dengan susah, tanpa berniat untuk mengatakan apa pun juga. Dia sama sekali tak menyangka, jika hidupnya akan seperti ini, menjadi bahan untuk ditanyai, seolah dia adalah seorang yang bersalah atas semua hal.
Sementara Lim Ming Yu telah mengetahui garis besar tentang apa yang terjadi antara Liu Anqier dan Chen Liao Xuan. Tentang permintaan Liu Anqier untuk melepaskan semua hak istimewanya, dan tentang keinginannya untuk kembali pada alam manusia.
"Selir Lim, apa yang hendak Anda katakan kepada hamba? Kata Kepala Dayang Zhang, Anda sedang mencari hamba," tanya Liu Anqier, mengabaikan sindiran yang telah dilakukan oleh Lim Ming Yu kepadanya.
Lim Ming Yu hanya bisa menghela napasnya dengan susah, kemudian dia melirik Liu Anqier yang masih berdiri di sampingnya.
"Kamu duduklah, berbicara bukankah lebih enak kalau kita saling duduk berhada-hadapan?" kata Lim Ming Yu kemudian. Liu Anqier pun mengangguk, lalu dia melangkah duduk di depan Lim Ming Yu.
Keduanya kini duduk berhadap-hadapan, Lim Ming Yu yang memandang Liu Anqier tanpa kedip dan Liu Anqier yang tampak memalingkan pandangannya seolah sedang menghindari pandangannya kepada Lim Ming Yu.
"Aku dengar kau telah kembali menjadi Dayang istana. Gelar istimewamu telah dicabut oleh Yang Mulia langsung. Apakah itu benar? Apa yang membuat Yang Mulia Raja mengambil keputusan itu? sebab setahuku, Yang Mulia Raja terlalu jatuh hati kepadamu hingga dia sendiri bahkan tidak tahu pada dirinya sendiri jika dia telah banyak berubah karenamu,"
"Cinta kepada beda makhluk dana lam itu bukanlah hal yang nyata, Selir Lim. Jangan merasa hamba adalah duri di antara para Selir dan Yang Mulia Raja. Sebab percayalah, hamba bukan siapa-siapa. Hamba hanyalah seorang Dayang yang Yang Mulia Raja ingin di saat dia penasaran. Selebihnya setelah Yang Mulia telah bosan, maka Yang Mulia akan mengembalikan hamba kepada kedudukan awal hamba. Dan untuk masalah ini, hamba rasa bukanlah masalah yang serius. Sama seperti biasanya ketika seorang Dayang kembali ke tempatnya semula. Lantas, apa yang membyat semua penghuni istana menjadi risau dengan masalah ini, Selir Lim? Merisaukan masalah yang tidak perlu sama sekali,"
Lim Ming Yu agaknya kesal dengan jawaban dari Liu Anqier, namun dia tak bisa mengatakan apa pun selain kesal berkali-kali kepada gadis yang ada di depannya itu. bagaimana bisa Liu Anqier bertingkah sok tak peduli seperti ini? apakah dia cukup paham dengan apa yang dia katakana? Mengatakan jika Chen Liao Xuan hanya menjadikannya pelampiasan dan sekarang menyingkirkannya ketika dia pingsan, sebuah hal yang benar-benar keluar dari nalarnya sama sekali. dia tahu, jika Chen Liao Xuan akhir-akhir ini menjadi murung, tanpa ada sebab yang pasti dia selalu memilih untuk mengasingkan diri dan enggan untuk berbicara dengan siapa pun. sebagai seorang Selri, Lim Ming Yu tidak mau kalau sampai ini terjadi, dia tidak ingi jika rajanya menjadi tambah hancur hanya karena patah hati.
"Dayang Liu, ketahuilah jika apa yang menjadi pikiranmu adalah salah. Aku dan Selir yang lain, tidak ada dari satu pun di antara kami yang merasa cemburu dengan keberadaanmu, Dayang Liu. Bahkan kedatanganmu adalah berkah untuk kami. Yang Mulia Raja menjadi baik dan lebih peduli dengan kami dari yang sebelumnya yang begitu dingin. Jadi percayalah, tidak sama sekali ada pikiran kami sampai ke sana terlebih itu karenamu. Lantas kenapa sampai kau berpikir jika Yang Mulia Raja hanya menjadikanmu pelampiasan? Dayang Liu, bukankah kau telah berjanji kepadaku untuk berada di pihakku? Membantuku menciptakan istana iblis menjadi istana yang adil untuk semua pihak? Agar tidak ada pempimpin yang semena-mena kepada para rakyatnya. Lantas bagaimana bisa kamu mengambil keputusan seperti ini, Dayang Liu? Sebuah keputusan frontal dan tak masuk akal. Aku dengan dari Dayang Lee, sebenarnya kau yang meminta Yang Mulia Raja atas ini semua bukan?" kata Lim Ming Yu. Liu Anqier agaknya kesal juga dengan sahabatnya itu, bagaimana bisa sahabatnya itu mengadu semua yang telah dia katakan kepada Lim Ming Yu? Tidakkah dia memiliki pikiran jika hal yang dia bicarakan berdua itu adalah hal yang rahasia? Liu Anqier tampaknya sangat begitu kesal dengan itu. "Dayang Liu, katakanlah kepadaku yang sejujurnya. Bukankah kau juga mencintai Yang Mulia Raja? Lantas apa yang salah dengan ini semua, Dayang Liu?"
"Ketika Selir Lim bertanya apa yang salah dan apa yang benar. Bukankah sedari awal juga semuanya telah menjadi sebuah kesalahan yang bersembunyi di atas kebenaran? Hamba adalah manusia, Yang Mulia Raja adalah Raja Iblis. Sampai kapan pun itu tidak akan pernah mungkin, kami tidak akan pernah bersatu. Hamba tidak akan pernah menjadi Ratu di sini, hamba tidak akan pernah menjadi Selir yang dianggap untuk Yang Mulia Raja. Hamba selamanya akan tetap seperti ini, akan tetap menjadi manusia yang sungguh tidak ada gunanya. Apakah hamba harus selamanya mengabdikan hidup hamba hanya menjadi seorang Dayang kamar dari Yang Mulia Raja, Selir Lim? Tidak… hamba tidak mau itu. di alam manusia aku sedang memiliki tanggung jawab, yaitu ibuku juga seorang sahabat. Hamba tidak mau membuat mereka terlalu lama menunggu, sementara aku di sini sibuk sendiri dengan pikiran hamba, dengan cinta-cintaan hamba yang sangat begitu egois. Yang dalam kenyataannya ada satu sisi yang terluka karena hamba. Jadi bagaimana bisa hamba bisa bahagia jika ada yang terluka? Mungkin saja jika hamba tidak lagi seorang Dayang kamar, maka rasa cemburu itu tidak menyakiti banyak orang. Terlebih jika hamba tidak di alam iblis lagi mungkin kerajaan iblis akan menjadi aman dan tentram lagi. Bukankah seharusnya seperti itu, Selir Lim?"